Nyanyi Sunyi dari Indragiri karya Hary B. Kori’un secara terperinci menyingkap kondisi sosial masyarakat Provinsi Riau cukup umur ini. Dalam novel tersebut terdapat citra keterbelakangan dan kemiskinan yang ada di Provinsi Riau. Dengan gaya yang khas dari pengarang dalam memberikan inspirasi dan pikirannya, menciptakan novel ini sangat menarik untuk dianalisis secara mendalam. Novel peraih penghargaan utama Ganti Award 2004-nama sebuah penghargaan penulisan novel yang diselenggarakan oleh Yayasan Bandar Serai di Pekanbaru, Provinsi Riau (Ensiklopedia Sastra Riau, 2011)-ini diterbitkan oleh Gurindam Press pada Desember 2004. Novel dengan tebal 102 halaman ini terdiri dari empat bagian, yaitu (1) Prolog, (2) Alia, (3) Sarah, dan (4) Epilog.
Novel ialah salah satu karya fiksi berbentuk prosa. Novel mempunyai ciri ditulis dengan gaya narasi, yang terkadang dicampur deskripsi untuk menggambarkan suasana; bersifat realistis, artinya merupakan tanggapan pengarang terhadap situasi lingkungannya; bentuknya lebih panjang, biasanya lebih dari 10.000 kata; dan alur ceritanya cukup kompleks.Agar lebih memahami aneka macam unsur yang membangun novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri (NSdI), menyerupai tema, tokoh dan penokohan, latar, konflik, alur, dan sebagainya, berikut akan diberikan cuplikan isi novel tersebut. Setelah mengetahui aneka macam unsur yang membangun novel tersebut, kalian akan dengan gampang mengurai komplikasi yang ada di dalam novel.
Tema
Tema ialah inti atau inspirasi pokok dalam cerita. Tema merupakan awal tolak pengarang dalam memberikan cerita. Tema suatu novel menyangkut segala problem dalam kehidupan manusia, baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih adminng, dan sebagainya.
Untuk menemukan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi aneka macam masalah yang ditemukan dalam cerita. Masalah inilah yang kemudian akan menggiring pada inovasi tema sebuah novel. Maka identifikasikanlah aneka macam masalah yang kalian temukan dalam novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri.
Untuk menemukan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi aneka macam masalah yang ditemukan dalam cerita. Masalah inilah yang kemudian akan menggiring pada inovasi tema sebuah novel. Maka identifikasikanlah aneka macam masalah yang kalian temukan dalam novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri.
- Persoalan dimulai pada April 1998, ketika keadaan politik memburuk akhir jatuhnya harga rupiah. Keadaan tersebut menimbulkan harga getah karet dan kayu melambung tinggi.
- PT Riau Maju Timber melaksanakan penebangan kayu hampir hingga perbatasan kampung sehingga menimbulkan beberapa hutan di kampung sebelah sudah lenyap.
- Panas terik sepanjang tahun menimbulkan beras menjadi langka, pohon karet tak mengeluarkan getah sebab tak tersiram air.
- Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan pembakaran yang dilakukan menciptakan peristiwa itu selalu datang.
- Dampak penebangan hutan menyebakan banjir tiap tahun dan kemarau aben dan mengeringkan sawah ladang. Hingga suatu ketika banjir bandang menerjang rumah dan menghanyutkan abah Kalid. Kematian seorang ayah semakin menyalakan api dendam yang tumbuh di dada Kalid.
- Kalid aben base camp milik PT Riau Maju Timber yang menimbulkan masyarakat banyak menderita akhir eksplorasi hutan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
- Khalid bersama teman-teman kemudian masuk penjara yang mungkin menciptakan umi tertekan batin sebab anak satusatunya berurusan dengan masalah kriminal dan insiden tersebut menimbulkan umi meninggal hanya beberapa hari sebelum khalid keluar dari penjara.
- Khalid tiba ke kantor Dinas Kehutanan di Rengat ketika libur kuliah dan menyampaikan kepada mereka bahwa kegiatan PT Riau Maju Timber di kampung kami harus dihentikan. Aktivitas tersebut menimbulkan hutan habis dan banjir selalu tiba menenggelamkan kampung.
- Ketika hakim selesai membaca keputusan, kembali, mereka kalap dan menyampaikan bahwa eksekusi itu tidak adil untuk Kalid.
- Khalid mulai memahami pedihnya menjadi orang miskin ialah bagaimana supaya kami semua di kampung diperhatikan; sekolah dibangun dengan layak, jalan dan jembatan dibentuk dan orang-orang di kampung kami tidak bermental bodoh menyerupai itu.
Tema sifatnya mengikat keseluruhan masalah yang ada dalam cerita. Setelah semua permasalahan teridentifikasi dengan baik, novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri karya Hary B Kori’un ini merupakan karya besar yang bisa menampilkan tema lingkungan dengan penggambaran yang dahsyat. Setidaknya pembaca diajak untuk melihat realitas di tengah masyarakat Riau dengan beling mata fiksi.
Hubungan Kausalitas
Jalur daerah lewatnya rentetan insiden yang merupakan rangkaian polah para tokoh yang berusaha memecahkan konflik dalam sebuah dongeng disebut alur. Alur, yang merupakan perpaduan semua unsur pembangun dongeng sehingga menjadi kerangka utama, mempunyai penitikberatan pada hubungan kausalitas tiap insiden yang ada. Setelah kalian mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam cerita, hubungan kausalitas sanggup dilihat dalam kalimat menyerupai di bawah ini.
Alur
Alur / Plot merupakan rangkaian insiden dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 (dua) cuilan yaitu pertama alur maju ( progesif ) yaitu apabila insiden bergerak secara sedikit demi sedikit berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan yang kedua alur mundur ( flash back progesif ) yaitu terjadi ada kaitannya dengan insiden yang sedang berlangsung. Plot / alur menampilkan insiden – insiden yang mengandung konflik maupun menarik bahkan mencekam pembaca.
Untuk mengetahui bentuk alur sebuah cerita, perlu disimak rangkaian insiden yang terdapat dalam karya tersebut. Berbagai bentuk alur dalam dongeng rekaan, menyerupai alur progresif atau alur lurus, dan alur regresif (flashback) atau sorot balik, bahkan ada alur yang bolak-balik. Baik cerpen maupun novel, mempunyai salah satu bentuk alur tersebut. Berikut ini ialah beberapa cuplikan pelengkap yang akan membantu melihat alur dongeng yang terdapat dalam novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri. Bacalah cuplikan berikut secara cermat dan perhatikan nomor halaman setiap kutipan, sebab akan membantu kalian menyusun alur dongeng dalam novel NSdI.
Pada umumnya, cuilan awal teks dongeng fiksi berisikan paparan dan sedikit undangan yang akan mengantarkan pada permasalahan sebenarnya. Pada cuilan tengah tekslah komplikasi terjadi. Setelah komplikasi berhasil diuraikan dan dievaluasi, pada cuilan tamat dongeng biasanya ditutup dengan penyelesaian.
Penokohan
Penokohan ialah cara pengarang menggambarkan dan membuatkan abjad tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan abjad seorang tokoh, pengarang sanggup juga menyebutkannya langsung, contohnya si A itu penyabar, si B itu murah hati. Penjelasan abjad tokoh sanggup pula melalui citra fisik dan perilakunya, lingkungan kehidupannya, cara bicaranya, jalan pikirannya, ataupun melalui penggambaran oleh tokoh lain.
Sebuah teks dongeng fiksi terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan, sehingga sanggup terlihat inspirasi yang disampaikan pengarang kepada pembacanya. Teks dongeng fiksi ini merupakan karya sastra berbentuk prosa. Mengingat hakikat prosa ialah narasi (cerita), maka di dalamnya ada pelaku dongeng (tokoh), rangkaian dongeng (alur), pokok masalah yang diceritakan (tema), siapa yang memberikan dongeng (pencerita), serta tempat, waktu, dan suasanan menyerupai apa dongeng itu berlangsung (latar). Itulah yang kemudian disebut unsur intrinsik prosa atau teks dongeng fiksi. Berikut akan diberikan nukilan novel yang menggambarkan penokohan Kalid.
Berdasarkan aneka macam nukilan yang dberikan, diskusikanlah penokohan Kalid berdasarkan kalian, baik ciri fisiknya maupun sifat dan sikap yang digambarkan pengarang.
Untuk melukiskan sosok dan tabiat tokoh, serta suasana latar belakang cerita, baik waktu maupun tempat, kalian bisa melihat pengarang memakai perumpamaan, yang dikenal dengan sebutan majas atau gaya bahasa. Perhatikan beberapa kutipan berikut. Tentu saja kalian masih ingat perihal gaya bahasa. Temukan dan tentukanlah gaya bahasa yang terdapat di dalamnya.
Dalam sebuah novel, untuk melukiskan sesuatu, kerap memakai kata sifat yang meluas, semoga sanggup memperlihatkan penggambaran yang lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan perempuan itu menangis sedih, pembaca tidak mengetahui seberapa dalam kesedihan yang dialami si wanita. Akan tetapi, kalau digambarkan: perempuan itu tak sanggup menahan isak tangisnya dengan terus mengucurkan air mata, pembaca bisa membayangkan kesedihan menyerupai apa yang dialami si wanita.
Berikut akan diberikan beberapa teladan kalimat yang memakai kata sifat yang meluas tersebut. Tugas kalian ialah mencari teladan lain yang boleh kalian buat sendiri.
Hubungan Kausalitas
Jalur daerah lewatnya rentetan insiden yang merupakan rangkaian polah para tokoh yang berusaha memecahkan konflik dalam sebuah dongeng disebut alur. Alur, yang merupakan perpaduan semua unsur pembangun dongeng sehingga menjadi kerangka utama, mempunyai penitikberatan pada hubungan kausalitas tiap insiden yang ada. Setelah kalian mengidentifikasi permasalahan yang ada dalam cerita, hubungan kausalitas sanggup dilihat dalam kalimat menyerupai di bawah ini.
- Keadaan politik yang memburuk menimbulkan harga rupiah yang anjlok, sehingga harga karet dan kayu melambung tinggi. Hal ini menimbulkan PT Riau Maju Timber “merampas” hutan masyarakat Rimbo Pematang.
- Eksplorasi hutan yang berlebihan menimbulkan kekeringan di animo panas dan banjir di animo hujan.
- PT Riau Maju Timber melaksanakan penebangan kayu hampir hingga perbatasan kampung sehingga menimbulkan beberapa hutan di kampung sebelah sudah lenyap.
- Panas terik sepanjang tahun menimbulkan beras menjadi langka, pohon karet tak mengeluarkan getah sebab tak tersiram air.
- Penebangan hutan yang tidak terkontrol dan pembakaran yang dilakukan menciptakan peristiwa itu selalu datang.
- Dampak penebangan hutan menyebakan banjir tiap tahun dan kemarau aben dan mengeringkan sawah ladang. Hingga suatu ketika banjir bandang menerjang rumah dan menghanyutkan abah Kalid. Kematian seorang ayah semakin menyalakan api dendam yang tumbuh di dada Kalid.
- Kalid aben base camp milik PT Riau Maju Timber yang menimbulkan masyarakat banyak menderita akhir eksplorasi hutan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
- Khalid bersama teman-teman kemudian masuk penjara yang mungkin menciptakan umi tertekan batin sebab anak satusatunya berurusan dengan masalah kriminal dan insiden tersebut menimbulkan umi meninggal hanya beberapa hari sebelum khalid keluar dari penjara.
- Khalid tiba ke kantor Dinas Kehutanan di Rengat ketika libur kuliah dan menyampaikan kepada mereka bahwa kegiatan PT Riau Maju Timber di kampung kami harus dihentikan. Aktivitas tersebut menimbulkan hutan habis dan banjir selalu tiba menenggelamkan kampung.
Alur
Alur / Plot merupakan rangkaian insiden dalam novel. Alur dibedakan menjadi 2 (dua) cuilan yaitu pertama alur maju ( progesif ) yaitu apabila insiden bergerak secara sedikit demi sedikit berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Sedangkan yang kedua alur mundur ( flash back progesif ) yaitu terjadi ada kaitannya dengan insiden yang sedang berlangsung. Plot / alur menampilkan insiden – insiden yang mengandung konflik maupun menarik bahkan mencekam pembaca.
Untuk mengetahui bentuk alur sebuah cerita, perlu disimak rangkaian insiden yang terdapat dalam karya tersebut. Berbagai bentuk alur dalam dongeng rekaan, menyerupai alur progresif atau alur lurus, dan alur regresif (flashback) atau sorot balik, bahkan ada alur yang bolak-balik. Baik cerpen maupun novel, mempunyai salah satu bentuk alur tersebut. Berikut ini ialah beberapa cuplikan pelengkap yang akan membantu melihat alur dongeng yang terdapat dalam novel Nyanyi Sunyi dari Indragiri. Bacalah cuplikan berikut secara cermat dan perhatikan nomor halaman setiap kutipan, sebab akan membantu kalian menyusun alur dongeng dalam novel NSdI.
- Guntingan koran itu masih ada di mejanya. Tidak semua koran menulis perihal insiden itu, hanya beberapa. Dan yang beberapa itulah yang membuatnya tersentak. Ada yang nyeri dalam dadanya, ada yang hampa dalam jiwanya. Benarkah info itu? Tidakkah salah koran-koran itu menulis perihal hilangnya lelaki itu terbawa arus Sungai Indragiri yang menenggelamkan beberapa kampung di Indragiri? (NSdI, 2004:1).
- Ketika kemudian saya mendengar info itu: engkau hilang terseret arus sungai dan mayatmu tak ditemukan dalam sebuah banjir bandang yang melanda kampungmu, saya sudah kehabisan air mata, Kalid. Aku yakin dan percaya, menyerupai kejadian-kejadian sebelumnya, engkau selalu lolos dari apa yang diperkirakan orang. Entahlah, entah kapan lelaki sepertimu akan mati, atau engkau memang mempunyai ilmu yang membuatmu tak mati, tak terdeteksi aparat, bisa menciptakan semua orang mencintaimu dan segala ilmu lainnya? (NSdI, 2004:97—98)
- Aku tak yakin, meski saya mempercayainya: anda bisa melaksanakan segalanya menyerupai yang engkau inginkan. Benarkah engaku telah mati? (NSdI: 2004:98)
Pada umumnya, cuilan awal teks dongeng fiksi berisikan paparan dan sedikit undangan yang akan mengantarkan pada permasalahan sebenarnya. Pada cuilan tengah tekslah komplikasi terjadi. Setelah komplikasi berhasil diuraikan dan dievaluasi, pada cuilan tamat dongeng biasanya ditutup dengan penyelesaian.
Penokohan
Penokohan ialah cara pengarang menggambarkan dan membuatkan abjad tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan abjad seorang tokoh, pengarang sanggup juga menyebutkannya langsung, contohnya si A itu penyabar, si B itu murah hati. Penjelasan abjad tokoh sanggup pula melalui citra fisik dan perilakunya, lingkungan kehidupannya, cara bicaranya, jalan pikirannya, ataupun melalui penggambaran oleh tokoh lain.
Sebuah teks dongeng fiksi terdiri atas beberapa unsur yang saling berkaitan, sehingga sanggup terlihat inspirasi yang disampaikan pengarang kepada pembacanya. Teks dongeng fiksi ini merupakan karya sastra berbentuk prosa. Mengingat hakikat prosa ialah narasi (cerita), maka di dalamnya ada pelaku dongeng (tokoh), rangkaian dongeng (alur), pokok masalah yang diceritakan (tema), siapa yang memberikan dongeng (pencerita), serta tempat, waktu, dan suasanan menyerupai apa dongeng itu berlangsung (latar). Itulah yang kemudian disebut unsur intrinsik prosa atau teks dongeng fiksi. Berikut akan diberikan nukilan novel yang menggambarkan penokohan Kalid.
- Dia bahagia bisa memandang lelaki itu; melihat dari bersahabat wajahnya yang tidak terlalu halus-pori-porinya terlihat dan rahangnya yang menyembul.... (NSdI, 2004:4)
- Kubiarkan cambang, kumis, dan jenggotku memanjang, juga rambutku, supaya tak ada orang yang mengenaliku, meskipun saya yakin tak ada orang yang mengenaliku di kota ini meski kasusku dimuat di beberapa koran. (NSdI, 2004:63)
- Rambutnya gondrong awut-awutan, hampir seluruh mukanya ditutupi bulu lebat.... (NSdI, 2004:75)
- Tetapi saya sadar sesadar-sadarnya, bahwa tatapan matanya yang sangat tajam ketika kami pertama kali bertemu-bukan bertemu, saya yang memandangnya dari kejauhan-menjelang senja beberapa waktu sebelum huru hara itu, telah mengubah seluruh tatanan pemikiranku selama ini. (NSdI, 2004:60)
- Aku juga pergi tanpa kata-kata, tetapi sekilas saya bisa melihat ekspresi Kalid yang dingin. Betul-betul hambar dan beku. (NSdI, 2004:6)
- “Begitu dong. Sekali-kali tersenyum dan tertawa. Jangan menjadi Mr. Cool, saya kan jadi kikuk terus kalau anda selalu diam...” katanya lagi. (NSdI, 2004:83)
- Dia ingat lelaki itu, lelaki pemberani dan misterius. Lelaki yang mau melawan badai, membun*h beruang bahkan ketika usianya sendiri belum sepuluh tahun dan melawan kekuatan apapun yang dianggapnya salah dan merugikan orang lain. (NSdI, 2004:1-2)
- Dan inilah yang ingin kuceritakan di sini. Tentang pria misterius yang telah merampas separuh hidupku, yang menciptakan saya merasa hidup dan meninggalkan banyak hal yang selama ini kumiliki. Meski untuk itu, saya juga kehilangan banyak hal... (NSdI, 2004:61)
- Namun beliau tetap ngotot semoga bisa tetap sekolah yang jaraknya sekitar 15 kilometer ke kota kecamatan. Dan untuk hingga ke sana, beliau harus naik bahtera ke arah hilir selama setengah jam, menyambung lagi dengan angkutan pedesaan ke arah kota kecamatan. Pulangnya, beliau juga harus menempuh rute yang sama ketika pergi. (NSdI, 2004:35)
- Yang penting beliau berangkat dulu, melihat kondisi. Kalau memang tak memungkinkan, beliau akan mencari pekerjaan dulu, mengumpulkan uang, dan sesudah itu gres kuliah. Dia bisa istirahat setahun tak kuliah, ini banyak dilakukan mahasiswa yang kesulitan dana. (NSdI, 2004:37)
Berdasarkan aneka macam nukilan yang dberikan, diskusikanlah penokohan Kalid berdasarkan kalian, baik ciri fisiknya maupun sifat dan sikap yang digambarkan pengarang.
- Kalid ialah seorang yang berperawakan keras dengan pori wajah yang agak kasar dan rahang yang menyembul.
- Khalid mempunyai kumis, cambang, dan jenggot yang panjang.
- Khalid berambut gondrong dan berantakan dan hampir seluruh mukanya tertutup bulu.
- Khalid mempunyai tatapan mata yang sangat tajam.
- Khalid mempunyai ekspresi yang dingin.
- Khlaid adalah lelaki pemberani dan misterius.
- Kalid sebagai seorang lelaki yang tidak pernah mengalah menghadapi prahara kehidupan. Seorang sarjana aturan yang alhasil menjadi korban ketidakadilan. Kalid sebagai lelaki yang tak pernah ‘mati’ hingga tamat cerita.
Perhatikan kutipan berikut dengan teliti.
Panas terik masih terus memanggang kampungnya, juga kampung-kampung lain di pinggir sungai itu. Asap mengepul dari hutan-hutan di pinggir kampung yang sudah banyak terbakar. Hampir setiap hari pula, beliau selalu mendengar bunyi mesin penebang kayu meraung-raung tidak siang tidak malam dan beberapa hari kemudian kayu-kayu, yang sudah dirajang dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan segi empat dikeluarkan oleh serombongan kerbau dari hutan. Sesampai di pinggir sungai, ada orang yang mengikatnya dengan tali atau kawat dan kemudian dalam jumlah besar dialirkan ke arah hilir sungai dan dikendalikan oleh kepompong bermesin diesel. Hampir setiap hari, dalam panas yang memanggang kampung itu, hal menyerupai itu terjadi; raungan gergaji sepanjang hari, bunyi gedblar kayu tumbang, kayu yang ditarik kerbau keluar dari hutan menuju pinggir sungai, dan rombongan ajaran kayu ke arah hilir. (NSdI, 2004:39—40)
Kutipan di atas berisikan citra suasana yang dilukiskan pengarang. Pendeskripsian suasana tersebut menciptakan kalian mengetahui secara detail suasana kampung yang dilukiskan pengarang sehingga pembaca seakan-akan bisa turut mencicipi suasana tersebut. Berdasarkan kutipan Nyanyi Sunyi dari Indragiri halaman 39—40 di atas, tentukanlah apakah pernyataan berikut ini benar (B), salah (S), atau tidak terbukti benar salahnya (TT) dengan membubuhkan tanda centang (√) pada pilihan kalian. Untuk memilih jawaban, kalian tidak perlu berpedoman pada pengetahuan umum atau pengetahuan yang telah kalian miliki, tetapi cukup berpedoman pada informasi yang disajikan dalam teks tersebut.
No. | Pernyataan | B | S | TT |
1. | Hutan-hutan di pinggir kampung banyak yang terbakar. | √ | - | - |
2. | Kampung di sana menjadi panas akhir hutan yang terbakar. | - | √ | - |
3. | Kampung tersebut berada jauh dari sungai. | - | - | √ |
4. | Mesin penebang kayu hanya terdengar di siang hari. | - | - | √ |
5. | Setelah ditebang, kayu-kayu dirajang berbentuk papan maupun batangan segi empat. | √ | - | - |
6. | Orang-orang yang bekerja menebang kayu itu bekerja untuk seorang pengusaha yang dilindungi aparat. | - | - | √ |
7. | Untuk mengeluarkan kayu yang sudah dipotong dari hutan memakai jasa kerbau. | √ | - | - |
8. | Kerbau-kerbau membawa kayu tersebut hingga ke pinggir sungai. | √ | - | - |
9. | Setelah hingga dipinggir sungai, kemudian kayu tersebut dialirkan begitu saja ke arah hilir. | - | - | √ |
10. | Banyak orang kampung yang bekerja untuk perusahaan itu. | - | - | √ |
Untuk melukiskan sosok dan tabiat tokoh, serta suasana latar belakang cerita, baik waktu maupun tempat, kalian bisa melihat pengarang memakai perumpamaan, yang dikenal dengan sebutan majas atau gaya bahasa. Perhatikan beberapa kutipan berikut. Tentu saja kalian masih ingat perihal gaya bahasa. Temukan dan tentukanlah gaya bahasa yang terdapat di dalamnya.
No. | Kutipan Nyanyi Sunyi dari Indragiri | Gaya Bahasa |
1. | Hampir setiap hari pula, beliau selalu mendengar bunyi mesin penebang kayu meraung-raung tidak siang tidak malam dan beberapa hari kemudian kayu-kayu, yang sudah dirajang dengan rapi baik berbentuk papan maupun batangan segi empat dikeluarkan oleh serombongan kerbau dari hutan (NSdI, 2004:40). | Antitesis ialah majas yang membandingkan dua hal yang berlawanan. |
2. | Semuanya menyerupai musim kering; kemarau datang dan angin gersang menusuk-nusuk. Semuanya menyerupai animo basah; hujan dan angin ribut ialah nyanyian dalam duka dan ngilu. Semuanya menyerupai perih, ketika langit tak menyisakan dongeng apa-apa. Semuanya menjadi sepi... (NSdI, 2004:1). | Repetisi Pengulangan kata-kata tertentu |
3. | Angin senja yang hampir habis membuat rambutnya berkibar-kibar, dan sinar matahari yang hampir tenggelam menciptakan rambutnya tampak hanya bayangan, menyerupai siluet (NSdI, 2004:100). | Metafora mengungkapkan ungkapan secara tidak pribadi berupa perbandingan analogis. |
4. | Hampir setiap hari, dalam panas yang memanggang kampung itu, hal menyerupai itu terjadi; raungan gergaji sepanjang hari, bunyi gedblar kayu tumbang, kayu yang ditarik kerbau keluar dari hutan menuju pinggir sungai, dan rombongan ajaran kayu ke arah hilir (NSdI, 2004:40). | Hiperbola gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan. |
5. | Tetapi saya sadar sesadar-sadarnya, bahwa tatapan matanya yang sangat tajam ketika kami pertama kali bertemu-bukan bertemu, saya yang memandangnya dari kejauhan-menjelang senja beberapa waktu sebelum huru hara itu, telah mengubah seluruh tatanan pemikiranku selama ini (NSdI, 2004:60). | Sinestesia ialah metafora berupa ungkapan yang bekerjasama dengan suatu indera untuk dikenakan pada indera lain. |
6. | Aku membisu menahan perih. Perlahan air mataku mengalir dan aku tak bisa terisak. Memang tak ada isak, yang ada dalam diriku ialah pedih, ngilu, dan nyeri (NSdI, 2004:21—22). | Klimaks ialah melukiskan keadaan secara berurutan hingga pada puncaknya |
Dalam sebuah novel, untuk melukiskan sesuatu, kerap memakai kata sifat yang meluas, semoga sanggup memperlihatkan penggambaran yang lebih jelas. Misalnya, untuk menggambarkan perempuan itu menangis sedih, pembaca tidak mengetahui seberapa dalam kesedihan yang dialami si wanita. Akan tetapi, kalau digambarkan: perempuan itu tak sanggup menahan isak tangisnya dengan terus mengucurkan air mata, pembaca bisa membayangkan kesedihan menyerupai apa yang dialami si wanita.
Berikut akan diberikan beberapa teladan kalimat yang memakai kata sifat yang meluas tersebut. Tugas kalian ialah mencari teladan lain yang boleh kalian buat sendiri.
- Alia, perempuan itu, masih menangis tanpa suara, hanya isakan (NSdI, 2004:1).
- Dia bahagia memandang lelaki tu; melihat dari bersahabat wajahnya yang tidak terlalu halus-dengan pori-pori yang terlihat dan rahang yang menyembul (NSdI, 2004:4).
- Dan sebelum perusahaan itu datang, tak pernah ada banjir besar yang menghancurkan kampung kami setiap tahun (NSdI, 2004:7).
- Aku sakit hati dan selalu memendam perasaan ingin menghancurkannya suatu ketika nanti kalau ketemu dia, atau siapapun orang dekatnya.(NSdI, 2004: 86).
- Kebencian yang berasal dari kekecewaan sebab ketidakadilan: kepemilikan yang tercabut dan diambil dengan paksa. (NSdI, 2004:58)
Memahami Ciri Kebahasaan Teks Dongeng Fiksi Dalam Novel
Reviewed by dannz
on
7:02 PM
Rating: