Tegur sapa yakni perkataan untuk menegur (mengajak bercakap-cakap dan sebagainya). Tegur sapa (move) pada pada dasarnya yakni suatu pernyataan awal seseorang untuk sanggup melaksanakan komunikasi dengan orang lain. Tujuan dari tegur sapa tersebut tidak lain yakni supaya seseorang lawan bicara yang akan kita ajak berkomunikasi tersebut sanggup merespon apa yang kita sampaikan.
Kebiasaan yang dilakukan masyarakat kita dalam bertegur sapa atau bertatap muka yakni dengan mengucapkan kata pembuka seperti; salam, hai, apa kabar, dan bentuk sapaan lainnya. Apabila kata-kata pembuka dan sapaan di atas tidak akan terucapkan, maka alangkah baiknya kita keluarkan sebuah senyuman anggun yang sanggup mewakili terjadinya tegur sapa dan tatap muka tadi.
Budaya tegur sapa merupakan budaya menegur atau memberi salam setiap bertemu orang dimanapun berada. Kita sanggup mempelajari budaya tegur sapa dari kehidupan semut. Saat bertemu, semut sedang bertegur sapa sebagai bentuk komunikasi mereka. Saat kepala bertemu, antena setiap semut memberi tanda apakah di sekitar mereka ada makanan atau musuh. Kita sanggup mencontoh sikap semut, pada dikala kita bertemu dengan siapapun, kita perlu berkomunikasi, yaitu dimulai dengan bertegur sapa. Bertegur sapa sangat bermanfaat supaya hubungan dengan sesama tetap baik.
Beberapa teladan budaya tegur sapa dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat antara lain sebagai berikut.
Dari beberapa acara tegur sapa di atas kita sanggup memperoleh manfaat diantaranya yakni membuat suatu interaksi sosial yang baik, membuat suasana yang harmonis, meningkatkan rasa kekeluargaan, mempererat rasa persaudaraan, menjalin silaturahmi antar manusia, menjauhi sikap dan sikap individualisme, dan mempererat rasa persatuan dan kesatuan.
Budaya tegur sapa merupakan pengamalan dari nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Selalu menegur sapa orang lain, maka komunikasi dan hubungan akan terus terjaga. Kegiatan ini harus dilakukan kepada siapa pun, tanpa melihat perbedaan latar belakang budaya, sosial atau agama.
Budaya tegur sapa merupakan salah satu pengamalan dari nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Budaya tersebut merekatkan kekeluargaan dan memunculkan persatuan. Berikut yakni beberapa teladan lain dari pengamalan nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
Salah satu teladan budaya tegur sapa sanggup dilihat pada bacaan di bawah ini.
Senangnya tinggal di Kampung Sereh Wangi. Kedekatan hubungan antarwarga membuat mereka saling menjaga. Tidak semua warga Kampung Sereh Wangi merupakan penduduk asli. Sebagian warga merupakan pendatang, mereka masuk ketika kampung ini dibuka sebagai wilayah transmigrasi. Walau demikian, perbedaan asal undangan tidak merenggangkan kedekatan mereka.
Kedekatan antarwarga dimulai dengan kebiasaan saling tegur sapa. Ketika berpapasan di lorong antarrumah, di jalan, atau di pasar tak pernah terlewat untuk saling menegur. Sekedar mengucap “Selamat pagi, selamat siang, selamat sore” hingga bertukar kabar atau berbincang sejenak. Semua saling kenal, semua saling peduli.
Di ujung jalan, tinggal Nenek Ijah seorang diri. Ia penghuni tertua di sini. Walau begitu ia masih sanggup berdiri diatas kaki sendiri melaksanakan kesibukan di rumahnya. Kadang ia terlihat menyapu pelan daun-daun di halaman rumah. Lain waktu ia duduk beristirahat di beranda. Pak Tulus, sang kepala desa, rajin menyapa Nenek Ijah. Pagi hari, sambil berangkat kerja, ia kerap mampir untuk sekedar mengantarkan ubi atau singkong rebus. Sore hari ia lewat lagi seraya melambai pada Nenek Ijah yang duduk di beranda.
Pada suatu pagi, Pak Tulus tidak menjumpai Nenek Ijah di halamannya. Sore harinya beranda rumah nenek Ijah masih tetap sepi. Pak Tulus menyempatkan untuk singgah. Pak Tulus mengetuk pintu, tetapi tak dijawab. Pak Tulus membuka pintu dan melangkah masuk. Betapa terkejut dia menjumpai Nenek Ijah terkulai lemas di dipan ruang tengahnya. Diraba dahinya, terasa agak hangat. Rupanya Nenek Ijah sakit. Pak Tulus menyesal tidak menyempatkan mampir tadi pagi. Namun, belum terlambat.
Pak Tulus mengajak beberapa warga, membawa Nenek Ijah ke dokter terdekat. Pak Tulus mengatur jadwal warga yang akan bergantian menjaga Nenek Ijah hingga pulih. Tidak ada warga yang menolak. Semua sukarela membantu. Mereka tahu, kelak suatu ketika mereka dalam kesulitan, niscaya akan dibantu.
Budaya tegur sapa menjadi perekat warga. Budaya tegur sapa membangun kepedulian terhadap sesama.
Kesimpulan perihal budaya tegur sapa dan nilai-nilai kepemimpinan yang dimiliki oleh tokohnya dalam bacaan di atas adalah. Budaya tegur sapa sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan tegur sapa tercipta kounikasi yang baik dan mempererat rasa persatuan dan kesatuan. Pada bacaan di atas tokoh Pak Tulus pertanda sikap kepemimpinannya dengan peduli terhadap keadaan warganya. Budaya tegur sapa menjadi perekat warga. Budaya tegur sapa membangun kepedulian terhadap sesama.
Kebiasaan yang dilakukan masyarakat kita dalam bertegur sapa atau bertatap muka yakni dengan mengucapkan kata pembuka seperti; salam, hai, apa kabar, dan bentuk sapaan lainnya. Apabila kata-kata pembuka dan sapaan di atas tidak akan terucapkan, maka alangkah baiknya kita keluarkan sebuah senyuman anggun yang sanggup mewakili terjadinya tegur sapa dan tatap muka tadi.
Budaya tegur sapa merupakan budaya menegur atau memberi salam setiap bertemu orang dimanapun berada. Kita sanggup mempelajari budaya tegur sapa dari kehidupan semut. Saat bertemu, semut sedang bertegur sapa sebagai bentuk komunikasi mereka. Saat kepala bertemu, antena setiap semut memberi tanda apakah di sekitar mereka ada makanan atau musuh. Kita sanggup mencontoh sikap semut, pada dikala kita bertemu dengan siapapun, kita perlu berkomunikasi, yaitu dimulai dengan bertegur sapa. Bertegur sapa sangat bermanfaat supaya hubungan dengan sesama tetap baik.
Beberapa teladan budaya tegur sapa dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat antara lain sebagai berikut.
- Saling menyapa jikalau bertemu dengan teman/tetangga, guru, dan orang tua.
- Mengucapkan salam jikalau bertemu (Assalamu'alaikum Wr. Wb, Selamat Pagi, Selamat Siang, dan sebagainya).
- Menanyakan kabar ketika bertemu dengan sahabat atau saudara.
- Berjabat tangan ketika bertemu baik di rumah maupun di daerah lannya.
- Apabila tidak sempat memperlihatkan salam sanggup memakai senyum sebagai gantinya ketika bertemu
Dari beberapa acara tegur sapa di atas kita sanggup memperoleh manfaat diantaranya yakni membuat suatu interaksi sosial yang baik, membuat suasana yang harmonis, meningkatkan rasa kekeluargaan, mempererat rasa persaudaraan, menjalin silaturahmi antar manusia, menjauhi sikap dan sikap individualisme, dan mempererat rasa persatuan dan kesatuan.
Budaya tegur sapa merupakan pengamalan dari nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa. Selalu menegur sapa orang lain, maka komunikasi dan hubungan akan terus terjaga. Kegiatan ini harus dilakukan kepada siapa pun, tanpa melihat perbedaan latar belakang budaya, sosial atau agama.
Budaya tegur sapa merupakan salah satu pengamalan dari nilai-nilai persatuan dan kesatuan. Budaya tersebut merekatkan kekeluargaan dan memunculkan persatuan. Berikut yakni beberapa teladan lain dari pengamalan nilai-nilai persatuan dan kesatuan.
- Menjaga kekeluargaan
- Memunculkan nilai-nilai tolong-menolong dan musyawarah
- Melindungi hak asasi manusia
- Meningkatkan semangat Bhineka Tunggal Ika
- Menghindari perpecahan yang disebabkan oleh warta SARA
Salah satu teladan budaya tegur sapa sanggup dilihat pada bacaan di bawah ini.
Senangnya tinggal di Kampung Sereh Wangi. Kedekatan hubungan antarwarga membuat mereka saling menjaga. Tidak semua warga Kampung Sereh Wangi merupakan penduduk asli. Sebagian warga merupakan pendatang, mereka masuk ketika kampung ini dibuka sebagai wilayah transmigrasi. Walau demikian, perbedaan asal undangan tidak merenggangkan kedekatan mereka.
Kedekatan antarwarga dimulai dengan kebiasaan saling tegur sapa. Ketika berpapasan di lorong antarrumah, di jalan, atau di pasar tak pernah terlewat untuk saling menegur. Sekedar mengucap “Selamat pagi, selamat siang, selamat sore” hingga bertukar kabar atau berbincang sejenak. Semua saling kenal, semua saling peduli.
Di ujung jalan, tinggal Nenek Ijah seorang diri. Ia penghuni tertua di sini. Walau begitu ia masih sanggup berdiri diatas kaki sendiri melaksanakan kesibukan di rumahnya. Kadang ia terlihat menyapu pelan daun-daun di halaman rumah. Lain waktu ia duduk beristirahat di beranda. Pak Tulus, sang kepala desa, rajin menyapa Nenek Ijah. Pagi hari, sambil berangkat kerja, ia kerap mampir untuk sekedar mengantarkan ubi atau singkong rebus. Sore hari ia lewat lagi seraya melambai pada Nenek Ijah yang duduk di beranda.
Pada suatu pagi, Pak Tulus tidak menjumpai Nenek Ijah di halamannya. Sore harinya beranda rumah nenek Ijah masih tetap sepi. Pak Tulus menyempatkan untuk singgah. Pak Tulus mengetuk pintu, tetapi tak dijawab. Pak Tulus membuka pintu dan melangkah masuk. Betapa terkejut dia menjumpai Nenek Ijah terkulai lemas di dipan ruang tengahnya. Diraba dahinya, terasa agak hangat. Rupanya Nenek Ijah sakit. Pak Tulus menyesal tidak menyempatkan mampir tadi pagi. Namun, belum terlambat.
Pak Tulus mengajak beberapa warga, membawa Nenek Ijah ke dokter terdekat. Pak Tulus mengatur jadwal warga yang akan bergantian menjaga Nenek Ijah hingga pulih. Tidak ada warga yang menolak. Semua sukarela membantu. Mereka tahu, kelak suatu ketika mereka dalam kesulitan, niscaya akan dibantu.
Budaya tegur sapa menjadi perekat warga. Budaya tegur sapa membangun kepedulian terhadap sesama.
Kesimpulan perihal budaya tegur sapa dan nilai-nilai kepemimpinan yang dimiliki oleh tokohnya dalam bacaan di atas adalah. Budaya tegur sapa sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan tegur sapa tercipta kounikasi yang baik dan mempererat rasa persatuan dan kesatuan. Pada bacaan di atas tokoh Pak Tulus pertanda sikap kepemimpinannya dengan peduli terhadap keadaan warganya. Budaya tegur sapa menjadi perekat warga. Budaya tegur sapa membangun kepedulian terhadap sesama.
Pentingnya Budaya Tegur Sapa
Reviewed by dannz
on
8:20 AM
Rating: