Jenis Jenis Frasa Dan Afiksasi

Frasa atau kelompok kata yakni adonan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Tidak predikatif artinya tidak ada fungsi predikat pada adonan kata itu. Syarat frasa dilarang melebihi batas satu fungsi kalimat. Beberapa ciri-ciri frasa antara lain sebagai berikut : Adapun ciri-ciri frasa antara lain : dalam frasa harus terdiri setidaknya minmal dua kata atau lebih, menduduki atau mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat, dalam frasa harus mempunyai satu makna gramatikal, dan frasa bersifat nonpredikatif.

Sedangkan afiksasi yakni proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam lingistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para hebat bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang sanggup ditambahkan pada awal, final maupun tengah kata. Berikut ini klarifikasi mengenai frasa dan afiksasi.

A. Jenis-Jenis Frasa
Frasa sanggup dikelompokkan menurut unsurnya, menurut kelas kata pada inti frasa, dan menurut satuan makna yang dikandung /dimiliki unsur-unsur pembentuknya frasa. Berikut ini klarifikasi mengenai jenis-jenis frasa.
No.Jenis frasaKeterangan
1Jenis-jenis frasa menurut unsurnya1. Frasa Endosentris
Frasa endosentris yakni frasa yang berkonstruksi endosentris. Frasa ini dibagi menjadi dua sebagai berikut.
  • Endosentris koordinatif yakni frasa yang terjadi dari perpaduan komponen-komponen pokok saja dan tidak ada komponen penjelas. Kedua unsurnya merupakan inti. Ciri frasa ini sanggup disisipi kata hubung dan dan atau. Konstruksinya A dan/atau B. Contoh: suami istri, ayah ibu, hutan rimba, berita berita, sanak saudara, sawah ladang, cerdas cermat.
  • Endosentris subordinatif/modifikatif yakni frasa yang kedua unsurnya tidak sama derajatnya. Frasa yang mengandung unsur inti (D) dan pewatas (M) serta frasa ini mengenal pola DM/MD/MDM. Contoh: Pola DM : calon mahasiswa baju baru, roti tawar, sersan mayor Pola MD : seorong prajurit, sehelai kertas, letnan jenderal Pola MDM : selembar uang kertas , sepasang sepatu tua
  • Endosentris apositif yakni frasa yang menduduki fungsi sebagai keterangan tambahan. Ciri frasa ini diapit tanda koma atau dibatasi dengan tanda koma. Contoh: Devanni, siswi Sekolah Menengan Atas Tunas Bangsa. Indonesia, tanah airku. Jogya, kota pelajar.
2. Frasa Eksosentris
Frasa eksosentris yakni frasa yang konstruksinya eksosentris. Frasa ini ditandai dengan adanya kata tugas, mirip di, ke, dari, pada, demi, dan untuk.
Contoh: dari Kalimantan Barat, ke pasar, di sekolah, dsb.
2Jenis-jenis frasa menurut kelas kata pada inti frasaInti frasa yakni bab frasa yang pokok atau bab yang diterangkan. Berdasarkan inti frasa jenis ini dikelompokkan menjadi beberapa kelompok mirip di bawah ini
  1. Frasa verba yakni frasa yang pada dasarnya verba (kata kerja). Contoh: akan pergi, sering ribut, sedang membaca, sedang belajar, belum muncul, gres menyadari, tidak mandi, duduk lagi.
  2. Frasa nomina yakni frasa yang pada dasarnya kata nomina (benda). Contoh: kendaraan beroda empat baru, gedung sekolah, sepasang sepatu tua, buku tulis, lemari kayu, dan kapal terbang.
  3. Frasa adjektiva yakni frasa yang pada dasarnya adjektiva (kata sifat). Contoh: sangat cerdas, paling pandai, cukup pintar, hitam manis, besar sekali, dan sakit parah.
  4. Frasa numeralia yakni frasa yang pada dasarnya numeralia (kata bilangan). Contoh: empat kodi, tiga buah, dua butir, tujuh rupa, sepuluh helai.
  5. Frasa adverbia yakni frasa yang pada dasarnya adverbia (kata keterangan). Contoh: tadi siang, nanti malam, besok sore, ahad depan, Jumat kliwon.
3Frasa Berdasarkan satuan makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur pembentuknyaUntuk kategori frasa menurut satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya sanggup dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :
  1. Frasa biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya mempunyai makna yang bahwasanya (denotasi). tumpuan kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau itu milik ayah.
  2. Frasa idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna gres atau makna yang bukan bahwasanya (konotasi). tumpuan kalimat : Orang bau tanah Lintang gres kembali dari Jakarta.

B. Pola Frasa
Pola frasa sanggup berada dalam kalimat atau sanggup pula bangun sendiri. Hal ini berkaitan
dengan unsur inti (D = diterangkan) dan unsur penjelas/pewatas (M = menerangkan) atau
jenis kata.
Contoh 1: Gadis
cantik=Makan
lagi
DMDM
Contoh 2: Kepala
sekolah=Ayah
guru
KBKBKBKB

C. Proses Morfologis
Proses morfologis yakni proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , mencakup afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan). Perlu ditegaskan terlebih dahulu tiga istilah pokok dalam proses ini, Yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung.
  1. Kata dasar yakni kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses penambahan imbuhan, proses pengulangan, maupun proses pemajemukan.
  2. Bentuk dasar yakni bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, sanggup berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan sanggup pula berupa kata majemuk.
  3. Unsur eksklusif yakni bentuk dasar dan imbuhan yang membentuk kata jadian.

1 Afiksasi
Dalam tata bahasa tradisional afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang sanggup mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan, yang sanggup mengubah arti gramatikal mirip arsip menjadi mengarsipkan, diarsipkan. Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar inilah yang disebut afiksasi.
Frasa atau kelompok kata yakni adonan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikati Jenis Jenis Frasa dan Afiksasi
a. Jenis-jenis afiks
Afiks atau imbuhan yakni bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di akhir, di tengah, atau adonan dari antara tiga itu - untuk membentuk kata gres yang artinya bekerjasama dengan kata yang pertama.
  • Prefiks (awalan) : ber-, se-, me-,di-, pe-,ke-, per-, ter-
  • Infiks (sisipan) : -em-, -el-, -er-, -in-
  • Sufiks (akhiran) : -i, -kan, -an
  • Konfiks (awalan atau akhiran) : me-i, me-kan, ber-an, ber-kan, pe-an, per-an, per-kan, dll.
  • Kombinasi afiks: memper-, memper-i, memper-kan, dll.

b. Macam-macam afiksasi
Nasalisasi (Kaidah KTSP = kata-kata yang diawali dengan fonem /k/, /t/, /s/, atau /p/) yakni proses mengubah atau memberi nasal pada fonem-fonem. Proses ini dikenal dengan kaidah KTSP. Prosesnya sebagai berikut.
No.AfiksasiContoh
1Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar abjad pertama K, T, S, P yang diiringi abjad vokal (a, i, u, e, o) sehingga abjad K, T, S, P lesap/luluh.
  1. me- + pesona = memesona, me- + suci = menyuci, me- + kunci = mengunci, me- + tempa = menempa. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe- bentukannya pemesona, penyuci, pengunci.
  2. me-kan + terjemah = menerjemahkan, me-kan + pukul = memukulkan, me-kan + sebar = menyebarkan, me-kan + kunci = menguncikan. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe-an maka bentukannya penerjemahan, pemukulan, penyebaran.
2Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar abjad pertama K, T, S, P yang diiringi abjad konsonan, abjad K, T, S, P tidak lesap.
  1. me- + proses = memproses, me- + kritik = mengkritik, me- + traktir = mentraktir, me- + skema = mensketsa. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe- bentukannya pemproses, pengkritik, pentraktir, pensketsa.
  2. me-kan + praktik = mempraktikkan, me-kan + khusus = mengkhususkan. me-kan + syarat = mensyaratkan, me-kan + standar = menstandarkan. Jika kata tersebut menerima imbuhan pe-an maka bentukannya pempraktikan, pengkhususan, pensyaratan, penstandaran.
3Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar bersuku kata satu maka me- menjadi menge-, menge-i, menge-kan, penge-, penge-anme- + bom = mengebom, me- + cor = mengecor, me- + tik = mengetik. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe- maka bentukannya pengebom, pengecor, pengetik.Me-kan + bom = mengebomkan, me-kan + cor = mengecorkan, mekan
+ tik = mengetikkan. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe-an maka bentukannya pengeboman, pengecoran, dan pengetikan.
4Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar yang berhuruf awal vokal (a, i, u, e, o), akan menerima /ng/.me- + ungkap = mengungkap, me- + asuh = mengajar, me- + ambil = mengambil. Jika kata tersebut menerima imbuan pe- bentukannya pengungkap, pengajar, dan pengambil.

