Maluku dengan rempah-rempahnya memang bagaikan “mutiara dari timur”, yang senantiasa diburu oleh orang-orang Barat. Pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda acara monopoli di Maluku diperketat. Beban rakyat semakin berat alasannya yakni selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Ditambah lagi terdengar desas desus bahwa para guru akan diberhentikan untuk penghematan, para cowok akan di kumpulkan untuk dijadikan tentara di luar Maluku. Hal ini sangat mengecewakan rakyat Maluku.
Menanggapi kondisi yang demikian para tokoh dan cowok Maluku melaksanakan serangkaian pertemuan rahasia. Dalam aneka macam pertemuan itu disimpulkan bahwa rakyat Maluku perlu mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan Belanda.Sebagai pemimpin perlawanan dipercayakan kepada cowok yang berjulukan Thomas Matulessy yang lalu populer dengan gelarnya Pattimura. Thomas Matulessy pernah bekerja pada dinas angkatan perang Inggris.
Latar belakang perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin Kapitan Pattimura yakni sebagai berikut :
- Pemerintah kolonial memberlakukan kembali penyerahan wajib dan kerja wajib.
- Pemerintah kolonial menurunkan tarif hasil bumi yang wajib diserahkan, sedangkan pembayarannya tersendat-sendat.
- Pemerintah kolonial memberlakukan uang kertas, sedangkan rakyat Maluku telah terbiasa dengan uang logam.
- Pemerintah kolonial menggerakkan cowok Maluku untuk menjadi prajurit Belanda.
Gerakan perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan. Para pejuang Maluku lalu menuju Benteng Duurstede. Terjadilah pertempuran antara para pejuang Maluku melawan pasukan Belanda. Belanda waktu itu dipimpin oleh Residen van den Berg. Sementara dari pihak para pejuang selain Pattimura juga tampil tokoh-tokoh menyerupai Christina Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina.
Para pejuang Maluku dengan sekuat tenaga mengepung Benteng Duurstede. Dalam waktu yang hampir bersamaan para pejuang Maluku satu persatu sanggup memanjat dan masuk ke dalam benteng. Residen sanggup dibun*h dan Benteng Duurstede sanggup dikuasai oleh para pejuang Maluku.
Belanda lalu mendatangkan dukungan dari Ambon yang dipimpin oleh Mayor Beetjes, namun sanggup digagalkan oleh pasukan Pattimura. Kembali kemenangan ini semakin menggelorakan usaha para pejuang di aneka macam daerah menyerupai di Seram, Hitu, Haruku, dan Larike. Selanjutnya Pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang Benteng Zeelandia di Pulau Haruku. Melihat gelagat Pattimura itu maka pasukan Belanda di benteng ini diperkuat di bawah komandannya Groot. Patroli juga terus diperketat. Oleh alasannya yakni itu, Pattimura gagal menembus Benteng Zeelandia.
Upaya negosiasi mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya Belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk dukungan dari Batavia untuk merebut kembali Benteng Duurstede. Agustus 1817 Saparua diblokade. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan Belanda.
Pattimura memerintahkan pasukannya meloloskan diri dan melawan dengan gerilya. Tetapi pada bulan November beberapa pembantu Pattimura tertangkap menyerupai Kapitan Paulus Tiahahu (ayah Christina Martha Tiahahu) yang lalu dijatuhi sanksi mati. Mendengar insiden ini Christina Martha Tahahu murka dan segera pergi ke hutan untuk bergerilya.
Belanda mengumumkan kepada siapa saja yang sanggup menangkap Pattimura akan diberi hadiah 1.000 gulden. Setelah enam bulan memimpin perlawanan, alhasil Pattimura tertangkap. Tepat pada tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dieksekusi gantung di alun-alun Kota Ambon.
Christina Martha Tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya alhasil juga tertangkap. Ia tidak dieksekusi mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke Jawa sebagai pekerja rodi. Di dalam kapal Christina Martha Tiahahu mogok tidak mau makan dan tidak mau buka mulut. Ia jatuh sakit dan alhasil meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke bahari antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Berakhirlah perlawanan Pattimura.
Christina Martha Tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya alhasil juga tertangkap. Ia tidak dieksekusi mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke Jawa sebagai pekerja rodi. Di dalam kapal Christina Martha Tiahahu mogok tidak mau makan dan tidak mau buka mulut. Ia jatuh sakit dan alhasil meninggal pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya dibuang ke bahari antara Pulau Buru dan Pulau Tiga. Berakhirlah perlawanan Pattimura.
Perlawanan Pattimura Terhadap Voc
Reviewed by dannz
on
8:20 AM
Rating: