Hasil Kebudayaan Era Hindu-Buddha

Kerajaan Hindu-Buddha sanggup berkembang di Nusantara berkat korelasi dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh menyerupai India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah.. Pada masa hindu-budha muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan Majapahit. Pada masa era ke-7 sampai era ke-14. Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai tempat sejauh Jawa Tengah dan Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit.

Arus kemudian lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur kemudian lintas bahari yang dilewati India-Cina ialah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di bersahabat Selat Malaka menjadi sering dikunjungi oleh bangsa-bangsa menyerupai dari India dan Persia. Munculnya pedagang-pedagang dari negara lain menciptakan pelabuhan yang ada di Indonesia menjadi ramai dan kegiatan ekonomi meningkat. 

Pengaruh asingpun masuk ke nusantara, salah satunya ialah Hindu-Budha. Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memperlihatkan dampak kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya hindu-budha. Hasil kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa Hindu- Buddha bermacam-macam bentuknya, ada yang berbentuk bangunan (candi), seni patung (arca-arca), seni pahat dan ukir (relief), serta sastra (kitab-kitab).

a. Candi
Candi umumnya berbentuk bangunan yang tinggi dengan tiga bagian. Bagian bawah merupakan lambang bhurloka (alam manusia), penggalan tengah menggambarkan bhuvarloka (alam kematian), dan penggalan atap melambangkan swarloka (alam para dewa).

Candi-candi yang ada di Indonesia mempunyai corak berbeda. Candi-candi yang ada di Jawa Tengah penggalan utara biasanya berbentuk melingkar, di mana candi-candi kecil melingkari candi utama yang besar. Ini menggambarkan susunan masyarakat yang menempatkan raja sebagai sentra kekuasaan. Ini sanggup dipahami, mengingat kerajaan-kerajaan di Jawa Tengah penggalan utara umumnya merupakan kerajaan Hindu.

Candi-candi yang ada di Jawa Tengah penggalan selatan umumnya mempunyai ukuran yang sama besar, tidak ada candi yang besar maupun tingginya melebihi yang lain. Ini menggambarkan susunan masyarakat demokratis yang menempatkan raja dan masyarakat lainnya setara. Hal ini merupakan karakter agama Buddha yang tidak menganut sistem kasta.

Candi-candi di Jawa Timur biasanya menempatkan candi utama yang besar di belakang candi-candi yang lebih kecil. Hal ini menggambarkan kedudukan raja sebagai pemersatu masyarakat. Candi tidak hanya terdapat di pulau Jawa namun juga terdapat di pulau-pulau lain. Misalnya, candi Muara Takus yang terdapat di Sumatra.

Daftar Nama Candi

Candi Hindu
NoNama Candi dan Lokasi
1.Candi Prambanan (Yogyakarta, Mataram Lama)
Candi Dieng (Jawa Tengah, Mataram Lama).
Candi Panataran (Blitar, Kediri)
Candi Kidal (Malang, Singasari)
Candi Cangkuang (Garut, Jabar)
Candi Arjuna (Dieng-Jateng)
Candi Bima (Dieng-Jateng)
Candi Gatotkaca (Dieng-Jateng)
Candi Gunung Wukir (Jawa Tengah)
Candi Prambanan (Yogyakarta)
Candi Sambisari (Yogyakarta)
Candi Kedulan Kalasan-Yogyakarta)
Candi Kimpulan (Sleman-Yogyakarta)
Candi Barong (Prambanan-Yogyakarta)
Candi Ijo (Yogyakarta)
Candi Gebang (Sleman-Yogyakarta)
Candi Asu (Magelang-Jateng)
Candi Penataran (Blitar-Jatim)
Candi Kidal (Malang-Jatim)
Candi Jawi (Pasuruan-Jatim)
Candi Jago (Malang-Jatim)
Candi Singhasari (Malang-Jatim)
Candi Surawana (Kediri-Jatim)· Trowulan (Mojokerto-Jatim)
Candi Ceto (Karanganyar-Jateng)
Candi Sukuh (Karanganyar-Jateng)
Candi Gedong Songo (Ambarawa-Jateng)
Candi Bojongmenje (Bandung-Jabar)
Candi Losari (Magelang-Jateng)
Candi Gunungsari (Magelang-Jateng)
Candi Pringapus (Temanggung-Jateng)
Candi Liyangan (Temanggung-Jateng)
Candi Morangan (Sleman-Yogyakarta)
Candi Abang (Sleman-Yogyakarta).
Candi Budha
2.Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah
Candi Kalasan, Kalasan, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta
Candi Muara Takus, Kabupaten Kampar, Riau
Candi Bahal (Tapanuli Selatan-Sumut),
Candi Banyunibo (Yogyakarta),
Candi Pawon (Magelang-Jateng)
Candi Lumbung (Prambanan-Yogyakarta)
Candi Mendut (Magelang-Jateng)
Kompleks Candi Muaro Jambi (Muaro Jambi-Jambi)
Candi Ngawen (Magelang-Jateng)
Percandian Batujaya (Karawang-Jabar)
Candi Plaosan (Prambanan-Yogyakarta)
Candi Sari (Yogyakarta)
Candi Sojiwan (Klaten-Jateng)
Candi Sumberawan (Malang-Jatim)
Candi Sewu (Prambanan-Yogyakarta)

b. Yupa/Prasasti
Yupa/prasasti ialah tugu watu yang berfungsi sebagai tugu peringatan. Yupa/Prasasti memakai huruf Pallawa atau bahasa Sanskerta dan menjadi sumber utama bagi para mahir dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Buddha.

Daftar Nama Prasasti

Kerajaan Kutai
NoNama Prasasti
1.Tujuh buah Yupa (tugu watu bertulis untuk peringatan upacara korban) di temukan di sungai Mahakam sebagai bukti berdirinya Kerajaan Kutai, ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta
Kerajaan Tarumanegara
2.
  1. Prasasti Ciaruteun , terdapat gambar dua telapak kaki dengan goresan pena huruf Palawa dan bahasa Sanskerta: Inilah dua kaki yang menyerupai kaki Dewa Wisnu, ialah kaki yang mulia Sang Purnawarman di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia.
  2. Prasasti Kebon Kopi, terdapat gambar dua kaki gajah. Isinya: 'Inilah dua telapak kaki gajah yang menyerupai Airawata, gajah penguasa negeri Taruma yang gagah perkasa.' Tapak kaki dipuja merupakan pemikiran Hindu Vaisnawa: raja dianggap keturunan Dewa.
  3. Prasasti Jambu, terdapat gambar sepasang kaki dengan goresan pena 'gagah mengagumkan dan jujur terhadap kiprah ialah pemimpin insan yang tiada taranya yang termasyur Sri Purnawarman yang memerintah di Taruma dan baju zirahnya yang populer tidak sanggup ditembus senjata musuh. Inilah sepasang kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur kota-kota musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging bagi musuhnya.
  4. Prasasti Tugu, Terdapat di bersahabat Tanjung Priok, Jakarta Utara. Isinya: Dahulu sebuah sungai yang berjulukan Candrabhaga, yang digali oleh seorang guru Rajadiraja mengalir ke bahari sehabis melalui puri. Dari tahun ke-22 masa pemerintahan Purnawarman telah digali Sungai Gomati yang penjangnya 6122 tombak (± 12 km). Penggalian final 21 hari dimulai tanggal 6 paro peteng bulan Phalguna dan final tanggal 13 paro jelas bulan Caitra. Lalu diadakan selamatan dan oleh Purnawarman dihadiahkan kepada Brahmana 1.000 ekor sapi.
  5. Prasasti Lebak, terdapat di Lebak, Banten. Isinya: Inilah tanda keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, yang mulia Purnawarman yang menjadi panji sekalian raja.
  6. Prasasti Pasir Awi, prasasti ini belum sanggup dibaca alasannya ialah memakai huruf ikal
  7. Prasasti Muara Cianten, prasasti ini belum sanggup dibaca alasannya ialah memakai huruf ikal
Kerajaan Ho Ling
3.Prasasti yang ditemukan ialah Prasasti Tuk Mas Prasasti ini ditemukan di Desa Dakwu tempat Grobogan, Purwodadi di lereng Gunung Merbabu di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa Sansekerta. Prasasti menyebutkan ihwal mata air yang higienis dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar menyerupai trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra, dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan korelasi insan dengan dewa-dewa Hindu.
Kerajaan Sriwijaya
4.
  1. Prasasti Kedukan Bukit (683M) di temukan di tempat Kedukan Bukit, di tepi Sungai Tatang bersahabat Palembang. Isinya menunjukan ihwal perlajanan suci (sidha-yartha) Dapunta Hyang dengan bahtera disertai 2.000 orang prajuritnya. Dalam perjalanannya pada tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682), ia berhasil menaklukan beberapa daerah.
  2. Prasasti Talang Tuo (684 M) ditemukan di sebelah barat Kota Palembang sekarang. Isinya menyatakan pembuatan taman berjulukan Srikerta untuk kemakmuran makhluk.
  3. Prasasti Telaga Batu (683) ditemukan di bersahabat Palembang. Berisi kutukan bagi rakyat yang melaksanakan kejahatan dan tidak taat kepada raja.
  4. Prasasti Karang Berahi (686 M) ditemukan di tempat Jambi. Isinya berupa ajakan ilahi agar menjaga kerajaan Sriwijaya dan menghukum orang yang berbuat jahat.
  5. Prasasti Kota Kapur (686 M), yang menyatakan perjuangan kerajaan Sriwijaya untuk menaklukan Jawa yang menolak kekuasaan Sriwijaya. Para mahir menunjukan bahwa kerajaan di Jawa yang ditaklukan itu ialah Tarumanegara.
  6. Prasasti Palas Pasemah berisi ihwal peringatan kepada mereka yang menentang Sriwijaya. Prasasti in merupakan prasasti persumpahan, ada 5 buah yaitu Telaga Batu, Kota kapur, Karang Berahi, Palas Pasemah dan Tulangbawang
  7. Prasasti Ligor, di Genting Kra (775): menceritakan ihwal (1) pembangunan Trisamaya Caitya oleh pendeta Buddha atas perintah raja Sriwijaya, (2) Raja Wisnu dari keluarga Syailendra.
Kerajaan Kanjuruhan
5.Prasasti Dinoyo (760 M) . Prasasti ditulis dengan huruf Kawi (Jawa Kuno) dan ditemukan di Desa Dinoyo (Kejuron) di tepi Sungai Merto (Malang, Jawa Timur). Prasasti tersebut memuat keterangan-keterangan ihwal Kerajaan Kanjuruhan.
Mataram Kuno
6.
  1. Prasasti Canggal , ditemukan di Desa Canggal (sebelah barat Magelang, Jawa Tengah). PrasastiCanggal berangka tahun 732 Masehi. Prasasti ini ditulis dengan huruf Pallawa dan memakai bahasa Sansekerta. Prasasti ini dibentuk atas perintah Raja Sanjaya. Prasasti ini merupakan penggalan dari bangunan lingga yoni yang merupakan tempat pemujaan umat Hindu.
  2. Prasasti Kalasan berangka tahun 778 Masehi. Prasasti Kalasan menginformasikan terdesaknya Dinasti Sanjaya ke utara oleh kedatangan Dinasti Syailendra.
  3. Prasasti Karang Tengah berangka tahun 824 Masehi. Prasasti mengisahkan ihwal Samarottungga dan Pramodawardhani dari Dinasti Syailendra.
  4. Prasasti Argapura berangka tahun 863 Masehi. Prasasti menginformasikan pemerintahan Kayuwangi (Dyah Lokapala) dari Dinasti Sanjaya.
  5. Prasasti Mantyasih / Kedu dikeluarkan oleh Raja Balitung. Dari prasasti itu sanggup diketahui daftar raja-raja Mataram, yaitu: Sang Ratu Sanjaya (Rakai Mataram), Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Raka I Panunggalan, Sri Maharaja Rakai Warak, Sri Maharaja Rakai Garung, Sri Maharaja Rakai Pikatan, Sri Maharaja Rakai Kayuwangi, Sri Maharaja Rakai Watuhumalang, dan Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung.
  6. Prasasti Hampran merupakan prasasti bertuliskan huruf Jawa Kuno dan berangka tahun 672 Saka ( 24 Juli 750 M ) prasasti ini berisi ihwal derma tanah di desa Hampran oleh seorang yang berjulukan Bhanu ( diduga raja dari wangsa Syailendra ) demi kebaktian terhadap ilahi Siwa.
  7. Prasasti Kelurak, Kalasan, Abhaya Giriwihara dan Kayumwungan yang menyebutkan wangsa Syailendra
  8. Prasasti Sojomerto yang ditemukan di desa Sojomerto ( kabupaten Pekalongan ) dengan memakai bahasa Melayu Kuno dan menyebutkan nama Dapunta Syailendra, yg merupakan pangkal dinasti Syailendra.
Mataram Kuno (JawaTimur)
7.
  1. Prasasti Pucangan yang berangka tahun 1019, berikut ini silsilah raja yang memerintah di Mataram Jawa Timur. Menyebutkan nama mpu Sendok sebagai pendiri wangsa Isyana.
  2. Prasasti Anjukladang dan Paradah yang menunjukan bahwa kerajaan yang dibangun mpu Sendok masih berjulukan Mataram dengan ibukota di Tamwlang/Tambelang.
  3. Prasasti Limas yang menunjukan asal usul Mpu Sendok yang masih cucu Daksa
  4. Prasasti Sirahketing yang berisi ihwal peringatan masa pemerintahan Jayawarsa selama 1.000 bulan
  5. Prasasti Wurara berisi ihwal pembagian kerajaan pada masa pemerintahan Airlangga
  6. Prasasti Semengka yang memuat cap Garuda mukha, lambang Kerjaaan Janggala
  7. Prasasti Silet berisi ihwal ratifikasi Airlangga sebagai pewaris tahta kerajaan
  8. Prasasti Turun Hyang A dan Turun Hyang B berisi ihwal anugerah diberikan kepada desa Turun Hyang alasannya ialah berjasa dalam peperangan
  9. Prasasti Gandhakuti yang berisi ihwal penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya, putra Dharmawangsa Tguh.
Jenggala dan Kediri
8.
  1. Prasasti Wurara, buku Negarakertagama, dan buku Calonarang (yang ditulis pada zaman Majapahit), Raja Airlangga memerintahkan Mpu Bhara-da membagi Kerajaan Mataram menjadi: Kerajaan Janggala dengan ibu kota Kahuripan, terletak di sebelah utara Sungai Brantas. Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha, terletak di sebelah selatan Sungai Brantas.
  2. Prasasti Pandelegan dari Kerjaan Kediri
  3. Prasasti Penumbangan, dari Kerjaan Kediri
  4. Prasasti Ngantang/Hantang dan prasasti Talan, dari Kerjaan Kediri
  5. Prasasti Jeoun, Weleri, dari Kerjaan Kediri
  6. Prasasti Angin dan prasasti Jaring, dari Kerjaan Kediri
  7. Prasasti Semandhing, dari Kerjaan Kediri
  8. Prasasti Ceker, dari Kerjaan Kediri
Singhasari
9.
  • Prasasti Balawi,
  • Prasasti Marobong,
  • Prasasti Kusmala
  • Prasasti Mula Malurung. Hanya prasasti Mula malurung yang member petunjuk meyakinkan ihwal silsilah raja-raja Singasari
Kerajaan Majapahit
10.
  1. Tiga buah prasasti dari masa pemerintahan Jayanegara yaitu Prasasti Tuhanaru(tahun 1322), Prasasti Blambangan, Prasasti Blitar (tahun 1324).
  2. Prasasti Kudadu, mengisahkan pertmpuran pasukan yang dipimpin R. Wijaya melawan pasukan Jayakatwang dari akediri dan kisah tersesatnya R. Wijaya di desa Kudadu
  3. Prasasti Sumkarta mengisahklan pelarian R. Wijaya dari kejaran musuh sampai P. Madura
  4. Prasasti Langgaran berisi penaklukan majapahit atas Bali pada masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Kerajaan Pajajaran
11.
  1. Prasasti Batu Tulis, Bogor ;
  2. Prasasti Sanghyang Tapak, Sukabumi;
  3. Prasasti Kawali, Ciamis;
  4. Tugu Perjanjian Portugis (padraõ),
c. Kitab dan Karya Sastra
Masa Hindu dan Buddha meninggalkan beberapa kitab yang isinya beragam. Ada yang berisi cerita, isu sejarah, atau dongeng-dongeng. Isi kitab umumnya berbentuk syair. Kitab-kitab tersebut antara lain:
Masa Kerajaan Kediri
1. Kitab Kakawin Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh
2. Kitab Kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh
3. Kitab Smaradhana, karya Mpu Darmaja
4. Kitab Lubdaka dan Kitab Wartasancaya, karya Mpu Tanakung
5. Kitab Kresnayana, karya Mpu Triguna
6. Kitab Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa

Masa Kerajaan Majapahit
1. Kitab Negarakertagama, karya Mpu Prapanca
2. Kitab Sutasoma, karya Mpu Tantular
3. Kitab Pararaton, menceritakan raja-raja Singosari dan Majapahit
4. Kitab Sundayana, menceritakan Peristiwa Bubat
5. Kitab Ranggalawe, menceritakan Pemberontakan Ranggalawe
6. Kitab Sorandaka, menceritakan Pemberontakan Sora
7. Kitab Usana Jawa, menceritakan penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan Arya Damar

d. Arca
Arca merupakan watu yang dipahat sampai membentuk insan atau binatang. Biasanya, dibentuk untuk menggambarkan orang-orang atau dewa-dewa tertentu. Beberapa arca hasil kebudayaan Hindu-Buddha antara lain arca Syiwa, Brahma, Wisnu, Buddha, dan Dhyani Boddhisatwa.

e. Relief
Relief merupakan pahatan goresan pena atau gambar yang biasanya terdapat pada dinding candi. Beberapa relief ada yang menceritakan pengalaman hidup raja dan para ilahi Hindu atau Buddha.

f. Tradisi atau Kebiasaan
  • Ngaben, merupakan upacara pembakaran mayit pada masyarakat Hindu di Bali. Upacara Ngaben dimaksudkan untuk mengembalikan insan kepada asalnya. 
  • Nyepi merupakan upacara keagamaan masyarakat Hindu. Nyepi mempunyai tujuan untuk mengoreksi diri dan mawas diri terhadap sikap yang telah diperbuat setahun yang lalu. Nyepi dilakukan dengan berdiam diri di rumah tanpa melaksanakan kegiatan apapun sesuai dengan aturan dalam upacara nyepi. Nyepi dilakukan untuk memperingati tahun gres Saka. 
  • Galungan merupakan hari raya umat Hindu Dharma yang dilakukan setiap 210 hari sekali, jatuh pada hari Rabu Kliwon, dua kali dalam satu tahun. 
  • Kuningan merupakan hari raya umat Hindu Dharma yang dilakukan dua ahad sehabis hari Raya Galungan. 
  • Sadranan dilakukan oleh masyarakat Hindu dengan membawa sesajian kuburan atau tempat-tempat keramat. 
  • Kesodo merupakan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Hindu di Tengger, Jawa Timur. Kesodo merupakan upacara mempersembahkan sesaji ke kawah Gunung Bromo.
Hasil Kebudayaan Era Hindu-Buddha Hasil Kebudayaan Era Hindu-Buddha Reviewed by dannz on 11:31 AM Rating: 5