Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur, antara kurun ke-14 - ke-15 M. Kerajaan Majapahit yaitu kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Berdirinya kerajaan dirintis Kertarajasa Jayawarddhana (Raden Wijaya). Dengan dibantu oleh Arya Wiraraja seorang penguasa Madura, Raden Wijaya membuka hutan di wilayah yang disebut dalam kitab Pararaton sebagai hutannya orang Trik. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa “pahit” dari buah tersebut.
Ketika pasukan Mongol datang untuk menyerang Singhasari, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongol untuk bertempur melawan Jayakatwang. Setelah berhasil menjatuhkan Jayakatwang, Raden Wijaya berbalik menyerang pasukan Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya. Serangan mendadak yang tidak terkira sebelumnya, memaksa tentara Kubilai Khan meninggalkan Jawa Timur terburu-buru dengan sejumlah besar korban.
Raja-raja Majapahit
Raja-raja Majapahit
1) Raden Wijaya (1292–1309)
R. Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Untuk menjaga ketenteraman kerajaan maka R. Wijaya mengadakan konsolidasi dan mengatur pemerintahan. Orang-orang yang pernah berjasa dalam usaha diberi kedudukan dalam pemerintahan. Pada masa pemerintahannya Raden Wijaya mengalami pemberontakan yang dilakukan oleh sahabat-sahabatnya yang pernah mendukung usaha dalam mendirikan Majapahit. Pada tahun 1309 R. Wijaya meninggal dunia dan didharmakan di Candi Simping (Sumberjati, Blitar) dalam perwujudan Harihara (Siwa dan Wisnu dalam satu arca).
2) Jayanegera (1309–1328)
Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh putranya Jayanegara. Jayanegara dikenal sebagai raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang. Kondisi itulah yang mengakibatkan pembantu-pembantunya melaksanakan pemberontakan. Beberapa pemberontakan yang terjadi menyerupai berikut.
R. Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana. Untuk menjaga ketenteraman kerajaan maka R. Wijaya mengadakan konsolidasi dan mengatur pemerintahan. Orang-orang yang pernah berjasa dalam usaha diberi kedudukan dalam pemerintahan. Pada masa pemerintahannya Raden Wijaya mengalami pemberontakan yang dilakukan oleh sahabat-sahabatnya yang pernah mendukung usaha dalam mendirikan Majapahit. Pada tahun 1309 R. Wijaya meninggal dunia dan didharmakan di Candi Simping (Sumberjati, Blitar) dalam perwujudan Harihara (Siwa dan Wisnu dalam satu arca).
2) Jayanegera (1309–1328)
Setelah Raden Wijaya wafat, ia digantikan oleh putranya Jayanegara. Jayanegara dikenal sebagai raja yang kurang bijaksana dan lebih suka bersenang-senang. Kondisi itulah yang mengakibatkan pembantu-pembantunya melaksanakan pemberontakan. Beberapa pemberontakan yang terjadi menyerupai berikut.
- Pemberontakan Rangga Lawe (1309) yang berkedudukan di Tuban tidak puas lantaran ia mengharapkan sanggup menjadi patih di Majapahit, sedangkan yang diangkat yaitu Nambi.
- Pemberontakan Lembu Sora (1311) lantaran hasutan Mahapati yang merupakan musuh dalam selimut Jayanegara.
- Pemberontakan Nambi (1316) lantaran ambisi ayahnya Aria Wiraraja supaya Nambi menjadi raja. Semua pemberontakan tersebut sanggup dipadamkan.
- Pemberontakan Kuti (1319) merupakan pemberontakan yang paling membahayakan lantaran Kuti sanggup menduduki istana kerajaan dan Jayanegara terpaksa menyingkir ke Bedander.
Di bawah pinjaman pasukan Bhayangkara pimpinan Gajah Mada Jayanegara berhasil menumpas pemberontakan Kuti. Gajah Mada menyusun taktik dan berhasil menghancurkan pasukan Kuti. Atas jasa-jasanya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan (1319-1321) dan Patih Kediri (1322-1330).
3) Tribhuanatunggadewi (1328–1350)
Pada tahun 1328 Jayanegara wafat. Ia tidak mempunyai putra sehingga takhta kerajaan diserahkan kepada Gayatri. Oleh lantaran Gayatri telah menjadi bhiksuni maka yang tampil yaitu putrinya, Bhre Kahuripan yang bertindak sebagai wali ibunya. Bhre Kahuripan bergelar Tribhuanatunggadewi. Masa pemerintahan Tribhuwanattunggadewi yaitu pembentuk kemegahan kerajaan. Tribhuwana berkuasa di Majapahit hingga maut ibunya pada tahun 1350.
Pemerintahan Tribhuanatunggadewi juga masih dirongrong pemberontakan, yakni pemberontakan Sadeng dan Keta. Namun, pemberontakan tersebut berhasil dihancurkan oleh Gajah Mada. Sebagai tanda penghargaan, pada tahun 1333 Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit menggantikan Arya Tadah yang sudah tua. Pada waktu penobatannya, Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa" (Tan Amukti Palapa). Isinya, Gajah Mada bersumpah tidak akan makan yummy (palapa) sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Majapahit.
4) Hayam Wuruk (1350–1389)
Pada tahun 1350 Gayatri wafat sehingga Tribhuanatunggadewi turun takhta ia digantikan oleh putranya, Hayam Wuruk. Pada masa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada di puncak kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389.
Pemerintahan Tribhuanatunggadewi juga masih dirongrong pemberontakan, yakni pemberontakan Sadeng dan Keta. Namun, pemberontakan tersebut berhasil dihancurkan oleh Gajah Mada. Sebagai tanda penghargaan, pada tahun 1333 Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit menggantikan Arya Tadah yang sudah tua. Pada waktu penobatannya, Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa" (Tan Amukti Palapa). Isinya, Gajah Mada bersumpah tidak akan makan yummy (palapa) sebelum seluruh Nusantara berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Pada tahun 1350 Gayatri wafat sehingga Tribhuanatunggadewi turun takhta ia digantikan oleh putranya, Hayam Wuruk. Pada masa Hayam Wuruk itulah Majapahit berada di puncak kejayaannya. Hayam Wuruk disebut juga Rajasanagara. Ia memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389.
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Majapahit mencapai zaman keemasan. Muhammad Yamin menyebut Majapahit dengan sebutan negara nasional kedua di Indonesia. Seluruh kepulauan di Indonesia berada di bawah kekuasaan Majapahit. Dalam melaksanakan cita-citanya, Gajah Mada didukung oleh beberapa tokoh, contohnya Adityawarman dan Laksamana Nala. Di bawah pimpinan Laksamana Nala Majapahit membentuk angkatan bahari yang sangat kuat. Tugas utamanya yaitu mengawasi seluruh perairan yang ada di Nusantara.
Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk, Majapahit mengalami kemajuan di aneka macam bidang. Menurut Kakawin Nagarakertagama pupuh XIII-XV, kawasan kekuasaan Majapahit mencakup Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Majapahit juga mempunyai hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma belahan selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 dan digantikan oleh putrinya Dyah Kusumawardhani yang didampingi oleh suaminya Wikramawardhana (1389–1429). Hayam Wuruk dengan isteri selir mempunyai anak Bhre Wirabhumi yang telah diberi kekuasaan sebagai penguasa kawasan (bupati) di Blambangan. Akan tetapi, Bhre Wirabumi menuntut takhta Majapahit sehingga menimbulkan perang saudara (Perang Peregreg) tahun1401–1406. Pada karenanya Bhre Wirabhumi kalah dan perang saudara tersebut mengakibatkan lemahnya kekuasaan Majapahit.
Pada tahun 1429 M, Wikramawardhana meninggal dunia. Selanjutnya raja-raja yang memerintah Majapahit sesudah Wikramawardhana adalah:
- Suhita (1429 M 1447 M), putri Wikramawardhana;
- Kertawijaya (1448 M 1451 M), adik Suhita;
- Sri Rajasawardhana (1451 M 1453 M);
- Girindrawardhana (1456 M 1466 M), anak dari Kertawijaya;
- Sri Singhawikramawardhana (1466 M 1474 M);
- Girindrawardhana Dyah Ranawijaya.
Sampai dengan final kurun ke-15 masih ada raja-raja yang memerintah sebagai keturunan Majapahit , namun telah suram lantaran tidak ada persatuan dan kesatuan sehingga daerah-daerah jajahan satu demi satu melepaskan diri. Para bupati di pantai utara Jawa, seperi Demak, Gresik, dan Tuban telah menganut agama Islam sehingga satu per satu memisahkan diri dari Majapahit.
Raja Majapahit yang terakhir ialah Girindrawardhana Dyah Ranawijaya. Runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1400 Saka (1478 M) dijelaskan dalam Chandra Sengkala yang berbunyi, “Sirna ilang Kertaning-Bhumi” dengan adanya insiden perang saudara antara Dyah Ranawijaya dengan Bhre Kahuripan. Selain itu, keruntuhan Majapahit disebabkan lantaran serangan dari Kerajaan Islam Demak. Antara tahun 1518 dan 1521, kekuasaan Kerajaan Majapahit telah beralih dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus penguasa dari Demak.
Politik dan Pemerintahan
Majapahit telah membuatkan sistem pemerintahan yang teratur. Raja memegang kekuasaan tertinggi. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja dibantu oleh aneka macam tubuh atau pejabat berikut.
- Rakryan Mahamantri Katrini, dijabat oleh para putra raja, terdiri atas Rakryan i Hino, Rakryan i Sirikan, dan Rakryan i Halu.
- Dewan Pelaksana terdiri atas Rakryan Mapatih atau Patih Mangkabumi, Rakryan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga dan Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat ini dikenal sebagai Sang Panca ring Wilwatika. Selain itu terdapat pula dewan pertimbangan yang disebut dengan Batara Sapta Prabu.
- Badan peradilan yang disebut dengan Saptopapati. Selain itu disusun pula kitab aturan oleh Gajah Mada yang disebut Kitab Kutaramanawa.
- Kehidupan beragama dibuat tubuh atau pejabat yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa yaitu pejabat tinggi kerajaan yang khusus menangani perkara keagamaan. Dharmadyaksa yang ada : Dharmadyaksa ring Kasaiwan, mengurusi agama Syiwa (Hindu), dan Dharmadyaksa ring Kasogatan, mengurusi agama Buddha. Dharmadyaksa dibantu oleh pejabat keagamaan yang diberi sebutan Sang Pamegat.
Pada masa itupun sudah dikenal semboyan Bhinneka Tunggal Ika, artinya, sekalipun berbeda-beda baik Hindu maupun Buddha pada hakikatnya yaitu satu jua. Kemudian secara umum kita artikan berbeda-beda karenanya satu jua
Berkat kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, kehidupan politik, dan stabilitas nasional Majapahit terjamin. Hal ini disebabkan pula lantaran kekuatan tentara Majapahit dan angkatan lautnya
sehingga semua perairan nasional sanggup diawasi. Majapahit juga menjalin hubungan dengan kerajaan lain. Hubungan dengan Siam, Birma, Kamboja, Anam, India, dan Cina berlangsung dengan baik. Dalam membina hubungan dengan luar negeri, Majapahit mengenal motto Mitreka Satata, artinya negara sahabat.
Kehidupan Sosial Ekonomi
Di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk, rakyat Majapahit hidup kondusif dan tenteram. Hayam Wuruk membangun jalan-jalan dan jembatan-jembatan. Lalu lintas perdagangan yang paling penting melalui sungai. Misalnya, Sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Akibatnya desa-desa di tepi sungai dan yang berada di muara serta di tepi pantai, bermetamorfosis pusat-pusat perdagangan.
Beberapa kota pelabuhan yang penting pada zaman Majapahit, antara lain Canggu, Surabaya, Gresik, Sedayu, dan Tuban. Pada waktu itu banyak pedagang dari luar menyerupai dari Cina India, dan Siam. Adanya pelabuhan-pelabuhan tersebut mendorong munculnya kelompok aristokrat kaya. Mereka menguasai pemasaran bahan-bahan dagangan pokok dari dan ke daerah-daerah Indonesia Timur dan Malaka.
Hayam Wuruk menaruh perhatian pada pertanian. Berdasarkan gosip Cina berjulukan Wng Ta-Yuan yang menggambarkan pulau Jawa yang padat penduduknya, tanahnya subur dan banyak menghasilkan padi, lada, garam, kain, dan burung kakatua yang semuanya merupakan barang ekspor. Hayam Wuruk berusaha untuk menyejahterakan rakyatnya dengan menciptakan terusan pengairan, pembuatan bendungan, dan pembukaan tanah gres untuk perladangan.
Perkembangan Sastra dan Budaya
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, bidang sastra mengalami kemajuan. Karya sastra yang paling populer pada zaman Majapahit yaitu antara lain :
- Kitab Negarakertagama. Kitab ini ditulis oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M. Di samping menunjukkan kemajuan di bidang sastra, Negarakertagama juga merupakan sumber sejarah Majapahit.
- Kitab lain yang penting yaitu Sutasoma. Kitab ini disusun oleh Empu Tantular. Kitab Sutasoma memuat katakata yang kini menjadi semboyan negara Indonesia, yakni Bhinneka Tunggal Ika. Di samping itu, Empu Tantular juga menulis kitab Arjunawiwaha.
Bidang seni bangunan juga berkembang. Banyak bangunan candi telah dibuat. Misalnya Candi Penataran dan Sawentar di kawasan Blitar, Candi Tigawangi dan Surawana di akrab Pare, Kediri, serta Candi Tikus di Trowulan.
Keruntuhan Majapahit lebih disebabkan oleh ketidakpuasan sebagian besar keluarga raja, sesudah turunnya Hayam Wuruk. Perang Paregrek telah melemahkan unsur-unsur kejayaan Majapahit. Meskipun peperangan berakhir, Majapahit terus mengalami kelemahan lantaran raja yang berkuasa tidak bisa lagi mengembalikan kejayaannya. Unsur lain yang mengakibatkan runtuhnya Majapahit yaitu semakin meluasnya imbas Islam pada ketika itu.
Kemajuan peradaban Majapahit itu tidak hilang dengan runtuhnya kerajaan itu. Pencapaian itu terus dipertahankan hingga masa perkembangan Islam di Jawa. Peninggalan peradaban Majapahit juga sanggup kita saksikan pada perkembangan lingkup kebudayaan Bali pada ketika ini. Kebudayaan yang masih dikembangkan hingga masa Islam yaitu dongeng wayang yang berasal dari epos India yaitu Mahabharata dan Ramayana, serta kisah asmara Raden Panji dengan Sekar Taji (Galuh Candrakirana). Selain itu sanggup kita saksikan juga pada unsur arsitekturnya bentuk atap tumpang, seni ukir sulur-suluran dan flora melata, senjata keris, lokasi keramat, dan masih banyak lagi.
Sejarah Kerajaan Majapahit
Reviewed by dannz
on
8:53 PM
Rating: