Bangkitnya Nasionalisme Modern Indonesia

Bangkitnya Nasionalisme Modern dimulai semenjak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan membawa imbas luas pada masyarakat untuk menumbuhkan rasa nasionalisme yang kuat. Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang cowok cerdas yang memimpin pergerakan nasional baru. Ia mendirikan partai dengan nama Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927).

Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada 1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar perihal tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia. Pernyataan Sumpah Pemuda itu membawa imbas luas pada masyarakat untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat.

Pada ketika itu semangat untuk memerangi imperialisme dan kolonialis begitu kuat dalam pengikut-pengikut PKI. Pengikut Tan Malaka masih terus sanggup mempertahankan kerangka struktur yang biasanya dilakukan melalui kontak eksklusif di desa-desa atau berhubungan dengan organisasi-organisasi agama lainnya.
 Bangkitnya Nasionalisme Modern dimulai semenjak Sumpah Pemuda  Bangkitnya Nasionalisme Modern Indonesia
Sementara itu Partai Nasional Indonesia (PNI) terus menerima tekanan dari Belanda. Sukarno sebagai pimpinan PNI alasannya yaitu aksi-aksi yang dengan radikal terhadap pemerintah Belanda, kesannya ditangkap dan diadili. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Sukarno sempat mengucapkan pidato pembelaan untuk memperabukan semangat para pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian dibukukan dengan judul: “Indonesia Menggugat”. Putusan pengadilan kesannya menjatuhkan eksekusi kurungan kepada Sukarno. 

Ia ditahan di Penjara Sukamiskin selama empat tahun terhitung Desember 1930. Selama Sukarno menjalani masa penahanannya PNI pecah menjadi dua, Partai Indonesia (Pertindo) dan Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Baru. Sukarno masuk dalam Partai Indonesia dan PNI Baru dipimpin oleh Mohammad Hatta dan Sjahrir.

Partai Indonesia pimpinan Sukarno lebih menekankan pada mobilisasi massa, sedangkan Hatta dan Sjahrir lebih menekankan pada organisasi kader yang akan menentang tekanan pemerintah kolonial Belanda dengan keras dan lebih menanamkan pemahaman ilham nasionalisme. 

Namun demikian kedua taktik politik itu belum mencapai hasil yang maksimal. Akhirnya ketiga tokoh itu ditangkap dan diasingkan oleh Belanda dan ditahan serta diasingkan pada 1933. Kedua organisasi yang didirikan oleh ketiga tokoh itupun dibubarkan oleh pemerintah kolonial.

Selepas dari Penjara Sukamiskin Soekarno kemudian diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sukarno selama empat tahun (1934-1938) diisolasi dijauhkan dari dinamika usaha kebangsaan.

Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan, organisasi pergerakan untuk menentang Belanda terus berjalan. Kelompok yang beraliran Marxis mendirikan Gerakan Rakjat Indonesia (Gerindo) di bawah kepemimpinan Amir Sjarifuddin dan A.K. Gani. Partai ini cenderung menampakkan faham fasisme internasional. 

Di Sumatera Timur, PNI, PKI, Permi, dan Partindo pemimpinnya berasal dari organisasi-organisasi radikal dari tahun-tahun sebelumnya. Gerindo sebagai partai yang berpaham marxis lebih menawarkan perilaku anti kolonialisme, anti-Eropa dan antikapitalisme.

Sementara itu Gabungan Politik Indonesia (GAPI) didirikan pada tahun 1939. Tokoh pendiri GAPI yaitu Muhammad Husni Thamrin. Gerindo berada dalam satu arah dengan Parindra yang dipimpin oleh Thamrin dan sebelumnya oleh Sutomo. Parindra yaitu partai politik Indonesia yang paling kuat di Hindia, alasannya yaitu keberhasilannya dalam pemilihan di volksraad. Thamrin kemudian memimpin front Indonesia bersatu di dalam Volksraad yang disebut Fraksi Nasional.
Bangkitnya Nasionalisme Modern Indonesia Bangkitnya Nasionalisme Modern Indonesia Reviewed by dannz on 3:36 AM Rating: 5