Menganalisis Teks Opini/Editorial

Analisis ialah kegiatan penyelidikan (meneliti/memeriksa) terhadap suatu teks, dan menganalisis merupakan kegiatan melaksanakan analisis. Di dalam menganalisis teks opini ada beberapa lagkah yang perlu diperhatikan yaitu struktur, isi, dan bahasa. Struktur teks opini terdiri dari pernyataan pendapat^argumentasi^pernyataan ulang pendapat. Dari segi isi teks opini/editorial menyikapi situasi yang berkembang dimasyarakat luas baik itu aspek sosial, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan tergantung tujuan dari penulis. Dari segi bahasa teks opini/editorial memakai unsur kebahasaan seperti adverbia, konjungsi, verba, dan kosakatai.

Pada belahan ini Anda diajak untuk menganalisis fungsi sosial teks opini/editorial. Fungsi sosial teks opini/editorial tajuk biasanya menjelaskan gosip artinya, dan kesannya pada masyarakat. Teks opini juga mengisi latar belakang dari kaitan gosip tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam teks opini/editorial terkadang juga ada ramalan atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang sanggup terjadi serta meneruskan evaluasi moral mengenai gosip tersebut.

Silahkan menunjukkan pendapat atau menunjukkan penafsiran perihal teks tersebut. Tentunya dalam menganalisis teks opini tidak akan menenui kesulitan, lantaran teks ini sudahdijelaskan bagaimana struktur teks opini/editorial, bagaimana ciri kebahasaan yang kerap dipakai pada teks tersebut, serta informasi apa saja yang diharapkan untuk membangun sebuah teks opini/editorial. Oleh lantaran itu, bacalah kembali secara saksama teks berikut!

Menjual Sembari Menjaga Nirwana
No.StrukturKalimat
1.Pernyataan PendapatIndonesia ialah nirwana sekaligus dongeng nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan menciptakan kegiatan wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah.
2.ArgumentasiDalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal, dengan pariwisata, kawasan bisa mendapat penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.

Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu mempunyai pantai-pantai indah, bahari yang bening dan tenang, serta ikan berwarnawarni yang menyelinap di antara terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola merah yang ditelan bahari jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. Mereka tiba hanya pada dikala kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengebom terumbu karang. Keinginan pemerintah sentra menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.

Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini mempunyai ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada tiga tempat yang mempunyai barrel-ombak berbentuk terowongan-yang sanggup ditemui sepanjang waktu: Hawaii, Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah kawasan seakan-akan tidak berdaya di sana. Resor tumbuh menjamur, tetapi donasi mereka kepada ekonomi kawasan amat minimal. Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah kawasan yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana.

Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan abnormal yang tiba ke negeri ini. Tahun lalu, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik, hanya ada 8 juta wisatawan abnormal yang tiba berkunjung ke Indonesia. Jangankan dibandingkan dengan Prancis yang bisa mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan abnormal ke Indonesia masih jauh dari Malaysia, yang berdasarkan United Nations World Tourism Organization kedatangan 25 juta pelancong pada 2012. Ini menempatkan Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan jumlah wisatawan abnormal terbanyak.

Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia ialah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. Pemerintah sentra ataupun kawasan masih lebih bahagia mendapat uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap tidak terlalu menguntungkan-terutama untuk pejabat yang korup. Tidak ada resor atau pengelola wisata yang bisa membayar setoran ke pejabat korup sebesar yang disetor pejabat hutan atau pemilik tambang.

Kesadaran menjaga alam dan membuatkan potensi wisata justru tiba dari operator wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara terencana supaya mereka tidak memburu ikan dengan bom. Ia berupaya menyadarkan masyarakat perihal arti penting keindahan alam di halaman rumah mereka. Di Hulu Bahau, Kalimantan Utara, seorang ketua moral besar berhasil menyadarkan masyarakat untuk menjaga hutan. Bersama forum ibarat WWF, masyarakat di sana membuatkan wisata sungai dan rimba.

Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini supaya lebih menarik. Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu bisa menciptakan banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang bisa menarik 15 juta wisatawan asing. Hampir dua kali lipat dari yang ke Indonesia.

Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.
3.Pernyataan Ulang PendapatIndonesia memang nirwana sekaligus dongeng nyata. Di tangan para pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya.

Informasi yang diperoleh dari teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” antara lain sebagai berikut.
  1. Ternyata Indonesia mempunyai banyak tempat indah.
  2. Tempat-tempat indah itu masih terbengkalai dan belum digarap.
  3. Pembangunan prasarananya kerap tidak dilakukan pemerintah.
  4. Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.
  5. Dengan pariwisata, kawasan bisa mendapat penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.
  6. Di Mentawai, Sumatera Barat, kepulauan ini mempunyai ombak terbaik untuk berselancar.
  7. Pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan abnormal yang tiba ke negeri ini.
  8. Tahun lalu, hanya ada 8 juta wisatawan abnormal yang tiba berkunjung ke Indonesia.
  9. Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia ialah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.
  10. Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini supaya lebih menarik.
  11. Selama ini pemerintah hanya menjual Bali, Yogyakarta dan Danau Toba. 

Dari teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”, diketahui banyak sekali informasi perihal objek wisata yang masih tersembunyi di negeri tercinta ini. Saya sangat baiklah dengan goresan pena di atas. Meski Indonesia mempunyai objek wisata dan budaya yang lebih bermacam-macam dibanding Malaysia, Thailand dan Brunei, peluang tersebut tidak bisa diambil begitu saja lantaran Indonesia belum mempunyai proteksi regulasi yang kondusif, proteksi terhadap lingkungan, kebersihan, serta kepastian perjuangan dan proteksi infrastruktur yang masih terbatas. 

Salah satu unsur yang memilih berkembangnya industri pariwisata ialah objek wisata. Semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan itulah yang disebut objek wisata atau tempat wisata. Tempat wisata ini sanggup berupa objek wisata alam, ibarat gunung, danau, sungai, pantai, ataupun laut, sedangkan objek wisata bangunan sanggup berupa museum, benteng, situs peninggalan sejarah, dan sebagainya.
  1. Menurut kalian, apakah masih banyak tempat wisata yang memang belum terjamah, baik oleh pemerintah maupun penduduk setempat? Ada begitu banyak pesona alam, maupun buatan yang belum dikenal tapi sangat indah dan luar biasa menawan. Misalnya saja di Minahasa Selatan mempunyai banyak sekali objek wisata yang seakan belum terjamah, ada air terjun, ada pantai yang luar biasa indah, ada hutan wisata, ada peninggalan-peninggalan bersejarah, dan masih banyak lagi lainnya.
  2. Coba kalian sebutkan tempat apa saja yang seharusnya bisa dijadikan objek wisata di kawasan kalian, tetapi masih terabaikan dan belum dimanfaatkan. Misalnya Pantai Moinit yang berada di desa Teep Kecamatan Amurang Barat dan Desa Tawaang Kecamatan Tenga. Nah, pemandangan alamnya begitu menakjubkan, dan Anda juga bisa menemukan sebuah tempat permandian, dan ada air panas di perairan laut. Katanya mandi di sana sanggup memuluskan kulit, dan menyehatkan badan.
  3. Menurut kalian, apa penyebab tempat di kawasan kalian itu masih belum digarap atau dimanfaatkan (belum terjamah)? Hal ini disebabkan karena kawasan belum mempunyai proteksi regulasi yang kondusif, proteksi terhadap lingkungan, kebersihan, serta kepastian perjuangan dan proteksi infrastruktur yang masih terbatas. 
  4. Tempat wisata apa sajakah yang ada di kawasan kalian? Beberapa obyek wisata ibarat Batu Kapal di desa Sapa Tenga, kemudian ada Benteng Portugis di Uwuran Satu Amurang, Gereja Belanda yang dibangun pada tahun 1800-an, Batu Menhir di Lelema, Waruga kaneyan, dan Batu Tumotow di Tareran
Menganalisis Teks Opini/Editorial Menganalisis Teks Opini/Editorial Reviewed by dannz on 8:53 PM Rating: 5