Daerah Khusus Ibukota Jakarta ialah ibu kota negara Indonesia.Jakarta terletak di bab barat bahari Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum 1527), Jayakarta (1527 1619), Batavia (1619-1942), Jakarta Toko Betsu Shi (1942-1945) dan Djakarta (1945-1972). Ternyata nama Jakarta memiliki sejarah yang panjang. Meskipun kini Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini sangat penting alasannya desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa ialah cikal-bakal kota Jakarta.
Pada zaman Karajaan Hindu Pajajaran, daerah Jakarta berjulukan Sunda Kelapa. Sunda Kelapa ialah kota pelabuhan. Banyak pedagang dari Palembang, Makassar, Madura, dan Demak singgah untuk mengirim barang-barang ke aneka macam daerah dan negara. Keramaian pelabuhan Sunda Kelapa tersebut menarik perhatian Portugis. Mereka mulai menduduki Sunda Kelapa pada tanggal 21 Agustus 1522. Mereka menciptakan benteng dan ingin menguasai Sunda Kelapa.
Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah bahaya baginya. Pada masa ini, Portugis lalu diserang oleh Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah. Fatahillah bergotong-royong berasal dari Kerajaan Samudra Pasai, di Aceh. Dia gres kembali dari Mekkah untuk memperdalam agama Islam. Sesampai di tanah air, beliau sangat sedih tanah airnya diduduki oleh Portugis.
Keinginannya untuk mengusir Portugis semakin kuat. Namun, ia tidak eksklusif menyerang Portugis di Sunda Kelapa. Awalnya beliau pergi ke Banten dan mengembangkan agama Islam di sana. Kemudian, beliau pindah ke Demak. Kedudukan Fatahillah makin kuat. Akhirnya pada tanggal 22 Juni 1527, ia memimpin pasukan Demak menyerbu Portugis di Sunda Kelapa.
Dengan gagah berani dan pantang menyerah, Pasukan Demak kesudahannya berhasil mengalahkan Portugis. Portugis pun meninggalkan Sunda Kelapa dan Fatahillah berkuasa. Sejak dikala itu, Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Nama itu digunakan untuk mengenang kemenangan pasukan Demak melawan Portugis dan tanggal 22 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Jakarta.
Pada simpulan era ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke daerah yang kini disebut Indonesia. Eskspedisinya walaupun biayanya tinggi dianggap berhasil dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota baru. dengan nama Batavia. Sejak era ke-20, Batavia menjadi sentra kekuasaan Belanda.
Sejak Jepang menjelma negara Imperialis, sudah usang Jepang menginginkan daerah-daerah di bab selatan ibarat daerah Asia Tenggara, Asia Timur, dan Pasifik Barat yang memang dikenal sebagai daerah penghasil materi baku. Oleh alasannya itu, penyerbuan ke Pearl Harbour pada tanggal 8 Desember 1941 dimaksudkan untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat di Pasifik, sehingga perluasan Jepang ke Negara-negara selatan berjalan lancar dan aman.
Jepang menguasai daerah Asia Tenggara, dengan tujuan mengakibatkan daerah Aasia Tenggara sebagai sumber materi mentah bagi industri perang dan pertahanannya. Pada tanggal 11 Januari 1942, pasukan Jepang mendarat pertama kali tepatnya di Tarakan, Kalimantan Timur. Selanjutnya menduduki Balikpapan, Palembang, dan Plaju. Tanggal 1 Maret 1942, Jepang menduduki tiga kota di pulau Jawa yaitu: Teluk Banten, daerah pantura, dan kota Pasuruan.
Pada tanggal 5 Maret 1942 tentara Jepang berhasil menguasai Batavia. Karena semakin terdesak serta tidak adanya pemberian dari Amerika Serikat. Keadaan ini memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer, mengalah tanpa syarat terhadap tentara Jepang pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dalam sebuah pertemuan di Kalijati tanggal 8 Maret 1942. Pertemuan ini mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda dan menempatkan Jepang sebagai penguasa gres atas Indonesia.
Pada masa pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap digunakan oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bab dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I). Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno. Pada masa Orde Baru, nama Sunda Kelapa digunakan kembali. Sunda Kelapa digunakan lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan.
Pada zaman Karajaan Hindu Pajajaran, daerah Jakarta berjulukan Sunda Kelapa. Sunda Kelapa ialah kota pelabuhan. Banyak pedagang dari Palembang, Makassar, Madura, dan Demak singgah untuk mengirim barang-barang ke aneka macam daerah dan negara. Keramaian pelabuhan Sunda Kelapa tersebut menarik perhatian Portugis. Mereka mulai menduduki Sunda Kelapa pada tanggal 21 Agustus 1522. Mereka menciptakan benteng dan ingin menguasai Sunda Kelapa.
Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah bahaya baginya. Pada masa ini, Portugis lalu diserang oleh Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Fatahillah. Fatahillah bergotong-royong berasal dari Kerajaan Samudra Pasai, di Aceh. Dia gres kembali dari Mekkah untuk memperdalam agama Islam. Sesampai di tanah air, beliau sangat sedih tanah airnya diduduki oleh Portugis.
Keinginannya untuk mengusir Portugis semakin kuat. Namun, ia tidak eksklusif menyerang Portugis di Sunda Kelapa. Awalnya beliau pergi ke Banten dan mengembangkan agama Islam di sana. Kemudian, beliau pindah ke Demak. Kedudukan Fatahillah makin kuat. Akhirnya pada tanggal 22 Juni 1527, ia memimpin pasukan Demak menyerbu Portugis di Sunda Kelapa.
Dengan gagah berani dan pantang menyerah, Pasukan Demak kesudahannya berhasil mengalahkan Portugis. Portugis pun meninggalkan Sunda Kelapa dan Fatahillah berkuasa. Sejak dikala itu, Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta. Nama itu digunakan untuk mengenang kemenangan pasukan Demak melawan Portugis dan tanggal 22 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Jakarta.
Pada simpulan era ke-16, bangsa Belanda mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman untuk berlayar ke daerah yang kini disebut Indonesia. Eskspedisinya walaupun biayanya tinggi dianggap berhasil dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta didirikan sebuah kota baru. dengan nama Batavia. Sejak era ke-20, Batavia menjadi sentra kekuasaan Belanda.
Sejak Jepang menjelma negara Imperialis, sudah usang Jepang menginginkan daerah-daerah di bab selatan ibarat daerah Asia Tenggara, Asia Timur, dan Pasifik Barat yang memang dikenal sebagai daerah penghasil materi baku. Oleh alasannya itu, penyerbuan ke Pearl Harbour pada tanggal 8 Desember 1941 dimaksudkan untuk melumpuhkan kekuatan Amerika Serikat di Pasifik, sehingga perluasan Jepang ke Negara-negara selatan berjalan lancar dan aman.
Jepang menguasai daerah Asia Tenggara, dengan tujuan mengakibatkan daerah Aasia Tenggara sebagai sumber materi mentah bagi industri perang dan pertahanannya. Pada tanggal 11 Januari 1942, pasukan Jepang mendarat pertama kali tepatnya di Tarakan, Kalimantan Timur. Selanjutnya menduduki Balikpapan, Palembang, dan Plaju. Tanggal 1 Maret 1942, Jepang menduduki tiga kota di pulau Jawa yaitu: Teluk Banten, daerah pantura, dan kota Pasuruan.
Pada tanggal 5 Maret 1942 tentara Jepang berhasil menguasai Batavia. Karena semakin terdesak serta tidak adanya pemberian dari Amerika Serikat. Keadaan ini memaksa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda Van Starkenborgh Stachouwer, mengalah tanpa syarat terhadap tentara Jepang pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura dalam sebuah pertemuan di Kalijati tanggal 8 Maret 1942. Pertemuan ini mengakhiri kekuasaan kolonial Belanda dan menempatkan Jepang sebagai penguasa gres atas Indonesia.
Pada masa pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama ini tetap digunakan oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia.
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bab dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah wali kota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I). Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno. Pada masa Orde Baru, nama Sunda Kelapa digunakan kembali. Sunda Kelapa digunakan lagi secara resmi sebagai nama pelabuhan.
Kisah Terjadinya Jakarta
Reviewed by dannz
on
2:25 PM
Rating: