Ragam Kain Tenun Ikat

Hasil kerajinan tenun dengan banyak sekali latar belakang budaya dan latar belakang melahirkan aneka ragam tenun ikat. Disebut tenun ikat sebab cara pembuatanya menggunakan teknik ikat. Teknik ikat dilakukan dengan mengikat pada serpihan tertentu pada benang sehingga serpihan tersebut terwarnai ketika dicelup ke dalam pewarna. Bagian-bagian yang diikat harus dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga sehabis ditenun akan membentuk motif tertentu. Sebelum ditenun, helai-helai benang dibungkus (diikat) dengan tali plastik sesuai dengan corak atau contoh hias yang diinginkan. Ketika dicelup, serpihan benang yang diikat dengan tali plastik tidak akan terwarnai.

Menurut serpihan yang diikat tersebut, tenun ikat sanggup dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut :
  1. Tenun ikat lungsin, motif pada tenun ikat lungsin dibentuk dengan mengikat pada serpihan benang lungsin (benang vertikal) dalam proses pewarnaan.
  2. Tenun ikat pakan, motif tenun ikat pakan dibentuk dengan mengikat pada bagia benang pakan (benang horizontal) dalam proses pewarnaan.
  3. Tenun ikat ganda, motof pada tenun ikat ganda dibentuk dengan cara mengikat pada serpihan benang lungsin dan benang pakan diikat dan dicelup dalam zat pewarnaan.

Tenun Ikat Gringsing Bali
Salah satu tenun ikat yang cukup populer diantaranya ialah tenun ikat Gringsing. Tenun ikat ini merupakan kerajinan dari tempat Bali, tepatnya di Desa Teganan Gringsing, Karangasem. Tenun ikat Gringsing merupakan jenis tenun ikat ganda. Kain Gringsing berperan penting dalam upacara-upacara adat, kain Gringsing digunakan sebagai kemben. Kemben ialah kain batik yang berfungsi sebagai epilog serpihan dada wanita. Kain kemben juga digunakan sebagai pengikat jarik (kain panjang) biar tidak melorot (berfungsi menyerupai stagen), atau berfungsi menyerupai ikat pinggang.

Kain tenun Gringsing dipercaya sebagai pelindung terhadap penyakit, sebagai bantalan kepala dalam upacara pasak gigi, serta digantung di pura dan menara pembakaran mayat. Beberapa motif kain Gringsing antara lain flora, fauna, dan geometris. Ragam Jenis Tenun Gringsing konon hingga mempunyai 20 motif, namun yang masih sering digunakan dikala ini hanya 14 motif ini, beberapa diantaranya yaitu:
  1. Gringsing Lubeng, Motifnya berjulukan Lubeng. Kekhasannya ialah berisi kalajengking. Lubeng Luhur ukurannya paling panjang dengan 3 bunga berbentuk kalajengking yang masih utuh bentuknya. Sedangkan pada Lubeng Petang Dasa bunga kalajengkingnya utuh hanya satu di tengah sedang yang di pinggir hanya setengah-setengah. Sedang Lubeng Pat Likur ialah yang ukurannya terkecil. Fungsinya sebagai busana susila dan upacara agama.
  2. Gringsing Sanan Empeg. Gringsing Sanan Empeg fungsinya hanya sebagai sarana upacara keagamaan dan adat, yaitu sebagai perhiasan sesajian bagi masyarakat Tenganan Pegringsingan. Sedangkan bagi masyarakat Bali di luar desa Tenganan hanya dipergunakan sebagai epilog bantal/alas kepala orang melakukan upacara manusa yadnya potong gigi. Ciri khas dan motif Sanan Empeg ialah adanya tiga bentuk kotak-kotak/poleng berwarna merah dan hitam.
  3. Gringsing Cecempakan Gringsing Cecempakan bermotif bunga cempaka. jenisnya: Gringsing Cecempakan Petang Dasa (ukuran empat puluh). Gringsing Cecempakan Putri, Gringsing Cecempakan Pat Likur (ukuran 24 benang).Fungsinya ialah sebagai busana susila dan upacara agama.
  4. Gringsing Cemplong.. Motif Gringsing Cemplong ialah sebab ada bunga-bunga besar diantara bunga-bunga kecil seperti ada kekosongan/lobang-lobang diantara bunga itu menjadi kelihatan cemplong. Jenisnya : ukuran Pat Likur (24 benang), senteng/anteng (busana di pinggang wanita), sedangkan yang ukuran Petang Dasa (40 benang) sudah hampir punah. Fungsinya ialah sebagai busana susila dan upacara agama.
  5. Gringsing Isi. Pada Geingsing Isi ini sesuai namanya pada motifnya semua berisi atau penuh, tidak ada serpihan kain yang kosong, ukuran yang ada hanya ukuran Pat Likur (24 benang) dan berfungsi hanya untuk sarana upacara, bukan untuk busana.
  6. Gringsing Wayang.. Motifnya ada dua yaitu Gringsing Wayang Kebo dan Gringsing Wayang Putri.Fungsi dan ukuran kedua kain ini sama yaitu untuk selendang, yang berbeda ialah motifnya. Pada Gringsing Wayang Kebo teledunya (Kalajengkingnya) bergandengan sedangkan pada Gringsing Wayang Putri lepas . Pada tenun Gringsing Wayang Kebo berisi motif wayang laki dan wanita. Sedangkan pada tenun Gringsing Wayang Putri hanya berisi motif Wayang Wanita.
  7. Gringsing Batun Tuung. Batun Tuung artinya biji terong. Dengan demikian pada Gringsing Batun Tuung motifnya penuh dengan biji-biji terong. Ukurannya tidak besar, untuk senteng (selendang) pada perempuan dan untuk sabuk (ikat pinggang) tubumuhan bagi pria. Jenis Gringsing ini sudah hampir punah.
Hasil kerajinan tenun dengan banyak sekali latar belakang budaya dan latar belakang melahirkan  Ragam Kain Tenun Ikat
Kain Endek Bali
Teknik pembuatan kain tenun Endek biasanya menggunakan teknik ikat pakan. Meskipun ada beberapa yang menggunakan ikat lungsi. Pada umumnya kain endek dibentuk dengan menggunakan benang sutera murni. Selain diberi motif dengan teknik ikat, kain endek biasanya disempurnakan dengan coletan, yaitu menawarkan tambahan warna dengan mengoleskan zat pewarna dengan semacam kuas pada benang yang akan ditenun.

Motif Kain Endek beragam. Beberapa motif kain endek dianggap sakral. Jadi, hanya boleh digunakan untuk kegiatan-kegiatan di pura atau kegiatan keagamaan lainnya. Motif itu antara lain, motog patra dan encek saji. Selain ada yang sakral, ada juga motif kain endek yang hanya boleh digunakan oleh orang-orang tertentu. Misalnya para raja atau keturunan bangsawan. Dahulu, kain ini memang lebih banyak digunakan oleh para orang bau tanah dan kalangan bangsawan.

Sedangkan motif yang mencerminkan nuansa alam, biasa digunakan untuk kegiatan sosial atau kegiatan sehari-hari. Hal ini menjadikan motif tersebut lebih banyak berkembang dalam masyarakat. Kain endek mulai berkembang semenjak tahun 1985, yaitu pada masa pemerintahan Raja Dalem Waturenggong di Gelgel Klungkung. Kain endek ini lalu berkembang di sekitar tempat Klungkung, salah satunya ialah di Desa Sulang.

Kain Hinggi Sumba
Kain Hinggi merupakan kain tenun ikat yang berbentuk segi empat memanjang. Kain ini biasanya digunakan kaum laki-laki yang dikenakan pada pinggang atau disarungkan di bahu. Motif kain tenun Sumba yang banyak dikenal ialah motif binatang (rusa, gajah, kuda, dan lain-lain) atau motif pohon tengkorak. Kain tenun sumba motif kuda ialah lambang kebanggaan, kekuatan dan kejantanan. Kain tenun sumba motif ayam, melambangkan kehidupan perempuan ketika berumah tangga.

Kain Sumba menggunakan bahan-bahan alami untuk pewarnaan kain tenun Sumba menggunakan banyak sekali daun dan akar-akaran, sebab dengan warna alami ini kain tenun sumba warnanya semakin usang semakin anggun tidak pudar. Pembuatan kain tenun Sumba ini diwarisi secara turun-menurun dari nenek moyang.

Kain tenun Sumba dibagi dalam dua jenis, “Hinggi dan Lau”. Kain tenun sumba jenis Hinggi umumnya dikenakan oleh laki-laki dalam tiap upacara adat. ” Hinggi” untuk laki-laki sampaumur berukuran sekitar 2 meter dan berfungsi sebagai selendang atau kain yang dililitkan di pinggang. Warna secara umum dikuasai kain ini ialah merah kecoklatan dan kebiruan. Para darah biru lebih banyak menggunakan warna tersebut pertama, sedangkan biru dikenakan lebih banyak oleh rakyat biasa.
Ragam Kain Tenun Ikat Ragam Kain Tenun Ikat Reviewed by dannz on 12:07 PM Rating: 5