Prefiks pe- bernasal dan pe- tak bernasal
Nasal yakni bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mungeluarkan udara melalui hidung. Prefiks pe- bernasal yakni kata dasar yang berawalan pe menerima fonem nasal /m, n, ny, ng/. Prefiks pe- tak bernasal yakni kata dasar yang berawalan pe tidak menerima fonem nasal.
Kata dasarPe- bernasalMaknaPe- tak bernasalMakna
tembakpenembakorang yang
menembak
petembakorang yang
ditembak
suruhpenyuruhorang yang
menyuruh
pesuruhorang yang
disuruh
tatarpenatarorang yang
menatar
petatarorang yang
ditatar

Prefiks me- sejajar dengan pe- dan ber- sejajar dengan per-
Contoh:
  1. Mukim > memukimkan> pemukiman (proses). Mukim> bermukim> permukiman (tempat). Pemukim (orang yang bermukim) bukan permukim
  2. Dagang > mendagangkan (apa?) > pendagangan (proses). Dagang > berdagang > perdagangan (tempat) Pedagang (orang yang berdagang) bukan pendagang atau perdagang
  3. Tatar > menatar > penataran (proses), Tatar > bertatar > pertataran (tempat)

Menggunakan me-i dan me-kan dalam kalimat
Konfiks me-i dan me-kan dipakai dalam kalimat haruslah diubahsuaikan dengan ketentuan sebagai berikut.
  1. Kelogisan, yaitu apakah kata bentukan me-i dan me-kan yang berfungsi sebagai predikat logis jikalau diiringi dengan objek tertentu.
  2. Jika logis, objek yang menyertai kata bentukan me-i haruslah orang dan objek yang menyertai kata bentukan me-kan haruslah benda.

Contoh:
  1. Andika memasukkan kelas. (Tidak logis alasannya Andika memasukkan kelas yang ruangannya besar ke dalam sakunya). Seharusnya Andika memasuki kelas.
  2. Presiden menganugerahi bintang jasa kepada Gubernur Sumatera Barat. (Salah alasannya objeknya benda). Seharusnya, Presiden menganugerahi Gubernur Sumatera Barat sebuah bintang jasa atau presiden menganugerahkan bintang jasa kepada Gubernur Sumatera Barat.
  3. Husni menghindarkan lobang di jalan itu untuk menyelamati kendaraannya. (Salah). Seharusnya, Husni menghindari lobang di jalan. itu untuk menyelamatkan kendaraannya.
2. Afiks, Sufik, Konfik Fungsi, dan Makna Gramatikal
Makna gramatikal yakni makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks pemakainya. Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi, baik pengimbuhan, pengulangan, ataupun pemajemukan.

a. Afiks
AfiksFungsi MembentukMakna GramatikalContoh
me-kata kerja aktif,
transitif, dan
aktif taktransitif
melakukan perbuatan
menjadi
menuju ke-
mencari
menangis, menembak, mencari
memerah, memutih, menguning
mengudara, mendarat, melaut
merotan, mendamar
pe-kata bendaalat untuk
mempunyai sifat
pembalut, pemukul, pengering
pembohong, pembual, pembersih
ber-kata kerja aktif
taktransitif
mempunyai
memakai
mengerjakan sesuatu
berteman, beribu, bernama
bersepeda, berbaju, bercelana
berkebun, berladang, berlari
per-kata kerjamembuat lebih
menganggap
persempit, perpendek, perpanjang
pertuan, perbudak,
ter-kata kerja pasiftidak sengaja
sanggup di
terseret, tertidur, terserempet
terangkat, teraih, terlempar
se-kata keterangansatu
seluruh
seekor, sebuah, sebatang
sedesa, sekelurahan, sekampung
di-kata kerja pasifmenyatakan pekerjaan
yang telah selesai
disebar, diambil, ditulis
ke-kata benda/bilanganyang di-
bilangan tingkat
kesukaan, keadminngan, kekasih
kesatu, ketiga, keempat, ketujuh
b.Sufiks
SufiksFungsi MembentukMakna GramatikalContoh
-ankata bendahasil pekerjaan
kumpulan
tiap-tiap
tulisan, hiasan, lukisan
daratan, lautan, himpunan
mingguan, bulanan, harian
-kankata kerja imperativemembuat jadi
membawa
merahkan, hijaukan, ramaikan
terbangkan, larikan, dekatkan
-ikata kerja imperativemenyatakan tempat
berulang-ulang
jauhi, dekati,
pukuli, ciumi, lempari
c. Konfiks
KonfiksFungsi MembentukMakna GramatikalContoh
ke-ankata bendamenunjukkan tempat
dikenai
bersifat seperti
kesultanan, kelurahan
kedinginan, kepanasan
kekanak-kanakan
pe-ankata bendamenyatakan proses
menyatakan tempat
peleburan, penguapan,
pembuangan, pembakaran
per-ankata bendatempat ber-
hasil
perkumpulan, persemaian
perikanan, pertanian
per-kankata kerjajadikan supayaperbantukan, perkenalkan
per-ikata kerjasupaya jadipersetujui, perbaiki, perbarui
me-kankata kerjamenganggap seperti
kausatif
mengharuskan, membudakkan
melebarkan
me-ikata kerja transitifkausatif
benefaktif
menerangi, mengotori
menganugerahi
ber-kankata kerjamemakaiberdasarkan, beralaskan
ber-ankata kerja intransitifsalingberlarian, berterbangan
ter-ankata kerjadapat dilakukanterselesaikan, terbantahkan
ter-ikata kerjadapat dilakukanterlempari, terpukuli
di-kankata kerja pasifmenjadidijauhkan, dilebarkan
di-ikata kerja pasifmenjadiditangisi, dijuhi, didekati

3. Reduplikasi
Reduplikasi yakni proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal. Reduplikasi disebut juga kata ulang. Sebagai contoh, rumah-rumah, tetamu, bolak-balik, siswa-siswi, tetumbuhan, bermain-main, dan sebagainya. Berbeda dengan bentuk ulang, yaitu bentuk yang mengalami perulangan yang pada dasarnya merupakan kata dasar. Sebagai contoh, sia-sia, laba-laba, biri-biri, dan kupu-kupu.

Fungsi kata ulang sebagai alat untuk membentuk jenis kata di antaranya:
  • Kata kerja, tumpuan bersalam-salaman dan memanggil-manggil.
  • Kata sifat, tumpuan kebapak-bapakan dan kekanak-kanakan.
  • Kata benda, tumpuan buah-buahan dan perumahan-perumahan.
  • Kata keterangan, tumpuan sebaik-baiknya dan secantik-cantiknya.

Selain itu, perulangan sebuah kata akan menurunkan jenis kata yang sama mirip apabila kata itu tidak diulang. Contohnya, kendaraan beroda empat (kata benda) dan mobil-mobilan (kata benda).

Jenis-jenis reduplikasi
  • Dwilingga (kata ulang utuh) yakni reduplikasi seluruh bentuk dasar. Contoh: gadis-gadis, mobil-mobil, peraturan-peraturan, dan permainan-permainan.
  • Dwilingga salin bunyi (kata ulang berubah bunyi) yakni pengulangan kata penuh dengan variasi vokal. Contoh: lauk > lauk-lauk >lauk-pauk, warna > warna-warna > warni-warni.
  • Dwipurwa (kata ulang sebagian) yakni pengulangan sebagian atau seluruh suku awal sebuah kata. Contoh: laki > lalaki>lelaki, tamu > tatamu> tetamu, jaka > jajaka> jejaka.
  • Dwilingga berimbuhan yakni reduplikasi dengan menerima imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: surat-menyurat, bertanya-tanya, bermain-main, dan melihat-lihat.
  • Kata ulang semu merupakan kata dasar yang selintas sepertinya mirip kata ulang. Contoh: kupu-kupu, gado-gado, compang-camping, anai-anai, pura-pura, mondar-mandir, dan alih-alih.

Makna kata ulang yakni sebagai berikut.
  • Menyatakan hal. Contoh: masak-memasak dan karang-mengarang.
  • Menyatakan menyerupai. Contoh: anak-anakan, kuda-kudaan, rumah-rumahan, dan langit-langit.
  • Menyatakan agak atau melemahkan. Contoh: pening-pening, pusing-pusing, kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit- sakitan, dan kemerah-merahan.
  • Menyatakan serba atau seragam. Contoh: putih-putih, hitam-hitam.
  • Menyatakan resiprokal (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, berpelukpelukan, pukul-memukul, dan tikam-menikam.
  • Mengandung arti banyak yang tak tentu. Contoh: lima buah buku (banyak tentu); buku-buku (banyak tak tentu).
  • Perulangan pada kata bilangan mengandung arti kolektif. Contoh: dua-dua, tiga-tiga, dan lima-lima.
  • Mengeraskan arti (intensitas): - intensitas kuantitatif: siswa-siswa, guru-guru, dan rumah-rumah. - intensitas kualitatif: cantik-cantik, kuat-kuat, benar-benar, dan segiatgiatnya. - Intensitas frekuentatif: memukul-mukul, memeluk-meluk, menggeleng-gelengkan, dan mondar-mandir. - intensitas variatif: tetumbuhan, pepohonan, pohon-pohonan, dan buah-buahan.

4. Komposisi (Pemajemukan)
Pengertian komposisi yakni proses pembentukan kata beragam atau kompositum. Kata beragam atau kompositum yakni dua kata atau lebih yang telah mengalami proses pemajemukan dan mempunyai satu kesatuan arti. Unsurnya berupa morfem. Jika unsurnya diartikan berupa kata, hasil konstruksinya tidak sanggup disebut kata majemuk, melainkan frasa.

Ciri-ciri kata beragam yakni sebagai berikut.
  • Terdiri dari dua kata atau lebih. Contoh: rumah sakit, rumah sakit bersalin, dan pesawat tempur.
  • Hubungan antarkata bersifat senyawa, artinya di antara kata dasar tidak sanggup disematkan kata lain. Contoh: kamar mandi bukan kamar sedang mandi, rumah sakit bukan rumah sedang sakit, dan rumah makan bukan rumah sedang makan.
  • Gabungan itu membentuk satu arti yang gres yang ditimbulkan berbeda dengan arti dari unsur-unsur pembentukannya. Contoh: pesawat tempur artinya pesawat yang dipakai untuk bertempur. rumah sakit bersalin artinya rumah yang dipakai untuk merawat orang yang bersalin.
  • Jika mengalami pengulangan, kata beragam berupa kata benda diulang unsur pertamanya saja, contohnya rumah-rumah makan, surat-surat kabar, dan keretakereta api cepat. Akan tetapi, kata beragam yang padu diulang seluruh katanya, contohnya segitiga-segitiga dan saputangan-saputangan, kacamata-kacamata.

Jenis-jenis kata majemuk
Kata beragam yakni adonan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu pengertian baru. Kata beragam tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi adonan kata itu secara gotong royong membentuk suatu makna atau arti baru. Berdasarkan sifat kata beragam dengan melihat adanya inti dari kesatuan itu, kata beragam sanggup dibagi atas:
  1. Kata beragam koordinatif/setara yakni kata beragam yang kedua katanya merupakan inti. Contoh: bau tanah muda, hancur lebur, kaki tangan, suami isteri, sawah ladang, dan ayam itik.
  2. Kata beragam subordinatif/bertingkat yakni kata beragam yang salah satu unsur yang menjadi inti dari adonan itu. Contoh: kamar mandi dan kapal terbang.
  3. Kata beragam idiomatik yakni kata beragam bermakna kias, lazimnya disebut ungkapan. Contoh: naik daun, darah biru, darah daging, dan sebagain
Jenis Jenis Frasa Dan Afiksasi Jenis Jenis Frasa Dan Afiksasi Reviewed by dannz on 8:47 AM Rating: 5