Teater merupakan suatu genre seni yang merupakan hasil kerja bersama banyak orang dari banyak sekali disiplin ilmu (kolektif). Seni rupa, Seni tari, seni akting, seni musik yaitu beberapa disiplin ilmu yang dilibatkan dalam proses penciptaan kejadian teater. Pagelaran yaitu suatu acara dalam rangka mempertunjukkan karya teater kepada orang lain supaya menerima jawaban dan evaluasi . Merencanakan sebuah pergelaran teater perlu dilakukan secara sistematis dan logis supaya pada waktu pelaksanaannya berjalan lancar. Tanpa perencanaan yang baik sebuah pagelaran teater tidak sanggup berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan.
Tata pentas yaitu cara menyusun pentas atau tempat pertunjukan. Indonesia terdiri banyak sekali macam etnis atau suku bangsa kaya akan seni dan budaya sehingga mempunyai tempat pertunjukan yang beraneka ragam jenis dan bentuknya. Konsep pentas didasari oleh bentuk fisik bangunan panggung. Bentuk fisik akan besar lengan berkuasa pada tata ruang dalam gedung pertunjukan dan posisi pandang penonton terhadap kejadian pertunjukan. Ada banyak bentuk fisik bangunan yang biasa dipakai untuk pertunjukan teater dan seni pertunjukan lainnya. Namun, secara garis besar hanya ada dua bentuk fisik, yaitu panggung berbatas dan panggung tidak berbatas.
1. Panggung Terbatas
Panggung berbatas contohnya yaitu panggung proscenium. Proscenium yaitu bentuk pementasan yang memisahkan antara pemain/pentas dengan penonton/auditorium. Pada panggung proscenium ada batas antara panggung tempat berlangsungnya pertunjukan teater dengan tempat duduk penonton. Panggung proscenium biasanya berupa teater tertutup (beratap). Antara Panggung dengan tempat duduk penonton ada ruang pembatas berupa orchestra. Deretan tempat duduk penonton semakin kebelakang semakin tinggi bahkan ada yang memakai balkon. Tampak dari tempat duduk penonton, panggung berkesan menyerupai dinding yang berlubang segi empat tempat permainan teater berlangsung.
Di kiri-kanan panggung dilengkapi dengan wing serta layar hitam sebagai pembatas keluar masuknya pemain. Sementara lampu dipasang permanen pada instalasi yang sudah ditentukan. Di cuilan depan panggung terdapat layar (tutup-buka) untuk mengawali dan mengakhiri pertunjukan. Di cuilan belakang panggung terdapat layar berwarna gelap (biasanya warna hitam) sebagai pembatas belakang. Panggung proscenium cocok untuk konsep pertunjukan teater realis alasannya yaitu sangat memungkinkan untuk memainkan trik panggung menciptakan suasana seakan-akan menyerupai yang sebenarnya.
2. Panggung Tak Terbatas
Panggung tidak berbatas yaitu panggung yang biasanya dipakai untuk pertunjukan teater tradisional. Bentuknya sanggup berupa pendopo, atau hanya pelataran saja. Bentuk pentas teater tradisi terdapat di banyak sekali daerah, contohnya Minangkabau memakai halaman rumah gadang, Kesenian Topeng dari Jakarta juga memakai halaman rumah sebagai arena pentas
Pada panggung tak terbatas biasanya penonton biasanya lesehan, tidak disediakan tempat duduk khusus. Bentuknya setengah lingkaran, atau tapal kuda, atau bahkan melingkar mengelilingi permainan. Antara penonton dan para pemain tidak ada jarak, bahkan sanggup berkomunikasi. Bentuk panggung menyerupai ini sulit bagi penggarap untuk melaksanakan trik panggung atau teknik dan montase alasannya yaitu semuanya nampak dalam penglihatan penonton. Ciri bentuk pentas tak terbatas tersebut adalah:
- Antara pemeran dan penonton hampir tidak mempunyai batas.
- Tidak memerlukan pelayanan yang khusus, contohnya memakai skeneri yang realistis tiap pergantian adegan
Pentas tak terbatas umumnya menempatkan diri di titik pusat. Apabila penonton berada di sekeliling pentas, pentas arena itu disebut pentas arena sentral (central staging). Pemberian nama pada bentuk ini terletak pada penempatan penonton. Apabila penonton mengitari pentas berbentuk tapal kuda, maka pentas arena disebut pentas arena tapal kuda. Kemudian ada pentas arena U, pentas arena L, pentas arena lingkaran, setengah lingkaran, dan Amphi theater (penonton lebih tinggi dari kawasan pemain).
B. Konsep Tata Rias
Rias dalam pergelaran teater pada prinsipnya yaitu rias huruf tokoh yang dihadirkan. Pentingnya rias selain memperkuat perwatakan tokoh cerita, juga untuk menyembunyikan wajah aslinya para pemain. Bahannya sanggup memakai alat-alat kosmetik, sanggup juga memakai materi alami sepanjang tidak berdampak jelek pada wajah dan anggota badan lainnya. Prinsip-prinsip rias huruf adalah:
Konsepnya sanggup realis (sesuai dengan kenyataan), contohnya tokoh raja dirias menyerupai raja aslinya, tetapi akan kesulitan mencari rujukannya. Konsep rias sanggup juga surealis, mengandalkan imajinasi dan intuisi penata walaupun sulit dipahami oleh akal. Bisa juga metaforis contohnya tokoh seorang koruptor dirias menyerupai tikus dan seterusnya. Dalam kreativitas berteater tidak terbatas, bebas, asal sanggup dipertanggungjawabkan secara artistik dan penonton menerima pengalaman baru.
- Memberikan citra yang faktual kepada penonton. Rias huruf yaitu menggarap riasan wajah untuk merubah penampilan seseoran sesuai dengan tugas yang dimainkan. Riasan wajah harus terlihat alami.
- Berikan riasan wajah yang sesuai dengan proporsi wajah seseorang, jangan hingga riasan wajah tersebut mengganggu wajah pemain itu sendiri.
- Rias huruf ini diperuntukkan bagi penonton, tidak untuk pemain lain. Seorang pemain terlihat dari jauh, yaitu diatas panggung, ataupun dibawah sinar lampu, maka riasan ini harus diperhitungkan dengan imbas (efek) yang ditimbulkan oleh lighting dan jarak antara pemain dengan penonton.
Konsepnya sanggup realis (sesuai dengan kenyataan), contohnya tokoh raja dirias menyerupai raja aslinya, tetapi akan kesulitan mencari rujukannya. Konsep rias sanggup juga surealis, mengandalkan imajinasi dan intuisi penata walaupun sulit dipahami oleh akal. Bisa juga metaforis contohnya tokoh seorang koruptor dirias menyerupai tikus dan seterusnya. Dalam kreativitas berteater tidak terbatas, bebas, asal sanggup dipertanggungjawabkan secara artistik dan penonton menerima pengalaman baru.
C. Konsep Tata Busana
Tata busana sangat besar lengan berkuasa terhadap penonton, alasannya yaitu sebelum seorang pemeran didengar dialognya terlebih dahulu diperhatikan penampilannya. Konsep busana bergantung pada waktu kejadian kisah kapan terjadi, zaman apa, dan siapa. Jika lakon itu menceritakan zaman purba, maka konsep busananya zaman purba yang minimalis, terbuat dari daun dan kulit pohon. Jika kejadian terjadi pada zaman kerajaan, maka konsep busananya memakai busana raja lengkap dengan atributnya serta pernak-pernik yang gemerlapan.
Busana raja yang sedang duduk di singgahsana berbeda dengan busana raja yang sedang berburu di hutan belantara. Kita mengenal pakaian yang dipakai di siang hari dan pakaian yang dipakai di malam hari. Ada pakaian yang dipakai untuk bekerja, ke pesta, melayat, bahkan pakaian tidur. Upaya yang detail dalam menyikapi konsep busana akan memperlancar komunikasi estetik dengan penonton. Dalam pementasan tidak perlu perlengkapan kostum yang mahal tetapi yang diharapkan yaitu imbas dari kostum tersebut pada pementasan. Tata busana mempunyai tujuan yaitu :
Busana raja yang sedang duduk di singgahsana berbeda dengan busana raja yang sedang berburu di hutan belantara. Kita mengenal pakaian yang dipakai di siang hari dan pakaian yang dipakai di malam hari. Ada pakaian yang dipakai untuk bekerja, ke pesta, melayat, bahkan pakaian tidur. Upaya yang detail dalam menyikapi konsep busana akan memperlancar komunikasi estetik dengan penonton. Dalam pementasan tidak perlu perlengkapan kostum yang mahal tetapi yang diharapkan yaitu imbas dari kostum tersebut pada pementasan. Tata busana mempunyai tujuan yaitu :
- Membantu menghidupkan perwatakan pelaku, artinya sebelum beliau berdialog, busana yang dikenakan sudah mengatakan siapa beliau sesungguhnya, umurnya, kebangsaannya, status sosialnya, kepribadiannya.
- Membantu mengatakan individualisasi peranan, artinya warna dan gaya tata busana harus sanggup membedakan peranan yang satu dengan peranan yang lain.
- Membantu memberi akomodasi dan membantu gerak pelaku, artinya pelaku harus sanggup melaksanakan laris atau akting kiprahnya tanpa terganggu oleh busananya.
D. Konsep Tata Cahaya
Salah satu unsur penting dalam pementasan teater yaitu tata cahaya atau lighting. Lighting yaitu penataan peralatan pencahayaan, dalam hal ini yaitu untuk untuk menerangi panggung untuk mendukung sebuah pementasan. Sebab, tanpa adanya cahaya, maka pementasan tidak akan terlihat.
Fungsi dasar cahaya dalam pergelaran teater yaitu menerangi kejadian panggung supaya nampak dipenglihatan para penonton. Cahaya sebagai penerangan yaitu fungsi primer, sedangkan fungsi sekundernya yaitu memberi imbas atau memberi nuansa, memperkuat, memperlemah, menonjolkan atau menyembunyikan, bahkan memperkuat suasana dalam adegan. Cahaya sanggup berasal dari matahari, lampu minyak, obor, atau lampu pertunjukan khusus yang sangat canggih. Jika pertunjukan dilaksanakan di ruang terbuka pada siang hari, tidak perlu memakai lampu khusus pertunjukan alasannya yaitu akan sia-sia. Sebaliknya jika malam hari mungkin perlu ribuan watt untuk menerangi arena pertunjukan.
Fungsi dasar cahaya dalam pergelaran teater yaitu menerangi kejadian panggung supaya nampak dipenglihatan para penonton. Cahaya sebagai penerangan yaitu fungsi primer, sedangkan fungsi sekundernya yaitu memberi imbas atau memberi nuansa, memperkuat, memperlemah, menonjolkan atau menyembunyikan, bahkan memperkuat suasana dalam adegan. Cahaya sanggup berasal dari matahari, lampu minyak, obor, atau lampu pertunjukan khusus yang sangat canggih. Jika pertunjukan dilaksanakan di ruang terbuka pada siang hari, tidak perlu memakai lampu khusus pertunjukan alasannya yaitu akan sia-sia. Sebaliknya jika malam hari mungkin perlu ribuan watt untuk menerangi arena pertunjukan.
Unsur dekorasi juga memanfaatkan cahaya untuk membantu suasana tertentu. Misalnya, cahaya jelas menyiratkan siang hari, atau cahaya berwarna biru menyiratkan suasana malam hari. Cahaya berwarna juga dipakai untuk memberi pementingan pada adegan atau tokoh tertentu.
E. Konsep Musik Ilustrasi
Musik ilustrasi yaitu musik latar yang mengiringi agresi selama pergelaran teater. Musik sebagai salah satu media ungkap dalam pergelaran teater. Musik senantiasa hadir dalam setiap pertunjukan teater. Oleh alasannya yaitu itu, perlu konsep tataan yang sangat penting supaya musik tidak sekedar bunyi, melainkan kekuatan yang menyertai pergelaran teater. Konsep musik untuk pergelaran teater minimalis atau maksimalis dengan memakai perangkat orchestra besar plus musisinya. Namun kehadiran musik yang terpenting bukan kuantitasnya, melainkan kualitas dan intensitasnya yang luruh mendukung adegan demi adegan dalam sebuah struktur pergelaran teater.
Musik ilustrasi pada pertunjukan teater intinya berfungsi sebagai “penguat” sebuah kisah yang terdapat pada naskah. Musik ilustrasi berfungsi membantu mengungkapkan suasana batin pemain film dalam penokohan yang ada dalam kisah pada babak atau adegan tertentu. Komposisi musik ini harus sanggup membantu pemain film dalam mengungkapkan ini hati si aktor, oleh alhasil proses obrolan dan janji antara pemain film dan penata musik sangat diperlukan.
Musik ilustrasi pada pertunjukan teater intinya berfungsi sebagai “penguat” sebuah kisah yang terdapat pada naskah. Musik ilustrasi berfungsi membantu mengungkapkan suasana batin pemain film dalam penokohan yang ada dalam kisah pada babak atau adegan tertentu. Komposisi musik ini harus sanggup membantu pemain film dalam mengungkapkan ini hati si aktor, oleh alhasil proses obrolan dan janji antara pemain film dan penata musik sangat diperlukan.
Konsep Pergelaran Teater
Reviewed by dannz
on
8:36 PM
Rating: