Indonesia terdiri atas ribuan pulau sehingga disebut negara kepulauan. Pulau-pulau di Indonesia dikelilingi oleh lautan sehingga penduduk di setiap pulau hidup dan menetap terpisah satu sama lain. Selanjutnya, penduduk membentuk suku sendiri-sendiri. Setiap suku mempunyai kebiasaan hidup dan moral istiadat yang berbeda. Perbedaan kebiasaan hidup umumnya dipengaruhi oleh lingkungan alam tempat mereka tinggal. Lama-kelamaan kebiasaan hidup dan moral istiadat menjadi budaya yang diwariskan kepada generasi penerusnya secara bebuyutan dan terus dilestarikan hingga ketika ini.
Keanekaragaman moral istiadat yang ada di Indonesia bukan alasan untuk terpecah belah, namun justru menjadi kekuatan biar sanggup memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa yang majemuk. Dengan keberagaman moral istiadat yang kita miliki semakin memperkaya kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam konteks pemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok suku bangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari banyak sekali kebudayaan tempat bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari banyak sekali kebudayaan kelompok suku bangsa yang ada didaerah tersebut.
6. Bangunan Megalitik
Zaman praaksara yaitu masa kehidupan insan sebelum mengenal tulisan. Praaksara berasal dari dua kata, yaitu pra yang artinya sebelum dan huruf yang berarti tulisan. Praaksara disebut juga nirleka, nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Batas antara zaman Praaksara dengan zaman sejarah yaitu mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa Praaksara yaitu zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah yaitu zaman sehabis adanya tulisan.
Berdasarkan corak kehidupannya masa praaksara dibagi menjadi masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa perundagian. Berikut ini hasil kebudayaan bangsa Indonesia pada masa praaksara.
Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan mengumpulkan kuliner (food gathering and hunting period) yaitu masa dimana cara insan purba mengumpulkan makanan-makanan yang diharapkan mereka untuk bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan kuliner yang tersedia dari alam (sungai, danau, laut, dan hutan-hutan yang ada di sekitar tempat bermukim mereka pada ketika itu). Mereka hidup dengan cara berpindah pindah (nomaden). Beberapa alat yang dipakai untuk berburu dan mengumpulkan kuliner antara lain sebagai berikut.No | Nama | Gambar | Keterangan |
1. | Kapak Perimbas | Alat ini berupa kerikil yang dibuat menjadi semacam kapak. Teknik pembuatannya masih kasar, dan tidak mengalami perubahan dalam waktu yang panjang, pecahan tajam kapak jenis ini hanya pada satu sisi. Tempat ditemukannya antara lain di Lahat (Sumatra Selatan), Kamuda (Lampung), Bali, Flores, Timor, Punung (Pacitan, Jawa Timur), Jampang Kulon (Sukabumi, Jawa Barat), Parigi, Tambangsawah (Bengkulu). | |
2. | Kapak Penetak | Kapak penetak dibuat dari fosil kayu. Kapak penetak mempunyai bentuk yang hampir sama dengan kapak perimbas, pecahan tajamnya berliku-liku. Kapak penetak ini bentuknya lebih besar daripada kapak perimbas dan cara pembuatannya masih kasar. Kapak ini berfungsi untuk membelah kayu, pohon, bambu, atau diubahsuaikan dengan kebutuhannya. Kapak penetak ini ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. | |
3. | Pahat Genggam | Pahat genggam dibuat dari kalsedon dan fosil kayu, berukuran sedang dan kecil. Pahat genggam mempunyai bentuk yang lebih kecil dari kapak genggam. Para hebat menafsirkan bahwa pahat genggam mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah. Alat ini dipakai untuk mencari umbiumbian yang sanggup dimakan. | |
4. | Alat Serpih | Alat serpih merupakan kerikil pecahan sisa pembuatan kapak genggam yang dibuat menjadi tajam. Alat tersebut berfungsi sebagai serut, gurdi, penusuk, dan pisau. Tempat ditemukannya alat serpih ini antara lain di Punung (Pacitan, Jawa Timur), Sangiran, Ngandong (lembah Sungai Bengawan Solo), Gombong (Jawa Tengah), Lahat, Cabbenge, dan Mengeruda (Bagian Barat Flores, NTT). | |
5. | Alat-Alat dari Tulang | Alat-alat dari tulang dibuat dari tulang-tulang binatang buruan, mirip tanduk menjangan, duri ikan pari, ada kemungkinan dipakai sebagai mata tombak. Alat-alat itu ditemukan di Gua Lawang di tempat Gunung Kendeng, Bojonegoro. Di gua-gua di tempat Tuban (Gua Gedeh dan Gua Kandang) ditemukan alat-alat dari kulit kerang berbentuk sabit (lengkung). |
Hasil Kebudayaan Masa Bercocok Tanam
Masa bercocok tanam merupakan masa sehabis berburu dan mengumpulkan makanan, Masa dimana insan praaksara mulai hidup menetap, mulai menanam, menguasai alam. Ketika alam sudah tidak sanggup mencukupi kebutuhan hidup manusia, yang disebabkan populasi insan bertambah dan sumber daya alam berkurang, maka insan mulai memikirkan bagaimana sanggup menghasilkan makanan. Manusia harus mengolah alam. Pada masa ini kehidupan insan berkembang dengan mulai mengolah kuliner dengan cara bercocok tanam. Beberapa alat yang dipakai antara lain sebagai berikut.
No | Nama | Gambar | Keterangan |
1. | Kapak Persegi | Beliung persegi merupakan alat dengan permukaan memanjang dan berbentuk persegi empat. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus, kecuali pada pecahan pangkal yang dipakai untuk tempat ikatan tangkai. Sisi pangkal diikat pada tangkai, sisi depan diasah hingga tajam. | |
2. | Kapak Lonjong | Kapak lonjong merupakan alat berbentuk lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada pecahan tajamannya. Seluruh permukaan alat tersebut telah digosok halus. Sisi pangkal agak runcing dan diikat pada tangkai. Sisi depan lebih melebar dan diasah hingga tajam pada kedua sisinya sehingga menghasilkan bentuk tajaman yang simetris. Inilah yang membedakannya dengan beliung persegi. Alat ini di Indonesia ditemukan hanya terbatas di tempat pecahan timur, yaitu di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanimbar, dan Papua. | |
3. | Mata Panah | Mata panah mencerminkan kehidupan masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Mata panahbanyak ditemukan di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Tempat-tempat inovasi mata panah di Jawa Timur antara lain yaitu di Sampung (Gua Lawa), Tuban (Gua Gede dan Gua Kandang), Besuki (Gua Petpuruh), dan Bojonegoro (Gua Keramat). Di Sulawesi Selatan, alat ini antara lain ditemukan di beberapa gua di Pegunungan Kapur Bone (Gua Cakondo, Tomatoa Kacicang, Ara, Bola Batu, Pattae) dan di beberapa gua di Pegunungan Kapur Maros dan sekitarnya. | |
4. | Gerabah | Gerabah terbuat dari tanah liat yang dibakar. Pada masa bercocok tanam, alat ini dibuat secara sederhana. Semua dikerjakan dengan tangan. Gerabah ditemukan di tempat Kendenglembu (Banyuwangi), Klapadua (Bogor), Serpong (Tanggerang), Bali, Kalumpang dan Minanga Sipakka (Sulawesi) serta beberapa tempat lain di Indonesia. | |
5. | Perhiasan | Pada masa bercocok tanam, sudah dikenal tambahan berupa gelang yang terbuat dari kerikil dan kerang. Perhiasan mirip ini umumnya ditemukan di Jawa Tengah dan Jawa Barat. |
Megalitik berasal dari kata mega yang artinya besar, dan lithos yang artinya batu.Tradisi pendirian bangunan-bangunan megalitik selalu didasarkan pada kepercayaan akan adanya hubungan antara yang hidup dan yang mati. Jasa dari seseorang yang telah meninggal diabadikan dengan mendirikan bangunan kerikil besar yang menjadi medium penghormatan.
Hasil Kebudayaan Masa Perundagian
Masa perundagian atau jaman logam yaitu salah satu tahapan kehidupan insan purba menurut arkeologi. Pada zaman logam, masyarakat sudah mengenal pembagian kerja atau dengan kata lain pada masa ini sudah terdapat tingkatan masyarakat. Hal ini dikarenakan tidak semua orang mempunyai logam dan tidak semua orang sanggup menciptakan alat-alat yang terbuat dari logam. Berikut ini beberapa eninggalan masa perundagian
Hasil Kebudayaan Kala Praaksara
Reviewed by dannz
on
7:31 AM
Rating: