Kerajaan Kediri atau Panjalu, ialah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kediri diawali dengan perintah Raja Airlangga yang membagi kerajaan menjadi dua bagian, yakni Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi dengan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Kerajaan Janggala atau Kahuripan terdiri atas Malang dan Delta Sungai Brantas dengan pelabuhan Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan. Sedangkan Kerajaan Panjalu (Kediri) meliputi, Kediri dan Madiun. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang populer akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada.
Kehidupan politik pada penggalan awal di Kerajaan Kediri ditandai dengan perang saudara antara Samarawijaya dan Panji Garasakan (anak Airlangga). Mereka tidak sanggup hidup berdampingan. Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya sebab kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Pada tahun 1052 M terjadi peperangan kudeta di antara kedua belah pihak. Pada tahap pertama Panji Garasakan sanggup mengalahkan Samarawijaya, sehingga Panji Garasakan berkuasa. Di Jenggala lalu berkuasa raja-raja pengganti Panji Garasakan.
Raja Kediri pertama Mapanji Garasakan memerintah tidak lama. Ia digantikan Raja Mapanji Alanjung (1052-1059 M). Mapanji Alanjung lalu diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha pada tahun 1059 M. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan Panjalu menimbulkan selama 60 tahun tidak ada informasi yang terang mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116-1135 M) dari Kediri.
Masa Pemerintahan Raja-raja Kediri
Kerajaan Panjalu (Kediri) bangun lagi sekitar tahun 1116. Raja yang memerintah, antara lain sebagai berikut :
1. Rakai Sirikan Sri Bameswara
Raja Bameswara pertama ialah Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Bameswara Sakalabhuwana Sarwwaniwaryya Wiryya Parakrama Digjayattunggadewa. Hal itu disebutkan pada Prasasti Pandlegan I yang berangka tahun 1038 Saka (1116 Masehi). Raja Sirikan masih mengeluarkan prasasti lain, yaitu :
- Prasasti Panumbangan berangka tahun 1042 Saka (1120 M)
- Prasasti Geneng berangka tahun 1050 Saka (1128 M)
- Prasasti Candi Tuban berangka tahun 1052 Saka (1130 M)
- Prasasti Tangkilan berangka tahun 1052 Saka (1130 M).
Prasasti lainnya ialah Prasasti Karang Reja berangka tahun 1056 Saka (1136 Masehi), tetapi tidak terang siapa yang mengeluarkannya. Apakah dikeluarkan oleh Bameswara atau Jayabaya? Lencana kerajaan yang digunakan ialah tengkorak bertaring di atas bulan sabit yang disebut Candrakapala. Bameswara diperkirakan memerintah hingga tahun 1134 M.
2. Raja Jayabaya
Pengganti Raja Bameswara ialah Jayabaya yang bergelar Sri Maharaja Sri Warmmeswara Madhusudana Wataranindita Parakrama Digjayottunggadewanama Jayabhayalancana. Ia memerintah pada tahun 1057 Saka (1135 M). Salah satu prasastinya yang menarik ialah Prasasti Talan berangka tahun 1508 Saka (1136 M) yang berisi pemindahan Prasasti Ripta (tahun 961 Saka) menjadi Prasasti Dinggopala oleh Raja Jayabaya. Dalam prasasti itu, ia disebutkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu. Lencana kerajaan yang digunakan ialah Narasingha, tetapi pada Prasasti Talan disebutkan pemakaian lencana Garuda Mukha. Pada Prasasti Hantang (1057 Saka) atau 1135 M dituliskan kata pangjalu jayati, artinya panjalu menang berperang atas Jenggala dan sekaligus untuk mengatakan bahwa Jayabaya ialah pewaris takhta kerajaan yang sah dari Airlangga.
Di kalangan masyarakat Jawa, nama Jayabaya sangat dikenal sebab adanya Ramalan atau Jangka Jayabaya. Pada masa pemerintahan Jayabaya telah digubah Kitab Baratayuda oleh Empu Sedah dan lalu dilanjutkan oleh Empu Panuluh.
3. Raja Sarweswara
Pengganti Raja Jayabaya ialah Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardhanawatara Wijayagrajasama Singhanadaniwaryyawiryya Parakrama Digjayattunggadewanama. Sarweswara memerintah tahun 1159 hingga 1169. Lencana kerajaan yang digunakan ialah Ganesha.
4. Sri Aryyeswara
Raja Sarweswara lalu digantikan oleh Sri Maharaja Rakai Hino Sri Aryyeswara Madhusudanawatararijamukha. Masa pemerintahan Raja Sri Aryyeswara hanya hingga tahun 1181 dan digantikan oleh Sri Maharaja Sri Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayattunggaduwanama Sri Gandra.
5. Sri Gandra
Pada masa pemerintahan Sri Gandra dikenal jabatan senapati sarwajala (laksamana laut). Dengan jabatan itu, diduga Kediri memiliki armada maritim yang kuat. Di samping itu, juga dikenal pejabat yang menggunakan nama-nama binatang, contohnya Kebo Salawah, Lembu Agra, Gajah Kuning, dan Macan Putih.
6. Kameswara
Kameswara memerintah Kerajaan Kediri tahun 1182–1185. Kameswara bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Tri Wikramawatara Aniwaryyawiryya Parakrama Digjayattunggadewanama. Pada masa pemerintahan Kameswara, seni sastra berkembang pesat.
7. Kertajaya
Setelah Kameswara mangkat, raja yang memerintah Kediri ialah Kertajaya atau Srengga. Gelar Kertajaya ialah Sri Maharaja Sarweswara Triwikramataranindita Srenggalancana Digjayattunggadewanama. Pada masa pemerintahannya, terjadi kontradiksi antara raja dan para pendeta atau kaum brahmana, sebab Kertajaya berlaku sombong dan berani melanggar adat. Hal ini memperlemah pemerintahan di Kediri.Para brahmana lalu mencari proteksi kepada Ken Arok yang merupakan penguasa di Tumapel. Pada tahun 1222 M, Ken Arok dengan derma kaum brahmana menyerang Kediri. Kediri sanggup dikalahkan oleh Ken Arok. Dengan berakhirnya masa pemerintahan Kertajaya, berakhir pula masa pemerintahan Kerajaan Kediri sebagai kelanjutan Dinasti Isana yang didirikan oleh Empu Sindok.
Perkembangan Politik, Sosial, dan Ekonomi
Sampai masa awal pemerintahan Jayabaya, kekacauan akhir kontradiksi dengan Janggala terus berlangsung.Baru pada tahun 1135 M Jayabaya berhasil memadamkan kekacauan itu. Sebagai bukti, adanya kata-kata panjalu jayati pada prasasti Hantang. Setelah kerajaan stabil, Jayabaya mulai menata dan menyebarkan kerajaannya.
Kehidupan Kerajaan Kediri menjadi teratur. Rakyat hidup makmur. Mata pencaharian yang penting ialah pertanian dengan hasil utamanya padi. Pelayaran dan perdagangan juga berkembang. Hal ini ditopang oleh Angkatan Laut Kediri yang cukup tangguh. Armada maritim Kediri bisa menjamin keamanan perairan Nusantara.
Di Kediri telah ada Senopati Sarwajala (panglima angkatan laut). Bahkan Sriwijaya yang pernah mengakui kebesaran Kediri, yang telah bisa menyebarkan pelayaran dan perdagangan. Barang perdagangan di Kediri antara lain emas, perak, gading, kayu cendana, dan pinang. Kesadaran rakyat wacana pajak sudah tinggi. Rakyat menyerahkan barang atau sebagian hasil buminya kepada pemerintah.
Menurut informasi Cina, dan kitab Ling-wai-tai-ta diterangkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari orang-orang menggunakan kain hingga di bawah lutut. Rambutnya diurai. Rumah-rumah mereka higienis dan teratur, lantainya ubin yang berwarna kuning dan hijau. Dalam perkawinan, keluarga pengantin perempuan mendapatkan mas kawin berupa emas. Rajanya berpakaian sutera, menggunakan sepatu, dan suplemen emas. Rambutnya disanggul ke atas. Kalau bepergian, Raja naik gajah atau kereta yang diiringi oleh 500 hingga 700 prajurit.
Di bidang kebudayaan, yang menonjol ialah perkembangan seni sastra dan pertunjukan wayang. Di Kediri dikenal adanya wayang panji. Beberapa karya sastra yang terkenal, sebagai berikut.
Nama Kitab | Keterangan | |
Kitab Baratayuda | Penulis | Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. |
Isi | Memberikan citra terjadinya perang saudara antara Panjalu melawan Jenggala. Perang saudara itu digambarkan dengan perang antara Kurawa dengan Pandawa yang masing-masing merupakan keturunan Barata. | |
Kitab Kresnayana | Penulis | Empu Triguna pada zaman Raja Jayaswara. |
Isi | Perkawinan antara Kresna dan Dewi Rukmini. | |
Kitab Smaradahana | Penulis | Empu Darmaja pada zaman Raja Kameswari |
Isi | Menceritakan wacana sepasang suami istri Smara dan Rati yang menarik hati Dewa Syiwa yang sedang bertapa. Smara dan Rail kena kutuk dan mati terbakar oleh api (dahana) sebab kesaktian Dewa Syiwa. Akan tetapi, kedua suami istri itu dihidupkan lagi dan berubah menjadi sebagai Kameswara dan permaisurinya. | |
Kitab Lubdaka | Penulis | Empu Tanakung pada zaman Raja Kameswara. |
Isi | Seorang pemburu berjulukan Lubdaka. Ia sudah banyak membunuh. Pada suatu dikala ia mengadakan pemujaan yang istimewa terhadap Syiwa, sehingga rohnya yang semestinya masuk neraka, menjadi masuk surga. |
Sejarah Kerajaan Kediri
Reviewed by dannz
on
12:53 AM
Rating: