Menurut teori dari Sarasin bersaudara (Paul dan Fritz Sarasin) yang menyebut bahwa populasi orisinil Indonesia yakni suatu ras berkulit gelap dan bertubuh kecil yang turunan dari ras orisinil ini disebut orang Vedda. Penamaan Vedda ini diambil dari salah satu suku yang populer di Srilanka. Mereka mulanya tinggal di Asia kepingan tenggara. Ketika zaman es mencair dan air bahari naik hingga terbentuk Laut Cina Selatan dan Laut Jawa, sehingga memisahkan pegunungan vulkanik Kepulauan Indonesia dari daratan utama. Beberapa penduduk orisinil Kepulauan Indonesia tersisa dan menetap di daerah-daerah pedalaman, sedangkan daerah pantai dihuni oleh penduduk pendatang.
Beberapa suku bangsa menyerupai Kubu, Lubu, Talang Mamak yang tinggal di Sumatra dan Toala di Sulawesi merupakan penduduk tertua di Kepulauan Indonesia. Mereka memiliki kekerabatan bersahabat dengan nenek moyang Melanesia masa sekarang dan orang Vedda yang dikala ini masih terdapat di Afrika, Asia Selatan, dan Oceania. Vedda itulah insan pertama yang tiba ke pulau-pulau yang sudah berpenghuni. Mereka membawa budaya perkakas batu. Kedua ras Melanesia dan Vedda hidup dalam budaya mesolitik. Pendatang berikutnya membawa budaya gres yaitu budaya neolitik. Para pendatang gres itu jumlahnya jauh lebih banyak daripada penduduk asli. Mereka tiba dalam dua tahap. Mereka itu oleh Sarasin disebut sebagai Proto Melayu dan Deutro Melayu. Kedatangan mereka terpisah diperkirakan lebih dari 2.000 tahun yang lalu.
1. Proto Melayu (Melayu Tua)
Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar hingga pulau-pulau paling timur di Pasifik. Mereka diperkirakan tiba dari Cina kepingan selatan. Ras Melayu ini memiliki ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan, dan bermata sipit. Dari Cina kepingan selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke Indocina dan Siam, kemudian ke Kepulauan Indonesia.
Rasa proto melayu mula-mula menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu ini membawa peradaban kerikil di Kepulauan Indonesia. Ketika tiba ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Mereka terdesak dan berpindah masuk ke pedalaman dan masuk ke hutan-hutan. Kehidupan di dalam hutan-hutan mengakibatkan mereka terisolasi dari dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka. Penduduk orisinil dan ras proto melayu itu pun kemudian melebur. Mereka itu kemudian menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Rasa proto melayu mula-mula menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Barat. Ras Proto Melayu ini membawa peradaban kerikil di Kepulauan Indonesia. Ketika tiba ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Mereka terdesak dan berpindah masuk ke pedalaman dan masuk ke hutan-hutan. Kehidupan di dalam hutan-hutan mengakibatkan mereka terisolasi dari dunia luar, sehingga memudarkan peradaban mereka. Penduduk orisinil dan ras proto melayu itu pun kemudian melebur. Mereka itu kemudian menjadi suku bangsa Batak, Dayak, Toraja, Alas, dan Gayo.
Persebaran suku bangsa Dayak hingga ke Filipina Selatan, Serawak, dan Malaka menawarkan rute perpindahan mereka dari Kepulauan Indonesia. Sementara suku bangsa Batak yang mengambil rute ke barat menyusuri pantai-pantai Burma dan Malaka Barat. Beberapa kesamaan bahasa yang dipakai oleh suku bangsa Karen di Burma banyak mengandung kemiripan dengan bahasa Batak.
Deutero Melayu merupakan ras yang tiba dari Indocina kepingan utara. Mereka membawa budaya gres berupa perkakas dan senjata besi di Kepulauan Indonesia, atau Kebudayaan Dongson. Mereka sanggup menciptakan perkakas dari perunggu. Perpindahan mereka ke Kepulauan Indonesia sanggup dilihat dari rute persebaran alat-alat yang mereka tinggalkan di beberapa kepulauan di Indonesia, yaitu berupa kapak persegi panjang. Peradaban ini sanggup dijumpai di Malaka, Sumatera, Kalimantan, Filipina, Sulawesi, Jawa, dan Nusa Tenggara Timur.
Ras Deutero Melayu juga memiliki peradaban pelayaran lebih maju dari pendahulunya alasannya yakni petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan mereka terhadap ilmu perbintangan. Perpindahan ras Deutero Melayu juga memakai jalur pelayaran laut. Sebagian dari ras Deutero Melayu ada yang mencapai Kepulauan Jepang, bahkan kelak ada yang hingga hingga Madagaskar.
Kedatangan ras Deutero Melayu di Kepulauan Indonesia makin usang semakin banyak. Mereka pun kemudian berpindah mencari tempat gres ke hutan-hutan sebagai tempat hunian baru. Pada alhasil Proto dan Deutero Melayu membaur dan selanjutnya menjadi penduduk di Kepulauan Indonesia. Proto Melayu mencakup penduduk di Gayo dan Alas di Sumatra kepingan utara, serta Toraja di Sulawesi. Sementara itu, semua penduduk di Kepulauan Indonesia, kecuali penduduk Papua dan yang tinggal di sekitar pulau-pulau Papua, yakni ras Deutero Melayu.
3. Melanesoid
Ras lain yang juga terdapat di Kepulauan Indonesia yakni ras Melanesoid. Mereka tersebar di lautan Pasifik di pulau-pulau yang letaknya sebelah Timur Irian dan benua Australia. Di Kepulauan Indonesia mereka tinggal di Papua. Bersama dengan Papua-Nugini dan Bismarck, Solomon, New Caledonia dan Fiji, mereka tergolong rumpun Melanesoid.
Kedatangan Bangsa Melanesoid di Papua berawal dikala zaman es terakhir, yaitu tahun 70.000 SM. Pada dikala itu Kepulauan Indonesia belum berpenghuni. Ketika suhu turun hingga mencapai kedinginan maksimal, air bahari menjadi beku. Permukaan bahari menjadi lebih rendah 100 m dibandingkan permukaan dikala ini. Pada dikala itulah muncul pulau-pulau baru. Adanya pulau-pulau itu memudahkan mahkluk hidup berpindah dari Asia menuju daerah Oseania.
Bangsa Melanesoid melaksanakan perpindahan ke timur hingga ke Papua, selanjutnya ke Benua Australia, yang sebelumnya merupakan satu kepulauan yang terhubungan dengan Papua. Bangsa Melanesoid dikala itu hingga mencapai 100 ribu jiwa mencakup wilayah Papua dan Australia. Peradaban bangsa Melanesoid dikenal dengan paleotikum.
Asal mula bangsa Melanesia, yaitu Proto Melanesia merupakan penduduk pribumi di Jawa. Mereka yakni insan Wajak yang tersebar ke timur dan menduduki Papua. Di Papua insan Wajak hidup berkelompok-kelompok kecil di sepanjang muara-muara sungai. Bangsa Proto Melanesoid terus terdesak oleh bangsa Melayu. Mereka yang belum sempat mencapai kepulauan Papua melaksanakan percampuran dengan ras gres itu. Percampuran bangsa Melayu dengan Melanesoid menghasilkan keturunan Melanesoid-Melayu, dikala ini mereka merupakan penduduk Nusa Tenggara Timur dan Maluku.
4. Negrito dan Weddid
Sebelum kedatangan kelompok-kelompok Melayu bau tanah dan muda, negeri kita sudah terlebih dulu kemasukkan orang-orang Negrito dan Weddid. Sebutan Negrito diberikan oleh orang-orang Spanyol alasannya yakni yang mereka jumpai itu berkulit hitam menyerupai dengan jenis-jenis Negro. Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga nampak menyerupai berang; kulit mereka coklat bau tanah dan tinggi rata-rata lelakinya 155 cm.
Weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di pulau Ceylon (Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas, contohnya di Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna). Periode migrasi itu berlangsung berabad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras yang sama dan dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang orang Indonesia dikala ini.
Weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di pulau Ceylon (Srilanka). Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas, contohnya di Palembang dan Jambi (Kubu), di Siak (Sakai) dan di Sulawesi pojok tenggara (Toala, Tokea dan Tomuna). Periode migrasi itu berlangsung berabad-abad, kemungkinan mereka berasal dalam satu kelompok ras yang sama dan dengan budaya yang sama pula. Mereka itulah nenek moyang orang Indonesia dikala ini.
Sekitar 170 bahasa yang dipakai di Kepulauan Indonesia yakni bahasa Austronesia (Melayu-Polinesia). Bahasa itu kemudian dikelompokkan menjadi dua oleh Sarasin, yaitu Bahasa Aceh dan bahasa-bahasa di pedalaman Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Kelompok kedua yakni bahasa Batak, Melayu standar, Jawa, dan Bali. Kelompok bahasa kedua itu memiliki kekerabatan dengan bahasa Malagi di Madagaskar dan Tagalog di Luzon. Persebaran geografis kedua bahasa itu menawarkan bahwa penggunanya yakni pelaut-pelaut pada masa dahulu yang sudah memiliki peradaban lebih maju. Di samping bahasa-bahasa itu, juga terdapat bahasa Halmahera Utara dan Papua yang dipakai di pedalaman Papua dan kepingan utara Pulau Halmahera.
Asal Permintaan Dan Persebaran Nenek Moyang Bangsa Indonesia
Reviewed by dannz
on
3:28 PM
Rating: