Unsur Kebahasaan Teks Diskusi

Secara sederhana yang disebut dengan teks diskusi yaitu goresan pena yang mengulas sebuah duduk masalah (isu) dengan disertai argumen/pendapat baik yang mendukung maupun yang menentang informasi tersebut serta diakhiri dengan simpulan atau rekomendasi penulis. Wacana yang mengandung permasalahan ini yaitu wacana yang mempunyai dua kubu antara pro (mendukung) dan kontra (penentang), antara pendukung informasi dan penentang isu. Pendapat yang mendukung dan pendapat yang menentang tersebut harus didukung dengan fakta, data, pengalaman penulis, serta acuan yang bekerjasama dengan informasi yang dibahas.

Masalah yang dihadirkan dalam teks diskusi nantinya akan didiskusikan menurut dua sudut pandang tersebut (point of view) tersebut, pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan komunikatif dari teks diskusi itu sendiri yaitu unutk mengetengahkan suatu duduk masalah atau informasi yang ditinjau paling tidak dari dau sudut pandang, sebelum hingga pada suatu kesimpulan atau rekomendasi.

Dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi, perlu diperhatikan dan dipahami wacana ciri-ciri kebahasaan teks diskusi. Sehingga dalam mengidentifikasi unsur kebahasaan teks diskusi akan lebih mudah. Ada beberapa ciri-ciri kebahasaan dalam teks diskusi,yaitu mengguakan tanda hubung perlawanan, memakai kohesi leksiakl dan kohesi gramtikal, mengawali permasalahan dengan kalimat tanya, dan memakai kata modalitas. Perhatikan pola teks diskusi di bawah ini.

Bolehkah Anak Sekolah Membawa Telepon seluler ke Sekolah?
Struktur TeksKalimat
IsuBanyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan aneka macam persyaratan. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan. Dengan demikian, pelarangan siswa membawa telepon seluler ke sekolah menuai perdebatan.
Argumen
Mendukung
Masyarakat yang oke siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah mempunyai alasan, yaitu orang bau tanah sanggup menghubungi anaknya baik secara eksklusif maupun tidak langsung. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang bau tanah merasa nyaman alasannya yaitu sanggup berkomunikasi dengan anaknya kalau terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.
Secara sederhana yang disebut dengan teks diskusi yaitu goresan pena yang mengulas sebuah masa Unsur Kebahasaan Teks Diskusi
Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang bau tanah perlu segera menghubungi, orang bau tanah harus menghubungi kantor sekolah. Akibatnya, waktu yang berharga bisa hilang. Apalagi, saluran telepon di kantor sekolah sedang sibuk. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan memberikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk mendapatkan telepon.

Di samping itu, salah satu laba dari penggunaan telepon seluler di sekolah yaitu telepon seluler sanggup dipakai sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, menyerupai kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini sanggup dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.
Argumen
Menolak
Sementara itu, masyarakat yang tidak oke siswa membawa telepon seluler ke sekolah menyampaikan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler sanggup memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, aktivitas pembelajaran akan terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas. Di samping itu, siswa sanggup memakai telepon seluler untuk aktivitas melawan aturan menyerupai pencurian, dan sejenisnya.

Aplikasi internet di telepon seluler memperlihatkan kesempatan untuk melaksanakan kecurangan. Siswa sanggup pergi ke internet untuk mencari tanggapan pada ketika ulangan. Siswa bisa membawa teks contekan dalam telepon seluler. Kadang-kadang, hanya bawah umur dari keluarga bisa yang mempunyai telepon seluler. Hal ini sanggup menjadikan banyak duduk masalah sosial, menyerupai kecemburuan, pencurian, dan pelecehan. Proses pembiasaan di sekolah menjadi agak sulit alasannya yaitu adanya kesenjangan sosial.
SimpulanCara untuk mengatasi duduk masalah ini yaitu pihak sekolah berdiskusi dan bermusyawarah dengan orang bau tanah biar menghasilkan kebijakan yang tepat. Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai imbas positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa imbas negatif belaka.

1. Penggunaan Konjungsi Perlawanan
Konjungsi perlawanan memakai kata hubung : tetapi, namun, sedangkan, sebaliknya. Di dalam teks ‘’Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?” konjungsi perlawanan sanggup dilihat pada pola berikut.
  1. Banyak sekolah, terutama di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswanya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan aneka macam persyaratan.
  2. Sebagian orang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah diperbolehkan, tetapi banyak juga yang menganggap bahwa membawa telepon seluler ke sekolah tidak diperbolehkan.
  3. Jika siswa tidak membawa telepon seluler sedangkan orang bau tanah perlu segera menghubungi,

2. Penggunaan Kohesi Leksikal dan Kohesi Gramatikal
Penggunaan Kohesi Leksikal
Kohesi leksikal yaitu kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata. Kohesi leksikal itu sanggup berbentuk, antara lain, dengan pengulangan, sinonim, antonim, dan hiponim. Dalam teks “Bolehkah Siswa Membawa Telepon Seluler ke Sekolah?”, pola kohesi leksikal yaitu sebagai berikut.
  1. Di samping itu, salah satu laba dari penggunaan telepon seluler di sekolah yaitu telepon seluler sanggup dipakai sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, menyerupai kalkulator, kamera, dan internet.
  2. Di samping itu, salah satu laba dari penggunaan telepon seluler di sekolah yaitu telepon seluler sanggup dipakai sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesori, menyerupai kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini sanggup dimanfaatkan untuk membantu siswa dalam bidang akademik.
  3. Banyak sekolah, terutama sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, melarang siswannya membawa telepon seluler, tetapi banyak juga sekolah yang membolehkan siswanya membawa telepon seluler dengan aneka macam persyaratan.
  4. Yang paling penting apakah telepon seluler mempunyai dampak positif yang mengarah pada pendidikan atau hanya membawa dampak negatif belaka.
  5. Di samping itu, salah satu laba dari penggunaan telepon seluler di sekolah yaitu telepon seluler sanggup dipakai sebagai alat bantu, terutama telepon seluler yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris, menyerupai kalkulator, kamera, dan internet. Aplikasi ini sanggup dimanfaatkan untuk membantu dalam bidang akademik.

Berdasarkan pola 1) tersebut sanggup dikemukakan bahwa supaya padu, penulis mengulang kata telepon seluler beberapa kali. Sementara itu, pada pola (2) frasa beberapa aksesoris, dan kata aplikasi ini merupakan sinonim. Pada pola 3 dan 4) kata melarang merupakan antonim kata membolehkan dan kata positif merupakan antonim kata negatif. Pada pola 5) kalkulator, kamera, dan internet yaitu hiponim dari kata aplikasi.

Penggunaan Kohesi Gramatikal
Kohesi gramatikal yaitu kepaduan yang dicapai dengan memakai elemen dan aturan gramatikal. Kohesi gramatikal, antara lain, sanggup terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis. Hal itu sanggup disimak pada pola berikut.
  1. Masyarakat yang oke bahwa siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah alasannya yaitu hal itu sanggup memudahkan orang tua untuk sanggup menghubungi anaknya.
  2. Ketika telepon seluler berdering di kelas, meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan beberapa ketika kesempatan mengajar alasannya yaitu terganggu. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.

Berdasarkan pola (1) tersebut, -nya pada kata anaknya, merujuk pada orang tua; sedangkan pada pola (2) frasa hal ini merujuk pada kalimat guru akan kehilangan kesempatan mengajar.

3. Penggunaan Modalitas
Modalitas yaitu kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas dinyatakan dengan kata-kata menyerupai harus, akan, ingin, mungkin. Hal itu sanggup dilihat pada pola berikut.
  1. Jika siswa tidak membawa telepon seluler dan orang bau tanah perlu segera menghubungi, orang bau tanah harus menghubungi kantor sekolah.
  2. Sekolah juga harus mengirim seseorang untuk menghubungi siswa yang bersangkutan dan memberikan pesan atau memanggilnya ke kantor untuk mendapatkan panggilan.
  3. Meskipun hanya mode getar, guru akan kehilangan kesempatan mengajar.
  4. Hal itu akan merugikan seluruh kelas.
  5. Masyarakat yang oke siswa boleh membawa telepon seluler ke sekolah mempunyai alasan, yaitu orang bau tanah dapat menghubungi anaknya baik secara eksklusif maupun tidak langsung.
  6. Dengan membawa telepon seluler, setidaknya orang bau tanah merasa nyaman alasannya yaitu dapat berkomunikasi dengan anaknya kalau terjadi perubahan jadwal, kondisi darurat, dan sejenisnya.
  7. Di samping itu, siswa dapat memakai telepon seluler untuk aktivitas melawan aturan menyerupai pencurian, dan sejenisnya.
  8. Sementara itu, masyarakat yang tidak oke siswa membawa telepon seluler ke sekolah menyampaikan bahwa aplikasi yang tersedia di telepon seluler dapat memengaruhi konsentrasi siswa dalam pembelajaran.
  9. Siswa dapat pergi ke internet untuk mencari tanggapan pada ketika ulangan.
  10. Hal ini dapat menjadikan banyak duduk masalah sosial, menyerupai kecemburuan, pencurian, dan pelecehan.

Berdasarkan pola (1) hingga dengan (10) tersebut kata-kata modalitas yang dipakai yaitu harus, akan, dan dapat.
Unsur Kebahasaan Teks Diskusi Unsur Kebahasaan Teks Diskusi Reviewed by dannz on 5:32 AM Rating: 5