Frasa atau kelompok kata yakni adonan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Tidak predikatif artinya tidak ada fungsi predikat pada adonan kata itu. Syarat frasa dilarang melebihi batas satu fungsi kalimat. Beberapa ciri-ciri frasa antara lain sebagai berikut : Adapun ciri-ciri frasa antara lain : dalam frasa harus terdiri setidaknya minmal dua kata atau lebih, menduduki atau mempunyai fungsi gramatikal dalam kalimat, dalam frasa harus mempunyai satu makna gramatikal, dan frasa bersifat nonpredikatif.
Sedangkan afiksasi yakni proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam lingistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para hebat bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang sanggup ditambahkan pada awal, final maupun tengah kata. Berikut ini klarifikasi mengenai frasa dan afiksasi.
A. Jenis-Jenis Frasa
Frasa sanggup dikelompokkan menurut unsurnya, menurut kelas kata pada inti frasa, dan menurut satuan makna yang dikandung /dimiliki unsur-unsur pembentuknya frasa. Berikut ini klarifikasi mengenai jenis-jenis frasa.
B. Pola Frasa
Pola frasa sanggup berada dalam kalimat atau sanggup pula bangun sendiri. Hal ini berkaitan
dengan unsur inti (D = diterangkan) dan unsur penjelas/pewatas (M = menerangkan) atau
jenis kata.
C. Proses Morfologis
Proses morfologis yakni proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , mencakup afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan). Perlu ditegaskan terlebih dahulu tiga istilah pokok dalam proses ini, Yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung.
1 Afiksasi
Dalam tata bahasa tradisional afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang sanggup mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan, yang sanggup mengubah arti gramatikal mirip arsip menjadi mengarsipkan, diarsipkan. Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar inilah yang disebut afiksasi.
a. Jenis-jenis afiks
Afiks atau imbuhan yakni bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di akhir, di tengah, atau adonan dari antara tiga itu - untuk membentuk kata gres yang artinya bekerjasama dengan kata yang pertama.
b. Macam-macam afiksasi
Nasalisasi (Kaidah KTSP = kata-kata yang diawali dengan fonem /k/, /t/, /s/, atau /p/) yakni proses mengubah atau memberi nasal pada fonem-fonem. Proses ini dikenal dengan kaidah KTSP. Prosesnya sebagai berikut.
Prefiks pe- bernasal dan pe- tak bernasal
Nasal yakni bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mungeluarkan udara melalui hidung. Prefiks pe- bernasal yakni kata dasar yang berawalan pe menerima fonem nasal /m, n, ny, ng/. Prefiks pe- tak bernasal yakni kata dasar yang berawalan pe tidak menerima fonem nasal.
Prefiks me- sejajar dengan pe- dan ber- sejajar dengan per-
Contoh:
Menggunakan me-i dan me-kan dalam kalimat
Konfiks me-i dan me-kan dipakai dalam kalimat haruslah diubahsuaikan dengan ketentuan sebagai berikut.
Contoh:
Makna gramatikal yakni makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks pemakainya. Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi, baik pengimbuhan, pengulangan, ataupun pemajemukan.
a. Afiks
b.Sufiks
c. Konfiks
3. Reduplikasi
Reduplikasi yakni proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal. Reduplikasi disebut juga kata ulang. Sebagai contoh, rumah-rumah, tetamu, bolak-balik, siswa-siswi, tetumbuhan, bermain-main, dan sebagainya. Berbeda dengan bentuk ulang, yaitu bentuk yang mengalami perulangan yang pada dasarnya merupakan kata dasar. Sebagai contoh, sia-sia, laba-laba, biri-biri, dan kupu-kupu.
Fungsi kata ulang sebagai alat untuk membentuk jenis kata di antaranya:
Selain itu, perulangan sebuah kata akan menurunkan jenis kata yang sama mirip apabila kata itu tidak diulang. Contohnya, kendaraan beroda empat (kata benda) dan mobil-mobilan (kata benda).
Jenis-jenis reduplikasi
Makna kata ulang yakni sebagai berikut.
4. Komposisi (Pemajemukan)
Pengertian komposisi yakni proses pembentukan kata beragam atau kompositum. Kata beragam atau kompositum yakni dua kata atau lebih yang telah mengalami proses pemajemukan dan mempunyai satu kesatuan arti. Unsurnya berupa morfem. Jika unsurnya diartikan berupa kata, hasil konstruksinya tidak sanggup disebut kata majemuk, melainkan frasa.
Ciri-ciri kata beragam yakni sebagai berikut.
Jenis-jenis kata majemuk
Kata beragam yakni adonan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu pengertian baru. Kata beragam tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi adonan kata itu secara gotong royong membentuk suatu makna atau arti baru. Berdasarkan sifat kata beragam dengan melihat adanya inti dari kesatuan itu, kata beragam sanggup dibagi atas:
Sedangkan afiksasi yakni proses pembentukan kata dengan mengimbuhkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Afiksasi merupakan unsur yang ditempelkan dalam pembentukan kata dan dalam lingistik afiksasi bukan merupakan pokok kata melainkan pembentukan pokok kata yang baru. Sehingga para hebat bahasa merumuskan bahwa, afiks merupakan bentuk terikat yang sanggup ditambahkan pada awal, final maupun tengah kata. Berikut ini klarifikasi mengenai frasa dan afiksasi.
A. Jenis-Jenis Frasa
Frasa sanggup dikelompokkan menurut unsurnya, menurut kelas kata pada inti frasa, dan menurut satuan makna yang dikandung /dimiliki unsur-unsur pembentuknya frasa. Berikut ini klarifikasi mengenai jenis-jenis frasa.
No. | Jenis frasa | Keterangan |
---|---|---|
1 | Jenis-jenis frasa menurut unsurnya | 1. Frasa Endosentris Frasa endosentris yakni frasa yang berkonstruksi endosentris. Frasa ini dibagi menjadi dua sebagai berikut.
Frasa eksosentris yakni frasa yang konstruksinya eksosentris. Frasa ini ditandai dengan adanya kata tugas, mirip di, ke, dari, pada, demi, dan untuk. Contoh: dari Kalimantan Barat, ke pasar, di sekolah, dsb. |
2 | Jenis-jenis frasa menurut kelas kata pada inti frasa | Inti frasa yakni bab frasa yang pokok atau bab yang diterangkan. Berdasarkan inti frasa jenis ini dikelompokkan menjadi beberapa kelompok mirip di bawah ini
|
3 | Frasa Berdasarkan satuan makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur pembentuknya | Untuk kategori frasa menurut satuan makna yang dikandung atau yang dimiliki unsur-unsur pembentuknya sanggup dibagi menjadi beberapa frasa, yaitu :
|
B. Pola Frasa
Pola frasa sanggup berada dalam kalimat atau sanggup pula bangun sendiri. Hal ini berkaitan
dengan unsur inti (D = diterangkan) dan unsur penjelas/pewatas (M = menerangkan) atau
jenis kata.
Contoh 1: | Gadis | cantik | = | Makan | lagi | ||
D | M | D | M |
Contoh 2: | Kepala | sekolah | = | Ayah | guru | ||
KB | KB | KB | KB |
C. Proses Morfologis
Proses morfologis yakni proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , mencakup afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan). Perlu ditegaskan terlebih dahulu tiga istilah pokok dalam proses ini, Yaitu kata dasar, bentuk dasar, dan unsur langsung.
- Kata dasar yakni kata yang belum berubah, belum mengalami proses morfologis, baik berupa proses penambahan imbuhan, proses pengulangan, maupun proses pemajemukan.
- Bentuk dasar yakni bentuk yang menjadi dasar dalam proses morfologis, sanggup berupa kata dasar, kata berimbuhan, kata ulang, dan sanggup pula berupa kata majemuk.
- Unsur eksklusif yakni bentuk dasar dan imbuhan yang membentuk kata jadian.
1 Afiksasi
Dalam tata bahasa tradisional afiks disebut imbuhan, yaitu morfem terikat yang sanggup mengubah makna gramatikal suatu bentuk dasar. Misalnya me- dan -kan, di- dan -kan, yang sanggup mengubah arti gramatikal mirip arsip menjadi mengarsipkan, diarsipkan. Proses penambahan afiks pada sebuah bentuk dasar atau kata dasar inilah yang disebut afiksasi.
a. Jenis-jenis afiks
Afiks atau imbuhan yakni bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata - entah di awal, di akhir, di tengah, atau adonan dari antara tiga itu - untuk membentuk kata gres yang artinya bekerjasama dengan kata yang pertama.
- Prefiks (awalan) : ber-, se-, me-,di-, pe-,ke-, per-, ter-
- Infiks (sisipan) : -em-, -el-, -er-, -in-
- Sufiks (akhiran) : -i, -kan, -an
- Konfiks (awalan atau akhiran) : me-i, me-kan, ber-an, ber-kan, pe-an, per-an, per-kan, dll.
- Kombinasi afiks: memper-, memper-i, memper-kan, dll.
b. Macam-macam afiksasi
Nasalisasi (Kaidah KTSP = kata-kata yang diawali dengan fonem /k/, /t/, /s/, atau /p/) yakni proses mengubah atau memberi nasal pada fonem-fonem. Proses ini dikenal dengan kaidah KTSP. Prosesnya sebagai berikut.
No. | Afiksasi | Contoh |
---|---|---|
1 | Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar abjad pertama K, T, S, P yang diiringi abjad vokal (a, i, u, e, o) sehingga abjad K, T, S, P lesap/luluh. |
|
2 | Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar abjad pertama K, T, S, P yang diiringi abjad konsonan, abjad K, T, S, P tidak lesap. |
|
3 | Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar bersuku kata satu maka me- menjadi menge-, menge-i, menge-kan, penge-, penge-an | me- + bom = mengebom, me- + cor = mengecor, me- + tik = mengetik. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe- maka bentukannya pengebom, pengecor, pengetik.Me-kan + bom = mengebomkan, me-kan + cor = mengecorkan, mekan + tik = mengetikkan. Jika kata tersebut diberi imbuhan pe-an maka bentukannya pengeboman, pengecoran, dan pengetikan. |
4 | Afiksasi (me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an) + kata dasar yang berhuruf awal vokal (a, i, u, e, o), akan menerima /ng/. | me- + ungkap = mengungkap, me- + asuh = mengajar, me- + ambil = mengambil. Jika kata tersebut menerima imbuan pe- bentukannya pengungkap, pengajar, dan pengambil. |
Prefiks pe- bernasal dan pe- tak bernasal
Nasal yakni bersangkutan dengan bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mungeluarkan udara melalui hidung. Prefiks pe- bernasal yakni kata dasar yang berawalan pe menerima fonem nasal /m, n, ny, ng/. Prefiks pe- tak bernasal yakni kata dasar yang berawalan pe tidak menerima fonem nasal.
Kata dasar | Pe- bernasal | Makna | Pe- tak bernasal | Makna |
---|---|---|---|---|
tembak | penembak | orang yang menembak | petembak | orang yang ditembak |
suruh | penyuruh | orang yang menyuruh | pesuruh | orang yang disuruh |
tatar | penatar | orang yang menatar | petatar | orang yang ditatar |
Prefiks me- sejajar dengan pe- dan ber- sejajar dengan per-
Contoh:
- Mukim > memukimkan> pemukiman (proses). Mukim> bermukim> permukiman (tempat). Pemukim (orang yang bermukim) bukan permukim
- Dagang > mendagangkan (apa?) > pendagangan (proses). Dagang > berdagang > perdagangan (tempat) Pedagang (orang yang berdagang) bukan pendagang atau perdagang
- Tatar > menatar > penataran (proses), Tatar > bertatar > pertataran (tempat)
Menggunakan me-i dan me-kan dalam kalimat
Konfiks me-i dan me-kan dipakai dalam kalimat haruslah diubahsuaikan dengan ketentuan sebagai berikut.
- Kelogisan, yaitu apakah kata bentukan me-i dan me-kan yang berfungsi sebagai predikat logis jikalau diiringi dengan objek tertentu.
- Jika logis, objek yang menyertai kata bentukan me-i haruslah orang dan objek yang menyertai kata bentukan me-kan haruslah benda.
Contoh:
- Andika memasukkan kelas. (Tidak logis alasannya Andika memasukkan kelas yang ruangannya besar ke dalam sakunya). Seharusnya Andika memasuki kelas.
- Presiden menganugerahi bintang jasa kepada Gubernur Sumatera Barat. (Salah alasannya objeknya benda). Seharusnya, Presiden menganugerahi Gubernur Sumatera Barat sebuah bintang jasa atau presiden menganugerahkan bintang jasa kepada Gubernur Sumatera Barat.
- Husni menghindarkan lobang di jalan itu untuk menyelamati kendaraannya. (Salah). Seharusnya, Husni menghindari lobang di jalan. itu untuk menyelamatkan kendaraannya.
Makna gramatikal yakni makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks pemakainya. Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi, baik pengimbuhan, pengulangan, ataupun pemajemukan.
a. Afiks
Afiks | Fungsi Membentuk | Makna Gramatikal | Contoh |
---|---|---|---|
me- | kata kerja aktif, transitif, dan aktif taktransitif | melakukan perbuatan menjadi menuju ke- mencari | menangis, menembak, mencari memerah, memutih, menguning mengudara, mendarat, melaut merotan, mendamar |
pe- | kata benda | alat untuk mempunyai sifat | pembalut, pemukul, pengering pembohong, pembual, pembersih |
ber- | kata kerja aktif taktransitif | mempunyai memakai mengerjakan sesuatu | berteman, beribu, bernama bersepeda, berbaju, bercelana berkebun, berladang, berlari |
per- | kata kerja | membuat lebih menganggap | persempit, perpendek, perpanjang pertuan, perbudak, |
ter- | kata kerja pasif | tidak sengaja sanggup di | terseret, tertidur, terserempet terangkat, teraih, terlempar |
se- | kata keterangan | satu seluruh | seekor, sebuah, sebatang sedesa, sekelurahan, sekampung |
di- | kata kerja pasif | menyatakan pekerjaan yang telah selesai | disebar, diambil, ditulis |
ke- | kata benda/bilangan | yang di- bilangan tingkat | kesukaan, keadminngan, kekasih kesatu, ketiga, keempat, ketujuh |
Sufiks | Fungsi Membentuk | Makna Gramatikal | Contoh |
---|---|---|---|
-an | kata benda | hasil pekerjaan kumpulan tiap-tiap | tulisan, hiasan, lukisan daratan, lautan, himpunan mingguan, bulanan, harian |
-kan | kata kerja imperative | membuat jadi membawa | merahkan, hijaukan, ramaikan terbangkan, larikan, dekatkan |
-i | kata kerja imperative | menyatakan tempat berulang-ulang | jauhi, dekati, pukuli, ciumi, lempari |
Konfiks | Fungsi Membentuk | Makna Gramatikal | Contoh |
---|---|---|---|
ke-an | kata benda | menunjukkan tempat dikenai bersifat seperti | kesultanan, kelurahan kedinginan, kepanasan kekanak-kanakan |
pe-an | kata benda | menyatakan proses menyatakan tempat | peleburan, penguapan, pembuangan, pembakaran |
per-an | kata benda | tempat ber- hasil | perkumpulan, persemaian perikanan, pertanian |
per-kan | kata kerja | jadikan supaya | perbantukan, perkenalkan |
per-i | kata kerja | supaya jadi | persetujui, perbaiki, perbarui |
me-kan | kata kerja | menganggap seperti kausatif | mengharuskan, membudakkan melebarkan |
me-i | kata kerja transitif | kausatif benefaktif | menerangi, mengotori menganugerahi |
ber-kan | kata kerja | memakai | berdasarkan, beralaskan |
ber-an | kata kerja intransitif | saling | berlarian, berterbangan |
ter-an | kata kerja | dapat dilakukan | terselesaikan, terbantahkan |
ter-i | kata kerja | dapat dilakukan | terlempari, terpukuli |
di-kan | kata kerja pasif | menjadi | dijauhkan, dilebarkan |
di-i | kata kerja pasif | menjadi | ditangisi, dijuhi, didekati |
3. Reduplikasi
Reduplikasi yakni proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal. Reduplikasi disebut juga kata ulang. Sebagai contoh, rumah-rumah, tetamu, bolak-balik, siswa-siswi, tetumbuhan, bermain-main, dan sebagainya. Berbeda dengan bentuk ulang, yaitu bentuk yang mengalami perulangan yang pada dasarnya merupakan kata dasar. Sebagai contoh, sia-sia, laba-laba, biri-biri, dan kupu-kupu.
Fungsi kata ulang sebagai alat untuk membentuk jenis kata di antaranya:
- Kata kerja, tumpuan bersalam-salaman dan memanggil-manggil.
- Kata sifat, tumpuan kebapak-bapakan dan kekanak-kanakan.
- Kata benda, tumpuan buah-buahan dan perumahan-perumahan.
- Kata keterangan, tumpuan sebaik-baiknya dan secantik-cantiknya.
Selain itu, perulangan sebuah kata akan menurunkan jenis kata yang sama mirip apabila kata itu tidak diulang. Contohnya, kendaraan beroda empat (kata benda) dan mobil-mobilan (kata benda).
Jenis-jenis reduplikasi
- Dwilingga (kata ulang utuh) yakni reduplikasi seluruh bentuk dasar. Contoh: gadis-gadis, mobil-mobil, peraturan-peraturan, dan permainan-permainan.
- Dwilingga salin bunyi (kata ulang berubah bunyi) yakni pengulangan kata penuh dengan variasi vokal. Contoh: lauk > lauk-lauk >lauk-pauk, warna > warna-warna > warni-warni.
- Dwipurwa (kata ulang sebagian) yakni pengulangan sebagian atau seluruh suku awal sebuah kata. Contoh: laki > lalaki>lelaki, tamu > tatamu> tetamu, jaka > jajaka> jejaka.
- Dwilingga berimbuhan yakni reduplikasi dengan menerima imbuhan, baik pada lingga pertama maupun pada lingga kedua. Contoh: surat-menyurat, bertanya-tanya, bermain-main, dan melihat-lihat.
- Kata ulang semu merupakan kata dasar yang selintas sepertinya mirip kata ulang. Contoh: kupu-kupu, gado-gado, compang-camping, anai-anai, pura-pura, mondar-mandir, dan alih-alih.
Makna kata ulang yakni sebagai berikut.
- Menyatakan hal. Contoh: masak-memasak dan karang-mengarang.
- Menyatakan menyerupai. Contoh: anak-anakan, kuda-kudaan, rumah-rumahan, dan langit-langit.
- Menyatakan agak atau melemahkan. Contoh: pening-pening, pusing-pusing, kekanak-kanakan, kebarat-baratan, sakit- sakitan, dan kemerah-merahan.
- Menyatakan serba atau seragam. Contoh: putih-putih, hitam-hitam.
- Menyatakan resiprokal (berbalasan). Contoh: bersalam-salaman, berpelukpelukan, pukul-memukul, dan tikam-menikam.
- Mengandung arti banyak yang tak tentu. Contoh: lima buah buku (banyak tentu); buku-buku (banyak tak tentu).
- Perulangan pada kata bilangan mengandung arti kolektif. Contoh: dua-dua, tiga-tiga, dan lima-lima.
- Mengeraskan arti (intensitas): - intensitas kuantitatif: siswa-siswa, guru-guru, dan rumah-rumah. - intensitas kualitatif: cantik-cantik, kuat-kuat, benar-benar, dan segiatgiatnya. - Intensitas frekuentatif: memukul-mukul, memeluk-meluk, menggeleng-gelengkan, dan mondar-mandir. - intensitas variatif: tetumbuhan, pepohonan, pohon-pohonan, dan buah-buahan.
4. Komposisi (Pemajemukan)
Pengertian komposisi yakni proses pembentukan kata beragam atau kompositum. Kata beragam atau kompositum yakni dua kata atau lebih yang telah mengalami proses pemajemukan dan mempunyai satu kesatuan arti. Unsurnya berupa morfem. Jika unsurnya diartikan berupa kata, hasil konstruksinya tidak sanggup disebut kata majemuk, melainkan frasa.
Ciri-ciri kata beragam yakni sebagai berikut.
- Terdiri dari dua kata atau lebih. Contoh: rumah sakit, rumah sakit bersalin, dan pesawat tempur.
- Hubungan antarkata bersifat senyawa, artinya di antara kata dasar tidak sanggup disematkan kata lain. Contoh: kamar mandi bukan kamar sedang mandi, rumah sakit bukan rumah sedang sakit, dan rumah makan bukan rumah sedang makan.
- Gabungan itu membentuk satu arti yang gres yang ditimbulkan berbeda dengan arti dari unsur-unsur pembentukannya. Contoh: pesawat tempur artinya pesawat yang dipakai untuk bertempur. rumah sakit bersalin artinya rumah yang dipakai untuk merawat orang yang bersalin.
- Jika mengalami pengulangan, kata beragam berupa kata benda diulang unsur pertamanya saja, contohnya rumah-rumah makan, surat-surat kabar, dan keretakereta api cepat. Akan tetapi, kata beragam yang padu diulang seluruh katanya, contohnya segitiga-segitiga dan saputangan-saputangan, kacamata-kacamata.
Jenis-jenis kata majemuk
Kata beragam yakni adonan dua buah morfem dasar atau lebih yang mengandung satu pengertian baru. Kata beragam tidak menonjolkan arti tiap kata. tetapi adonan kata itu secara gotong royong membentuk suatu makna atau arti baru. Berdasarkan sifat kata beragam dengan melihat adanya inti dari kesatuan itu, kata beragam sanggup dibagi atas:
- Kata beragam koordinatif/setara yakni kata beragam yang kedua katanya merupakan inti. Contoh: bau tanah muda, hancur lebur, kaki tangan, suami isteri, sawah ladang, dan ayam itik.
- Kata beragam subordinatif/bertingkat yakni kata beragam yang salah satu unsur yang menjadi inti dari adonan itu. Contoh: kamar mandi dan kapal terbang.
- Kata beragam idiomatik yakni kata beragam bermakna kias, lazimnya disebut ungkapan. Contoh: naik daun, darah biru, darah daging, dan sebagain
Jenis Jenis Frasa Dan Afiksasi
Reviewed by dannz
on
8:47 AM
Rating: