Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Manusia melaksanakan interaksi dengan orang lain lantaran insan tidak sanggup mencukupi semua kebutuhan hidupnya. Bentuk interaksi insan dengan lingkungan sosial ada yang berbentuk asosiatif dan disosiatif. Bentuk interaksi asosiatif yakni interaksi sosial yang mengarah dalam bentuk kerjasama sebagai sebuah proses yang terjadi saling pengertian dan kerjasama timbal balik antara orang perorangan atau kelompok satu dengan yang lainnya, dimana proses ini menghasilkan pencapaian tujuan-tujuan bersama.

Bentuk interaksi insan dengan lingkungan sosial yaitu disosiatif yakni interaksi sosial yang mengarah ke bentuk perpecahan atau merenggangkan solidaritas. Beberapa proses disosiatif yaitu persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Dalam pembangunan nasional sangat membutuhkan terjadinya interaksi yang mengarah pada persatuan dan kerjasama (asosiatif). Kita harus selalu menjaga interaksi yang mendukung pembangunan nasional dengan selalu melaksanakan kekerabatan baik dengan sesama. Perbedaan yakni kodrat dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kita harus mengelola perbedaan tersebut menjadi kekuatan.

Sifat-sifat Interaksi Sosial
Interaksi sosial yang terjadi sanggup bersifat nyata sanggup pula bersifat negatif. Interaksi sosial nyata disebut pula sebagai interaksi sosial asosiatif. Sedangkan interaksi sosial negativf disebut juga interaksi sosial disosiatif. Interaksi sosial asosiatif mengarah pada persatuan lantaran interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok yang terlibat didalamnyamengarah pada persatuan.

Interaksi sosial disosiatif mengarah pada “perpecahan” lantaran interaksi yang terjadi antara individu atau kelompok yang terlibat didalamnya mengarah pada perpecahan. Dengan demikian terdapat dua bentuk interaksi sosial yang sifatnya berlawanan,yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif.

Interaksi Sosial Asosiatif

Interaksi sosial asosiatif merupakan interaksi sosial yang mendorong terciptanya keteraturan sosial, yakni interaksi yang mengarah pada bentuk-bentuk asosiasi, menyerupai kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi. Berikut ini pola interaksi sosial asosiatif.

1. Kerjasama
Kerjasama yaitu bentuk utama dari proses interaksi sosial lantaran intinya interaksi sosial yang dilakukan oleh seseorang bertujuan untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan bersama. Berbagai bentuk kerjasama dalam banyak sekali kehidupan masyarakat. Contoh kerjasama dalam acara ekonomi banyak sekali acara produksi, konsumsi, dan distribusi. Koperasi sekolah, PT, CV, merupakan pola kerjasama dalam interaksi asosiatif.

Ditinjau dari proses pelaksanaanya kerjasama sanggup dikelompokkan sebagai berikut.
  • Kerukunan yang meliputi bersama-sama dan tolong-menolong.
  • Bargaining, yaitu kolaborasi yang dilaksanakan atas dasar perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih.
  • Kooptasi, yaitu suatu proses penerimaan unsur-unsur gres dalam kepemimpinan pada suatu organisasi untuk menghindari kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
  • Koalisi, yaitu kolaborasi yang dilaksanakan oleh dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
  • Joint venture, yakni kolaborasi saling berpatungan yang dilaksanakan lantaran adanya pengusahaan proyek-proyek tertentu.
Pada hakikatnya, kolaborasi timbul apabila : Orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan- kepentingan yangsama. Masing-masing pihak menyadari bahwa mereka hanya mungkin memenuhi kepentingan-kepentingan mereka tersebut melalui kerja sama.

2. Akomodasi
Akomodasi yaitu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antar individu dan antar kelompok untuk meredakan pertentangan. Salah satu pola fasilitas yakni terjadinya kerja paksa di Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan masa penjajahan Jepang. Rakyat Indonesia bersedia melaksanakan kerja paksa lantaran merupakan pilihan paling kondusif untuk kehidupan mereka. Sebagai bentuk akomodasi, pemaksaan kehendak oleh individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lain disebut fasilitas pemaksaan.

Penyelesaian konflik melalui pengadilan menyerupai sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan antara Indonesia dan Malaysia merupakan jenis fasilitas ajudikasi. Dalam kehidupan sehari-hari terjadi penyelesaian duduk kasus sengketa melalui pengadilan. Misalnya duduk kasus rebutan kepemilikan lahan yang diselesaikan di pengadilan merupakan salah satu bentuk ajudikasi. Ajudikasi merupakan suatu pengendalian konflik yang diselesaikan dengan cara pengadilan atau diselesaikan di pengadilan.

Bentuk-bentuk akomodasi, antara lain sebagai berikut.
  • Koersi (coercion), yaitu bentuk fasilitas yang terjadi lantaran adanya pelaksanaan dan pihak lain yang lebih kuat.
  • Kompromi (compromise), yaitu bentuk fasilitas di mana pihak yang mengalami perselisihan mengurangi tuntutannya biar tercapal suatu
  • penyelesaian.
  • Arbitrasi (arbitration), yaitu bentuk fasilitas yang melibatkan pihak ketiga dalam menuntaskan suatu konflik. Dalam hal mi pihak ketiga bersifat netral.
  • Toleransi, yaitu perilaku saling menghargai dan menghormati pendirian masing-masing.
  • Mediasi, yaitu bentuk fasilitas yang hampir sama dengan arbitrasi, namun pihak ketiga tidak mempunyai wewenang memutuskan masalah, hanya sebagai penasihat.
  • Konversi (conversion), yaitu konflik apabila salah satu pihak bersedia menyerah dan mau mendapatkan pendirian pihak lain.
  • Konsiliasi, yaitu penyelesaian konflik dengan jalan mempertemukan pihak-pihak yang. bertikai di meja perundingan.
  • Ajudikasi, yaitu penyelesaian konflik di meja pengadilan.
  • Stalemate, yaitu bentuk fasilitas di mana pihak yang berselisih mempunyai kekuatan seimbang. Keduanya sadar bahwa mustahil maju atau mundur, sehingga kontradiksi antara keduanya akan berhenti pada suatu titik.
  • Segregasi, yaitu upaya untuk saling menghindar di antara pihak-pihak yang bertikai untuk mengurangi ketegangan.
Pada prinsipnya tujuan fasilitas yakni untuk :
  • Mengurangi kontradiksi antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok insan sebagai akhir perbedaan faham.
  • Mencegah meledaknya suatu kontradiksi untuk sementara waktu atau secaratemporer.
  • Memungkinkan terwujudnya kerjasama antara kelompok-kelompok sosialyang hidupnya terpisah sebagai akhir faktor-faktor sosial psikologis dankebudayaan.
  • Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah,misalnya lewat perkawinan campuran.

3. Asimilasi
Asimilasi yaitu proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga masing-masing pihak mencicipi adanya kebudayaan tunggal sebagai milik bersama. Asimilasi merupakan proses sosial yang ditandai adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat antara beberapa orang atau kelompok.

Sebagai pola perkawinan antara orang dari suku Jawa dan suku Minangkabau. Kedua suku masyarakat tersebut mempunyai perbedaan dalam hal tata cara perkawinan dan berkeluarga. Masyarakat Minangkabau mempunyai tradisi warisan melalui garis ibu, sedangkan masyarakat Jawa mempunyai tradisi warisan keluarga menurut garis ayah. Perkawinan yang berlangsung antara kedua orang yang berbeda budaya merupakan salah satu bentuk asimilasi.

Faktor-faktor yang mendorong dan mempermudah proses asimilasi yakni sebagai berikut.
  • Toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan mendapatkan unsur-unsur kebudayaan.
  • Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
  • Sikap menghargai orang abnormal dengan kebudayaannya.
  • Sikap terbuka dan golongan yang berkuasa dalam masyarakat.
  • Perkawinan adonan dan kelompok yang berbeda kebudayaan (amalgation).
  • Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan universal.
Faktor-faktor yang menghambat terjadinya asimilasi, antara lain sebagai berikut.
  • Kelompok terisolasi atau terasing.
  • Kurangnya pengetahuan mengenai kebudayaan gres yang dihadapi.
  • Prasangka negatif terhadap efek budaya baru.
  • Perasaani primordial bahwa kebudayaan sendiri lebih baik daripada kebudayaan lain.
  • Perbedaan yang sangat mencolok menyerupai ciri-ciri ras, teknologi, dan ekonomi.
  • Golongan minonitas mengalami gangguan oleh penguasaan.
  • Perasaan grup yang kuat.
Proses asimilasi timbul jika terdapat hal-hal berikut :
  • Kelompok-kelompok insan yang berbeda kebudayaannya.
  • Orang-perorangan sebagai warga kelompok tadi saling bergaul secaralangsung dan intensif dalam waktu lama.
  • Kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok insan tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri.
4. Akulturasi
Akulturasi yaitu proses sosial yang timbul akhir suatu kebudayaan mendapatkan unsur-unsur dari suatu kebudayaan abnormal tanpa mengakibatkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri.Contoh akulturasi yakni  Bakpao banyak dijumpai di Indonesia yang mempunyai isi berbeda dengan bakpao di Tionghoa.

Di negara asalnya bakpao lazimnya berisi daging babi tetapi di Indonesia berisi materi lainnya menyerupai seolah-olah daging ayam, sayuran, selai kacang ,kacang azuki, kacang hijau, dan sebagainya, sesuai selera. Bakpao merupakan pola bentuk akulturasi dalam kehidupan masyarakat kita dalam hal makanan.
 Manusia melaksanakan interaksi dengan orang lain lantaran insan tidak sanggup mencukupi semua  Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Contoh akulturasi seni bangunan yakni bangunan menara Masjid Kudus di Jawa Tengah. Menara Masjid Kudus menyerupai bangunan candi atau bangunan Bale Kul Kul yang terdapat di Pura Taman Ayun Bali. Bangunan Menara Masjid Kudus pertanda kepada generasi masa kini bahwa nenek moyang Indonesia sangat menyukai toleransi. Sunan Kudus mengajarkan agama Islam dengan tetap menghargai budaya Hindu Buddha yang berkembang pada masa tersebut.

Dalam proses akulturasi, terdapat unsur-unsur kebudayaan yang gampang diterima dan sekaligus terdapat unsur-urisur kebudayaan yang suhit diterima. Pada umumnya, unsur-unsur kebudayaan yang gampang diterima, mehiputi:
  • Unsur kebudayaan yang bersifat material atau kebendaan.
  • Unsur teknologi ekonomi yang gampang dioperasikan dan secara cepat sanggup dimanfaatkan.
  • Unsur kebudayaan yang gampang diadaptasi dengan kondisi setempat.
  • Unsur kebudayaan yang dampaknya tidak begitu mendalam. 
Sedangkan unsur-unsur kebudayaan yang sukar diterima, antara lain:
  • Unsur kebudayaan yang keberadaannya mendasari pola pikir masyarakat, menyerupai sistem kepercayaan, sistem falsafah hidup; dan agama.
  • Unsur kebudayaan yang sudah diterima secara meluas dalam kehidupan masyarakat, menyerupai sistem kekerabatan, mata pencaharian, kuliner pokok, kebiasaan makan, dan lain sebagainya.

Interaksi Sosial Disosiatif

Interaksi sosial yang bersifat disosiatif mengarah kepada bentuk kontradiksi atau konflik yang berwujud persaingan, kontravensi, pertikaian, dan konflik. Bentuk-bentuk interaksi sosial disasosiatif terdiri dari persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

1. Persaingan
Persaingan merupakan bentuk interaksi disosiatif yang banyak kita temukan di lingkungan kehidupan kita. Di dalam sebuah pertandingan, niscaya kita menemukan persaingan. Persaingan merupakan usaha yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu biar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menjadikan bahaya atau benturan fisik.

Dalam arti sempit, pasar diartikan sebagai daerah bertemunya penjual dan pembeli untuk melaksanakan jual beli barang/jasa. Dalam pasar setiap penjual bersaing untuk mendapatkan pembeli paling banyak. Tetapi para pedagang tersebut tetap hidup rukun dan saling membantu. Itulah citra persaingan dalam kehidupan ekonomi.

2. Kontravensi
Kontravensi yakni proses persaingan yang ditandai oleh tanda-tanda ketidakpastian mengenai pribadi seseorang dan perasaan tidak suka yang disembunyikan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan kontradiksi atau konflik.

Dilihat dan prosesnya kontravensi meliputi lima proses berikut.
  • Proses yang umum, yakni adanya penolakan, keengganan, gangguan terhadap pihak lain, pengacauan terhadap rencana pihak lain, dan sebagainya.
  • Kontravensi sederhana, menyerupai memaki-maki, menyangkal pihak lain, mencerca, memfitnah, dan lain sebagainya.
  • Kontravensi yang intensif, menyerupai penghasutan, penyebaran desas-desus, dan sebagainya.
  • Kontravensi yang bersifat rahasia, menyerupai mengumumkan belakang layar pihak lain, berkhianat, dan sebagainya.
  • Kontravensi yang bersifat taktis, menyerupai intimidasi, provokasi, dan lain sebagainya.

3. Konflik
Konflik merupakan interaksi sosial akhir adanya perbedaan paham dan kepentingan yang mendasar, sehingga menjadikan jarak yang terbatas di antara mereka yang berkonflik. Mereka berkonflik umumnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak masuk akal bahkan saling menjatuhkan. Perebutan wilayah oleh tentara Belanda pada ketika aksi II pada sanggup dikategorikan dalam konflik. Konflik sanggup berupa tindakan yang berupaya mengalahkan lawan secara memaksa. Sebagai pola konflik fisik antara kelompok masyarakat dan konflik antar negara yang sanggup menjadi perang terbuka.

Konflik terjadi lantaran beberapa faktor berikut.
  • Adanya perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
  • Berprasangka jelek kepada pihak lain.
  • Individu yang kurang sanggup mergendalikan emosi.
  • Adanya perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok, contohnya di bidang politik, ekonomi, dan sosial.
  • Persaingan yang sangat tajam sehingga kontrol sosial kurang berfungsi.
Ref : http://belajarips.blogspot.com/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.html
Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Reviewed by dannz on 3:31 AM Rating: 5