Terbentuknya Kepulauan Indonesia

Salah satu di antara teori ilmiah perihal terbentuknya bumi yaitu Teori “Dentuman Besar” (Big Bang), Teori ini menyatakan bahwa alam semesta mulanya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagad raya. Gumpalan gas tersebut suatu dikala meledak dengan satu dentuman yang amat dahsyat. Setelah itu, materi yang terdapat di alam semesta mulai berdesakan satu sama lain dalam kondisi suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya tersisa energi berupa proton, neutron dan elektron, yang bertebaran ke seluruh arah.

Ledakan dahsyat itu menimbulkan gelembung-gelembung alam semesta yang menyebar dan menggembung ke seluruh penjuru, sehingga membentuk galaksi, bintang-bintang, matahari, planet-planet, bumi, bulan dan meteorit. Sistem alam semesta dengan semua benda langit sudah tersusun secara menakjubkan dan masing-masing beredar secara teratur dan rapi pada sumbunya masing-masing. Bumi tempat insan hidup hanyalah salah satu titik kecil saja di antara tata surya yang mengisi jagad semesta.

Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat usang hingga berjuta tahun. Terjadinya evolusi bumi hingga adanya kehidupan memakan waktu yang sangat panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam enam tahap waktu geologis. Masing-masing ditandai oleh insiden alam yang menonjol, menyerupai munculnya gunung-gunung, benua, dan makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses evolusi bumi dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut.
  1. Azoikum (Yunani: a = tidak; zoon = hewan), yaitu zaman sebelum adanya kehidupan. Pada dikala ini bumi gres terbentuk dengan suhu yang relatif tinggi. Artinya pada dikala itu belum ada gejala kehidupan. Waktunya lebih dari satu miliar tahun lalu.
  2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini sudah meninggalkan fosil tanaman dan fauna. Artinya faktor pendukung kehidupan mulai muncul dengan adanya makhluk-makhluk perintis atau mulai muncul gejala kehidupan di bumi. Berlangsung kira-kira 350 juta tahun.
  3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini binatang mamalia (menyusui), binatang amfibi, burung dan tanaman berbunga mulai ada. Artinya kondisi bumi mulai stabil. Lamanya kira-kira 140 juta tahun.
  4. Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai semenjak 60 juta tahun yang lalu. Zaman ini sanggup dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter). Zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan insan mulai hidup.
Tersier / zaman ketiga, zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui menyerupai jenis primat, misalnya kera. Kuartier/zaman keempat Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan insan sehingga merupakan zaman terpenting. Dan zaman ini dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu yang disebut dengan zaman Pleistocen dan Holocen.
  1. Zaman Pleitocen/Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya insan purba.
  2. Zaman Holocen/Alluvium berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang kemudian dan terus berkembang hingga remaja ini. Pada zaman ini ditandai dengan munculnya insan jenis Homo Sapiens yang mempunyai ciri-ciri menyerupai insan sekarang.

Proses Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Kepulauan Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit. Menurut para andal bumi, posisi pulau-pulau di Kepulauan Indonesia terletak di atas tungku api yang bersumber dari magma dalam perut bumi. Inti perut bumi tersebut berupa lava cair bersuhu sangat tinggi. Suhu yang tinggi ini terus-menerus bergejolak mempertahankan cairan semenjak jutaan tahun lalu. Ketika ada celah lubang keluar, cairan tersebut keluar berbentuk lava cair. Ketika lava mencapai permukaan bumi menjelma hanya bersuhu sekitar 30 derajat. Pada suhu ini cairan lava akan membeku membentuk batuan beku atau kerak.

Keberadaan kerak benua (daratan) dan kerak samudra selalu bergerak secara dinamis, pergerakan unsur-unsur geodinamika ini dikenal sebagai acara tektonis. Sebagian wilayah Kepulauan Indonesia merupakan titik temu di antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Indo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia di utara dan Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut sanggup berupa subduksi (pergerakan lempeng ke atas), obduksi (pergerakan lempeng ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan lain sanggup berupa pemisahan atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan mendatar berupa pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang. Semua gerakan tersebut mengakibatkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil.

Pada masa Paleozoikum wilayah Indonesia masih merupakan kepingan dari samudra yang sangat luas, mencakup hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya, yaitu pada simpulan masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, acara tektonis itu menjadi sangat aktif menggerakkan lempeng-lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami), sehingga mengakibatkan daratan terpecah-pecah. Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan lainnya. Sebagian di antaranya bergerak ke selatan membentuk pulau-pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Hal yang sama juga terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara.
 Salah satu di antara teori ilmiah perihal terbentuknya bumi yaitu Teori  Terbentuknya Kepulauan Indonesia
Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah menimbulkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan berpengaruh telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu.

Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah karam menjadi bahari dangkal sebagai akhir terjadinya proses kenaikan permukaan bahari atau transgresi. Sulawesi pada masa itu sudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeser ke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi bahari dangkal berupa paparan dengan terbentuknya endapan kerikil gamping. Pada kala Pliosen sekitar lima juta tahun lalu, terjadi pergerakan tektonis yang sangat kuat, yang menimbulkan terjadinya proses pengangkatan permukaan bumi dan acara vulkanis. Ini pada gilirannya menimbulkan tumbuhnya (atau mungkin lebih sempurna terbentuk) rangkaian perbukitan struktural menyerupai perbukitan besar (gunung), dan perbukitan lipatan serta rangkaian gunung api aktif sepanjang formasi perbukitan itu. Kegiatan tektonis dan vulkanis terus aktif hingga awal masa Pleistosen, yang dikenal sebagai acara tektonis Plio-Pleistosen. Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan Indonesia.

Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di sepanjang kepingan barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus membentang sepanjang Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan yang semakin luas itu telah membentuk Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-pulau menyerupai kini ini. Hal itu telah berlangsung semenjak kala Pliosen hingga awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). Kaprikornus pulau-pulau di daerah Kepulauan Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak heran jikalau masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis.

Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunung api membuatnya menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman tanaman dan fauna yang sangat tinggi. Penelitian yang dilakukan Alfred Russel Wallace membagi Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda menurut ciri khusus baik fauna maupun floranya. Pembagian itu yaitu Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar ke arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut dengan Indo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region. Garis itulah yang kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.

Keberadaan insan di muka bumi dimulai pada zaman Quater sekitar 600.000 tahun kemudian atau disebut juga zaman es. Dinamakan zaman es sebab selama itu es dari kutub berkali-kali meluas hingga menutupi sebagian besar permukaan bumi dari Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara Peristiwa itu terjadi sebab geothermal tidak tetap, adakalanya naik dan adakalanya turun. Jika ukuran geothermal turun dratis maka es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan air bahari akan turun atau disebut zaman Glacial. Sebaliknya jikalau ukuran panas naik, maka es akan mencair, dan permukaan air bahari akan naik yang disebut zaman Interglacial. Zaman Glacial dan zaman Interglacial ini berlangsung silih berganti selama zaman Diluvium (Pleistosen). Hal ini menimbulkan banyak sekali perubahan iklim di seluruh dunia, yang kemudian menghipnotis keadaan bumi serta kehidupan yang ada diatasnya termasuk manusia, sedangkan zaman Alluvium (Holosen) berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang kemudian hingga kini ini.

Sejak zaman ini mulai terlihat secara faktual adanya perkembangan kehidupan manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana baik fisik maupun kemampuan berpikirnya. Namun demikian dalam rangka untuk mempertahankan diri dan keberlangsungan kehidupannya, secara lambat laun insan mulai membuatkan kebudayaan. Beruntung kita bangsa Indonesia mempunyai temuan majemuk jenis insan purba beserta hasil-hasil kebudayaannya, sehingga semenjak simpulan kala ke-19 para ilmuwan tertarik untuk melaksanakan kajian di negeri kita.
Terbentuknya Kepulauan Indonesia Terbentuknya Kepulauan Indonesia Reviewed by dannz on 3:28 PM Rating: 5