Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Kisah Fiksi Dalam Novel

Latar belakang pengarang mempunyai tugas yang besar dalam menunjukkan nuansa dan nilai dalam proses penciptaan karya sastra. Latar belakang tersebut, di dalamnya merangkum banyak sekali macam kondisi dimana sang pengarang memijakkan kaki, entah itu kondisi politik yang sedang bergejolak, maupun ideologi pengarang itu sendiri. Karya sastra merupakan pecahan dari kehidupan masyarakat, kelahirannya di tengah-tengah masyarakat tiada luput dari imbas sosial, budaya dan psikologi. Sastra merupakan bentuk aktivitas kreatif dan produktif yang mempunyai nilai rasa estetis serta mencerminkan relitas sosial kemasyarakatan.

Misalnya saja Andrea Hirata yang dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan memang cukup mensugesti langsung Andrea sedari kecil. Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh. Sekolah yang berjulukan SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah memperihatinkan.

Pada novel Laskar pelangi banyak sekali unsur-unsur sosial dan budaya masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong. Adanya perbedaan status antara komunitas buruh tambang dan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh tembok tinggi merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua komunitas ini memang ada dan saling ketergantungan. Komunitas buruh tambang memerlukan uang untuk melanjutkan kehidupan, sedang komunitas pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk menjalankan perjuangan mereka.
 Latar belakang pengarang mempunyai tugas yang besar dalam menunjukkan nuansa dan nilai dala Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Cerita Fiksi dalam Novel
Perhatikan penggalan dongeng dari novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri berikut ini dengan saksama.
  1. Engkau tahu, saya lahir dan besar di sebuah kampung terisolir yang sampai sekarang masih ibarat itu saat saya meninggalkannya hampir tujuh tahun yang kemudian (NSdI, 2004:18).
  2. Aku merasa, kehidupanku telah mati sehabis kembali ke Rimbo Pematang, tak kudapati umi. Setelah abah hanyut dibawa Sungai Indragiri, saya hanya mempunyai umi yang kutinggalkan hampir setahun di penjara (NSdI, 2004:62).
  3. Tahun 1986, inilah tahun terburuk dalam sejarah tragedi di kampungnya. Dia gres tamat SD saat itu dan umurnya gres 12 tahun. Meski masih anyir ingus, tetapi beliau ingat betul semua yang terjadi di kampungnya; panas terik sepanjang tahun, beras menjadi langka, pohon karet tak mengeluarkan getah lantaran tak tersiram air. Penduduk kampung itu balasannya banyak yang mencari ubi dan talas ke kampung lain untuk sekadar mempertahankan hidup (NSdi, 2004:38).

Dari penggalan dongeng di atas, sanggup diketahui bahwa latar tempat yang dipakai pengarang dalam novelnya ialah sebuah kampung di erat Sungai Indragiri. Seperti yang kalian ketahui, sungai tersebut berada di Provinsi Riau. Meskipun Desa Rimbo Pematang ialah tempat fiktif yang diangkat pengarang dalam ceritanya, tetapi penggambaran desa ini sanggup mewakili citra kondisi beberapa tempat Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

Dengan membaca kutipan yang ada di atas sanggup digambarakan bahwa novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri secara terperinci menyingkap kondisi sosial masyarakat Provinsi Riau remaja ini. Dalam novel tersebut terdapat citra keterbelakangan dan kemiskinan yang ada di Provinsi Riau. Keadaan politik yang memburuk menyebabkan harga rupiah yang anjlok, sehingga harga karet dan kayu melambung tinggi. Hal ini menyebabkan PT Riau Maju Timber “merampas” hutan masyarakat Rimbo Pematang. Pendeskripsian latar tempat tersebut menciptakan pembaca mengetahui secara detail suasana kampung yang dilukiskan pengarang sehingga pembaca seakan-akan bisa turut mencicipi suasana tersebut.

Perhatikan pula nukilan dongeng dari novel Laskar Pelangi berikut ini dengan cermat.
  1. Tak disangsikan, jikalau di-zoom out, kampung kami ialah kampung terkaya di Indonesia. Inilah kampung tambang yang menghasilkan timah dengan harga segenggam lebih mahal puluhan kali lipat dibanding segantang padi. Triliunan rupiah aset tertanam di sana, miliaran rupiah uang berputar sangat cepat ibarat putaran mesin parut, dan miliaran dolar devisa mengalir deras ibarat kawanan tikus terpanggil pemain seruling ajaib Der Rattenfanger von Hameln. Namun, jikalau di-zoom in, kekayaan itu terperangkap di satu tempat, ia tertimbung di dalam batas tembok-tembok tinggi Gedong.
  2. Hanya beberapa jengkal di luar bulat tembok tersaji pemandangan kontras ibarat langit dan bumi. Berlebihan jikalau disebut tempat kumuh tapi tak keliru jikalau diumpamakan kota yang dilanda gerhana berkepanjangan semenjak kurun pencerahan revolusi industri. Di sana, di luar lingkar tembok Gedong hidup komunitas Melayu Belitong yang jikalau belum punya enam anak belum berhenti beranak pinak. Mereka menyalahkan pemerintah lantaran tidak menyediakan hiburan yang memadai sehingga jikalau malam tiba mereka tak punya aktivitas lain selain menciptakan bawah umur itu.
  3. Di luar tembok feodal itu berdirilah rumah-rumah kami, beberapa sekolah negeri, dan satu sekolah kampung Muhammadiyah. Tak ada orang kaya di sana, yang ada hanya kerumunan toko miskin di pasar tradisional dan rumah-rumah panggung yang renta dalam banyak sekali ukuran. Rumah-rumah orisinil Malayu ini sudah ditinggalkan zaman keemasannya. Pemiliknya tak ingin merubuhkannya lantaran tak ingin berpisah dengan kenangan masa jaya, atau lantaran tak punya uang. (Laskar Pelangi, 2007:49—50)

Secara terperinci telah diungkapkan pengarang dalam novel Laskar Pelangi bahwa kehidupan yang kontras terjadi pula di tempat Belitung. Provinsi Riau dan Belitung bergotong-royong tempat kaya di republik ini, tetapi ternyata masih terdapat tempat miskin di sana. Lalu, bagaimana tanggapan kalian wacana kehidupan yang ibarat ini?

Novel Laskar Pelangi mengangkat kisah kehidupan masyarakat Melayu Belitong yang miskin dan berada di bawah hegemoni pertambangan timah besar, PN Timah. Latar perkampungan Melayu yang diceritakan dalam novel ini ialah Gantong, desa pesisir yang hanya mempunyai satu SD berbasis Islam yang keadaannya sama memprihatinkan dengan kampungnya. Jarang ada orang bau tanah yang mau menyekolahkan anaknya di sana, bahkan sekolah itu akan ditutup apabila tidak bisa memenuhi kuota murid sepuluh orang.

Penggambaran dua sisi kehidupan yang berbeda dalam  novel ini begitu kontras, antara masyarakat miskin Melayu dan orang-orang Gedong yang secara umum dikuasai bukan Melayu (pendatang dari Jawa, dan sebagainya) sekaligus penguasa PN Timah. Keberadaan orang-orang Non-Melayu yang justru menguasai perekonomian di Belitong dengan perusahaan timah besar itu juga mencerminkan tingkat pendidikan dan kelas sosial mereka. Orang yang berpendidikan tinggi menguasai perekonomian dan mempunyai kelas sosial tinggi pula. Orang yang tidak menguasai perekonomian dan produksi, dalam novel ini masyarakat Melayu Belitong, termasuk dalam kelas sosial rendah lantaran mereka tidak berpendidikan tinggi.

Mengutip tujuan nasional dari pembentukan pemerintahan ialah untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Kemerdekaan yang telah diraih harus dijaga dan diisi dengan pembangunan yang berkeadilan dan demokratis.

Perhatikan nukilan berikut ini. Uraikan pendapat kalian wacana apa yang digambarkan pengarang pada kutipan itu.
  1. “Banyak anak usia sekolah di kampungku yang tidak sekolah, Fahmi. Aku berharap, beberapa tahun lagi di Rimbo Pematang sudah ada Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengan Atas sehingga bawah umur di sana dan kampung terdekat tidak harus menyeberang sungai ke sini untuk sekolah... (NSdI, 2004:20).
  2. Dia mau pergi, mengejar dunia dan mimpi masa kanak-kanaknya: ada jalan beraspal dan jembatan yang mengeluarkan kampungnya dan juga kampung sekitarnya dari isolasi. Ada listrik yang menerangi sehingga kampungnya tidak gelap gulita di malam hari, lantaran hanya lampu teplok yang menyala. Dia juga ingin ada sekolah yang layak dan tidak hanya sebatas SD, supaya bawah umur kampungnya tidak harus mengayuh bahtera ke seberang saat ingin berangkat sekolah ke Sekolah Menengah Pertama maupun SLTA. Hal inilah yang menciptakan banyak anak di kampungnya yang balasannya menentukan tidak sekolah dan melaksanakan aktivitas sehari-hari ibarat yang dilakukan orang remaja di kampung ini; menakik getah, menjala ikan, dan turun ke sawah (NSdI, 2004:34).
  3. Seminggu hujan tak berhenti dan kampung itu benar-benar menjadi danau baru, mungkin juga puluan kampungl lainnya di sepanjang fatwa sungai. Kalid juga masih ingat saat itu, sehabis air surut dan normal, kampung itu dilanda wabah kolera. Penyakit itu tiba tidak hanya menyerang anak-anak, tetapi juga orang dewasa. Banyak yang meninggal saat itu, sekitar pertengahan tahun 1986, lantaran pemberian obat-obatan dan dokter dari kota terlambat. Transportasi yang susah menciptakan distribusi pemberian tersendat, ini belum lagi dilema birokrasi yang selalu menjadi penghambat penyaluran pemberian dalam tragedi apapun (NSdI, 2004:51).

Apakah kalian oke bahwa tingkat keterbelakangan suatu kaum dipengaruhi oleh faktor kemiskinan?

Sangat oke lantaran kemiskinan merupakan dilema dalam pembangunan yang ditandai dengan pengangguran dan keterbelakangan, yang kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin pada umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada aktivitas ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya. Salah satu penyebab kemiskinan disebabkan oleh faktor-faktor buatan insan ibarat kebijakan ekonomi yang tidak adil, distribusi aset produksi yang tidak merata, korupsi dan kongkalikong serta tatanan ekonomi dunia yang cenderung menguntungkan kelompok masyarakat tertentu.

Kemiskinan merupakan dilema multidimensional di Indonesia. Padahal Indonesia ialah sebuah bangsa yang mempunyai kekayaan alam berlimpah. Kemiskinan ini tidak hanya ditandai oleh rendahnya pendapatan penduduk, tetapi juga digambarkan oleh rendahnya kualitas kesehatan dan rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Setujukah kalian dengan pernyataan ini?

Sangat oke lantaran dilihat dari penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), Indonesia masih dikategorikan sebagai negara sedang berkembang. Ciri lain dari negara sedang berkembang ialah rendahnya tingkat pendapatan dan pemerataannya, rendahnya tingkat kemajuan dan pelayanan kemudahan umum/publik, rendahnya tingkat disiplin masyarakat, rendahnya tingkat keterampilan penduduk, rendahnya tingkat pendidikan formal, kurangnya modal, dan rendahnya produktivitas tenaga kerja, serta lemahnya tingkat administrasi usaha.
Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Kisah Fiksi Dalam Novel Menginterpretasi Fungsi Sosial Teks Kisah Fiksi Dalam Novel Reviewed by dannz on 3:02 AM Rating: 5