Menelaah Proses Kreatif Menulis Cerpen

Menulis cerpen tidak eksklusif begitu saja, tetapi dengan persiapan yang lebih terarah serta tujuan yang terang sebelum menulis. Proses menulis kreatif menulis cerpen terdiri dari Mulai dari bagaimana menggali ide, mengenal unsur-unsur fiksi, menjaring tema dan topik, mencari judul, menyusun plot, membuka dan menutup cerita, menentukan diksi, dan menyunting. Proses kreatif menulis dongeng pendek diawali dengan menemukan ide utama. Ide sanggup diperoleh dari membaca majalah, koran, dongeng orang lain, menonton telivisi, dan mendengarkan radio. Tahap selanjutnya ialah berbagi ide utama dengan cara memulai berbagi rangkaian cerita.

Setelah berbagi rangkaian cerita, selanjutnya menuliskan paragraf awal dengan melibatkan tokoh pada sebuah konflik semoga pembaca tidak bosan lantaran membaca paragraf yang bertele-tele, menulis sebuah dongeng pendek sesuai dengan ide awal, dan membaca kembali dongeng pendek yang ditulis untuk kemudian diperbaiki. Dari uraian di atas sanggup disimpulkan bahwa langkah-langkah menulis kreatif yaitu (1) tahap persiapan, (2) tahap inkubasi, (3) tahap inspirasi, (4) tahap penulisan, dan (5) merevisi atau menyunting.

Proses Kreatif Menulis Cerpen
Dalam menulis cerpen, ide merupakan kasus yang bersumber dari insiden ataupun benda. Masalah dalam cerpen dipecahkan dengan logika fantasi dan imajinasi. Cerpen mempunyai ruang yang luas untuk berbagi imajinasi dan fantasi dalam memecahkan kasus sebagai sumber ide cerpen.

Agus Noor sebagai pengarang melaksanakan pencarian ide terhadap karyanya dengan memulainya dari kasus yang diangkat. Masalah sebagai sumber ide dalam menulis cerpen ialah ketertarikan pengarang pada fenomena atau benda yang membangkitkan rasa ingin menulis.

Kepekaan Agus Noor terhadap kasus sosial menyerupai kemiskinan yang membangun rasa tenggang rasa dalam diri pengarang, dengan rasa prihatin, respek, kasihan, dan tanggung jawab yang digambarkan dalam cerpen "Perihal Orang Miskin yang Bahagia". Dari "Perihal Orang Miskin yang Bahagia" Agus Noor ingin membuka mata masyarakat perihal bagaimana nasib orang-orang yang terjerat dalam kasus kemiskinan.

Jika ide dan kasus sudah didapat, selanjutnya ialah memikirkan balasan atas kasus itu. Tahapan ini disebut pengendapan atau pengolahan ide. Jika sudah mendapat ide dan merumuskan masalahnya, hal yang dilakukan berikutnya ialah memikirkan logika dongeng dan jawabannya. Logika balasan itu bisa diperoleh dengan pengetahuan dan imajinasi. Selain itu, logika juga bisa dibangun dengan dasar budaya, ilmu pengetahuan, dan sebagainya yang akan memperlihatkan kualitas sebuah cerpen. Oleh alasannya itu, sebelum menulis cerpen, pengarang biasanya melaksanakan riset.

Agus Noor melaksanakan tahapan pengolahan idenya dengan cara melakukan pengendapan atau pengolahan ide dengan melaksanakan banyak sekali obsevasi dan riset. Dengan melaksanakan analisa dan pengumpulan isu dari lingkungan sekitar untuk selanjutnya akan dituangkan dan ditafsirkan ke dalam sebuah kerangka cerita. Agus Noor juga melaksanakan anutan terhadap kelogisan jalan dongeng dan balasan dari permasalahan yang terdapat dalam cerpen. Selanjutnya berbagi kerangka dongeng secara perlahan dengan penggunaan diksi yang sempurna dan bisa memberi kesan kepada pembaca, sampai terbentuklah suatu cerpen yang berjudul "Perihal Orang Miskin yang Bahagia".

Jika ide dan permasalahannya sudah terpecahkan melalui pengendapan atau pengolahan ide yang menghasilkan logika balasan atau alur peristiwa, tahap selanjutnya ialah menuliskannya perlahan sampai selesai.

Setelah membaca cerpen “Perihal Orang Miskin yang Bahagia” itu, sanggup ditemukan kelogisan berpikir dalam memecahkan kasus yang dituangkan Agus Noor dalam cerpennya. Jika kita mengamati cerpen "Perihal Orang Miskin yang Bahagia" secara keseluruhan, kita sanggup menemukan kelogisan dan analisis berpikir tingkat dari seorang Agus Noor. Oleh lantaran itu, sanggup disimpulkan dalam cerpen ini untuk segi pemecahan kasus terkesan masuk budi atau logis.

Menjadi miskin tidak cukup hanya dengan sekedar pakaian kumal, gubug reyot, perut yang senantiasa kelaparan. Tapi  dibutuhkan pula selembar keterangan atau identitas yang menyatakan bahwa ia benar-benar miskin, yang dikeluarkan oleh Kepala desa atau Kepala Kelurahan. Menulis perihal kemiskinan, tak perlu hanya menceritakan kenestapaan, kemalangan ataupun kesedihan semata. Menjadi miskin saja sudah bikin susah, mengapa mesti menuliskan kemiskinan dengan potret menyedihkan?


“Perihal Orang Miskin yang Bahagia” (Agus Noor)
“Aku sudah resmi jadi orang miskin” katanya, sambl memperlihatkan Kartu Tanda Miskin masih yang bersih, licin dan mengkilat lantaran delaminating. Orang miskin itu dikenal ulet. Ia mau bekerja serabutan apa saja, mulai dari tukang becak, kuli angkut, buruh bangunan. Ia pernah mendatangi dukun untuk mengubah garis jelek tangannya. Tapi dukun itu berkata bahwa orang miskin itu mempunyai talenta miskin. Ia pernah bercerita kepadaku, bahwasannya terkadang ia bosan hidup miskin.

Orang miskin itu pernah bekerja sebagai badut dengan kostum rombeng dan menyedihkan. Ia bersahabat sekali dengan lapar. Tiap kali lapar tiba ia selalu mengajaknya untuk berkelakar sekedar melupakan penderitaan. Ia sering,menceritakan kisah-kisah orang miskin yang sukses kepadaku. Ia suka memanjakan diri menikmati kopi dari hasil anaknya yang mengemis.

Wajah orang miskin itu mengingatkanku pada wajah yang selalu muncul setiap kali saya berkaca. Ia suka menghiburku, menyerupai tipe periang, tapi saya kerap melihatnya menyembunyikan isak tangisnya. Wajah itu diliputi kesedihan. Bila lagi duka orang miskin itu suka tiba ke pegajian. Ia akan terkantuk-kantuk sepanjang ceramah tapi eksklusif semangat begitu makanan dibagi. Orang miskin itu pernah ditangkap polisi. Saat dikampung sering terjadi pencurian, ia sebagai warga miskin, dituduh melaksanakan pencurian. Akhirnya ia dipukuli dan diintrogasi.

Sekarang orang miskin itu mempunyai kartu nama yang tertengger gagah bertuliskan jabatan : orang miskin. Ia telihat keren, ia sering keliling kampung sampil menenteng ponsel sambil bersiul . Saat tubuhnya digerogoti penyakit, dengan entengnya ia pergi ke rumah sakit dengan bermodalkan Kartu Tanda Miskin. Beruntung sekali orang miskin itu mempunyai anak dan istri yang tabah.

Suatu sore, orang miskin itu mengajak anak dan istrinya berbelanja ke mal. Mereka memborong apa saja yang mereka inginkan. Saat di kasir, ia menyerahkan Kartu Tanda Miskin itu, tentu saja petugas keamanan eksklusif mengusirnya. Ia hening ketika anak-anaknya tidak bisa sekolah. Ia berfikir sekolah itu tidak sanggup merubah nasib mereka. Saat mendengar itu, saya kembali memasukan amplop yang hendak kuberikan ke orang miskin itu.

Takdir selalu punya cara yang tak terduga, tanpa firasat apa-apa, orang miskin itu mendadak mati. Anaknya terbengong melihat jasad ayahnya, sedangkan istrinya sedari tadi menangis, bukan lantaran duka tapi resah mau membelikan kain kafan pake apa. Para pelayat sudah dongkol menunggu, “kapan hendak dikuburkan?” Tanya mereka. Karena merasa hanya bikin susah orang lain, orang miskin tadi memutuskan untuk kembali hidup. Sejak insiden itu, ia sering murung mungkin lantaran banyak orang yang mengolok-oloknya.

Nasib jelek terkadang memang kurang aja, suatu hari orang miskin itu menjelma anjing. Anak-istrinya yang kelaparan segera menyembelihnya.
Menelaah Proses Kreatif Menulis Cerpen Menelaah Proses Kreatif Menulis Cerpen Reviewed by dannz on 7:28 PM Rating: 5