Sejarah Kerajaan Kutai

Agama Hindu dan Budha dianut oleh penduduk di aneka macam wilayah nusantara pada waktu yang hampir bersamaan, sekitar masa ke empat, bersamaan dengan mulai berkembangnya hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina. Sebelum efek Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, diperkirakan penduduk Indonesia menganut kepercayaan dinamisme dan animisme. Prasasti yang ditemukan di Kutai dan Tarumanegara yang menyebutkan sapi sebagai binatang persembahan memperlihatkan bahwa agama Hindu berkembang di tempat itu. Juga adanya penyebutan Dewa Trimurti yaitu, Brahma, Wisnu, dan Siwa.

Munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia merupakan salah satu bentuk daripengaruh Hindu-Buddha. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang berkembang di Indonesia,antara lain: Kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Kalingga, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan Kediri, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Buleleng dan Kerajaan Dinasti Warmadewa di Bali, Kerajaan Tulang Bawang, dan Kerajaan Kota Kapur.

Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai dipandang sebagai kerajaan Hindu-Buddha yang pertama di Indonesia. Kerajaan Kutai diperkirakan terletak di tempat Muarakaman di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Sungai Mahakam merupakan sungai yang cukup besar dan mempunyai beberapa anak sungai. Daerah di sekitar tempat pertemuan antara Sungai Mahakam dengan anak sungainya diperkirakan merupakan letak Muarakaman dahulu. Sungai Mahakam sanggup dilayari dari pantai hingga masuk ke Muarakaman, sehingga baik untuk perdagangan. Inilah posisi yang sangat menguntungkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Sumber Sejarah
Sumber sejarah Kutai yang utama yaitu prasasti yang disebut yupa, yaitu berupa kerikil bertulis. Yupa juga sebagai tugu peringatan dari upacara kurban. Yupa ini dikeluarkan pada masa pemerintahan Raja Mulawarman. Prasasti Yupa ditulis dengan aksara pallawa dan bahasa sanskerta. Dengan melihat bentuk hurufnya, para hebat beropini bahwa yupa dibentuk sekitar masa ke-5 M.
 Agama Hindu dan Budha dianut oleh penduduk di aneka macam wilayah nusantara pada waktu yang  Sejarah Kerajaan Kutai
Dalam prasasti tersebut disebutkan nama kakek Mulawarman yang berjulukan Kudungga. Kudungga berarti penguasa lokal yang sehabis terkena efek Hindu-Buddha wilayahnya bermetamorfosis kerajaan. Walaupun sudah menerima efek Hindu-Buddha namanya tetap Kudungga berbeda dengan puteranya yang berjulukan Aswawarman dan cucunya yang berjulukan Mulawarman. Oleh alasannya yaitu itu yang populer sebagai wamsakerta yaitu Aswawarman.

Masuknya Hindu ke Kutai
Bila benar Kudungga yaitu penduduk pribumi, bagaimana agama Hindu sanggup masuk di Kerajaan Kutai? Hubungkanlah dengan teori perihal proses masuk dan berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu di Nusantara. 

Pada Yupa diketemukan sebuah nama yaitu Kundungga yang tidak dikenal dalam bahasa India. Nama tersebut merupakan nama orisinil tempat tersebut. Namun masih dalam yupa yang sama dijelaskan bahwa Kundungga mempunyai anak yang berjulukan Aswawarman yang mempunyai putra pula berjulukan Mulawarman.  Dua nama terakhir merupakan nama yang mengandung unsur India, berbeda dengan nama Kundungga. Baik Kundungga, Aswawarman maupun Mulawarman merupakan raja-raja di Kutai. Hal tersebut memperlihatkan bahwa efek Hindu pada keluarga kerajaan itu sudah mulai masuk pada masa Kundungga, meskipun gres menguat pada masa Aswawarman. Bukti kebudayaan Hindu sudah mulai masuk pada masa Kundungga sanggup dibuktikan dengan diberikannya nama Hindu kepada anaknya.

Masuknya agama Hindu ke kerajaan Kutai tidak lepas dari para Brahmana yang ingin berbagi agama Hindu di Indonesia. Ajaran agama Hindu tersebut tidak semua orang sanggup mempelajarinya, hanya golongan-golongan tertentu yang sanggup mempelajarinya contohnya Brahmana.

Pada masa pemerintahan kerajaan Kutai, Brahmana diangkat sebagai Parohita (penasihat raja), sekaligus sebagai pemimpin upacara-upacara budbahasa dalam kerajaan. Seperti penobatan atau pengangkatan pengurus kerajaan, upacara pemakaman, dan lain-lain. Karena para Brahmana dipercayai mempunyai kharisma (kesaktian). Kepercayaan ini juga dianut oleh Hinduisme dari India. Ini menyebabkan efek yang sangat besar bagi masyarakat. Makara kerajaan Kutai secara pribadi dipengaruhi oleh agama Hindu. Penyebar Hinduisme yaitu para Brahmana. Teori ini dikemukakan oleh Van Leur. Dia menolak teori pedagang. Sebab pedagang tidak hebat dalam Hinduisme. Ilmu yang disebarkan termasuk tinggi dan ilmu tersebut hanya dikuasai oleh Brahmana.

Satu di antara yupa tersebut memberi isu penting perihal silsilah Raja Mulawarman. Diterangkan bahwa Kudungga mempunyai putra berjulukan Aswawarman. Raja Aswawarman dikatakan menyerupai Dewa Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga anak, tetapi yang populer yaitu Mulawarman. Raja Mulawarman dikatakan sebagai raja yang terbesar di Kutai. Ia pemeluk agama Hindu-Siwa yang setia. Tempat sucinya dinamakan Waprakeswara. Ia juga dikenal sebagai raja yang sangat erat dengan kaum brahmana dan rakyat. Raja Mulawarman sangat dermawan. Ia mengadakan kurban emas dan 20.000 ekor lembu untuk para brahmana. Oleh alasannya yaitu itu, sebagai rasa terima kasih dan peringatan mengenai upacara kurban, para brahmana mendirikan sebuah yupa.

Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai mengalami zaman keemasan. Kehidupan ekonomi pun mengalami perkembangan. Kutai terletak di tepi sungai, sehingga masyarakatnya melaksanakan pertanian. Selain itu, mereka banyak yang melaksanakan perdagangan. Bahkan diperkirakan sudah terjadi hubungan dagang dengan luar. Jalur perdagangan internasional dari India melewati Selat Makassar, terus ke Filipina dan hingga di Cina. Dalam pelayarannya dimungkinkan para pedagang itu singgah terlebih dahulu di Kutai. Dengan demikian, Kutai semakin ramai dan rakyat hidup makmur.

Satu di antara yupa di Kerajaan Kutai berisi keterangan yang artinya:“Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang menyerupai api, (bertempat) di dalam tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara ((tempat pemujaan Dewa Siwa)”

Bila isi yupa itu diartikan secara harfiah,Raja Mulawarman memperlihatkan hadiah sapi sebanyak 20.000 ekor kepada para brahmana, artinya pada masa ke-5 telah ada suatu peternakan yang sangat maju. Kehidupan ekonomi yang sanggup disimpulkan dari prasasti tersebut yaitu keberadaan sapi yang dipersembahkan oleh Raja Mulawarman kepada Brahmana. Keberadaan sapi memperlihatkan adanya perjuangan peternakan yang dilakukan oleh rakyat Kutai.
Sejarah Kerajaan Kutai Sejarah Kerajaan Kutai Reviewed by dannz on 12:53 AM Rating: 5