Ketrampilan pertolongan di dalam air merupakan belahan dari keselamatan di air. Keterampilan ini sangat penting untuk dipelajari. Artinya kalau siswa ingin mempelajari pertolongan di air, siswa wajib memahami terlebih dahulu keselamatan di air. Seorang penolong harus dibekali dengan beberapa keahlian dasar keselamatan di air. Meliputi kemampuan mengenal potensi ancaman dan bagaimana mengatasinya, memahami teknik pertolongan. Mulai dari yang paling kondusif hingga yang beresiko tinggi. Berikut ini beberapa keterampilan evakuasi dan kegawatdaruratan di air yang harus dipahami dengan baik.
Tenggelam ialah suatu istilah dari suatu keadaan yang disebabkan lantaran seseorang menghirup air atau cairan ke paru-paru sehingga menghambat/mencegah udara yang mengandung oksigen untuk hingga dan bekerjasama dengan belahan depan permukaan alveolus di paru-paru, dimana belahan ini merupakan belahan penting yang berfungsi untuk pertukaran gas di paru-paru dan proses oksigenisasi darah.
Penyebab terjadinya karam diantaranya terganggunya kemampuan fisik akhir imbas obat-obatan, ketidakmampuan akhir hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan, ketidakmampuan akhir penyakit akut ketika berenang Tenggelam sanggup diklasifikasikan menurut kondisi Paru-Paru Korban dan menurut kondisi kejadian. Klasifikasi karam menurut kondisi paru-paru korban antara lain sebagai berikut.
- Typical Drawning ialah keadaan dimana cairan masuk ke dalam kanal pernapasan korban ketika korban tenggelam.
- Atypical Drawning. Dry Drowning ialah keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam kanal pernapasan. Immersion Syndrom biasanya terjadi terutama pada bawah umur yang tiba-tiba terjun ke dalam air masbodoh (suhu < 20°C).
- Submersion of the Unconscious. Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala ketika masuk ke air.
- Delayed Dead ialah keadaan dimana seorang korban masih hidup sehabis lebih dari 24 jam sehabis diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
Sedangkan karam menurut kondisi bencana sanggup dikelompokkan dalam karam dan hampir tenggelam. Tenggelam ialah suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam kanal pernapasan dan kanal nafas atas tepatnya belahan epiglotis akan mengalami spasme yang menyebabkan kanal nafas menjadi tertutup serta hanya sanggup dilalui oleh udara yang sangat sedikit. Sedangkan hampir karam ialah suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.
2. Penatalaksanaan Korban Tenggelam
Penanganan pada korban karam dibagi dalam tiga tahap, yaitu pemberian hidup dasar,
- Bantuan hidup dasar. Sebelumnya dalam fatwa pertolongan pertama, kita mengenal ABCD: Airway, Breathing, Circulation (Chest Compression) yaitu buka jalan nafas, pemberian pernafasan, dan kompresi dada. Jika ketiga langkah sudah dilakukan, periksa apakah korban mengalami defisit pada tubuhnya semisal menilik kesadaran korban. Langkah ini disebut memeriksa/Disability. Dalam fatwa yang baru, prioritas utama ialah Circulation gres sehabis itu tatalaksana difokuskan pada Airway dan selanjutnya Breathing. Satu-satunya pengecualian ialah hanya untuk bayi gres lahir, lantaran penyebab tersering pada bayi gres lahir yang tidak sadarkan diri dan tidak bernafas ialah lantaran duduk perkara jalan nafas. Langkah berikutnya ialah membawa korban ke rumah sakit terdekat untuk mendapat penanganan dokter.
- Pada tahap membawa korban ke rumah sakit yang dilakukan yaitu: Sebelumnya dengan tahapan ibarat ini (Look; yaitu melihat adanya pergerakan dada, Listen; yaitu mendengarkan bunyi napas, Feel; yaitu mencicipi ada tidaknya hembusan napas), namun seiring dengan perkembangan kini tidak lagi. Alasannya: kunci utama menyelamatkan seseorang dengan henti jantung ialah bertindak bukan menilai. Telepon ambulan segera ketika kita melihat korban tidak sadar dan tidak bernafas dengan baik. Percayalah pada nyali Anda. Jika Anda mencoba menilai korban bernapas atau tidak dengan mendekatkan pipi anda pada verbal korban, itu boleh-boleh saja. Tapi tetap saja sang korban tidak bernafas dan tindakan look, listen dan feel ini hanya akan menghabiskan waktu. Namun, pemberian kompresi intrinsik untuk mengeluarkan cairan tidak disarankan, lantaran tidak terbukti sanggup mengeluarkan cairan dan sanggup berisiko muntah dan aspirasi.
- Bantuan hidup lanjut. Bantuan hidup lanjut pada korban karam yaitu pemberian oksigen dengan tekanan lebih tinggi, yang sanggup dilakukan dengan BVM (Bag Valve Mask) atau tabung oksigen.
3. Teknik menolong di air
Dalam melaksanakan pertolongan, kecepatan bukanlah segalanya. Ketepatan yang didasari oleh keselamatan ialah unsur yang harus diutamakan. Satu hal yang perlu diingat, menolong korban di air tidak perlu menjadi basah. Prinsip utamanya ialah menolong dengan teknik seaman mungkin bagi penolong maupun korban. Apa yang harus kita lakukan bila melihat kecelakaan di air ?
- Pastikan keselamatan anda terlebih dahulu. Abaikan orang lain kalau anda sendiri sedang dalam posisi yang membahayakan diri anda
- Pastikan keselamatan orang-orang di sekitar anda
- Perhatikan potensi ancaman susulan yang mungkin bisa menimpa anda atau orang-orang di sekitar anda
- Kenali karakteristik korban yang akan anda tolong
- Lakukan pertolongan memakai teknik pertolongan yang paling kondusif dan efektif .
- Jika terdapat banyak korban, tolonglah yang terdekat dan termudah terlebih dahulu
- Setelah korban di tepi, lakukan pertolongan sesuai dengan cidera yang terjadi
- Selimuti korban untuk mencegah kedinginan/hypothermia
- Segera bawa korban ke pelayanan medis terdekat. Penanganan lebih lanjut mungkin saja diperlukan.
Berikut ini beberapa teknik menolong orang di air dari mulai yang paling kondusif :
- Raih ialah teknik yang paling kondusif sehingga sanggup dilakukan oleh yang tidak bisa renang sekalipun. Dengan cara memakai tongkat sehingga sanggup mencapai korban dan menariknya ke tepi. Kelemahan : Hanya sanggup menggapai korban yang berada di erat tepi air. Jika tarikan korban/arus air terlalu besar lengan berkuasa sehingga anda merasa tertarik ke arah air, maka lepaskanlah tongkat tadi. INGAT keselamatan diri anda yang paling utama.
- Lempar dilakukan kalau tidak sanggup menemukan tongkat yang cukup panjang untuk mencapai korban, maka carilah materi yang bisa mengapung (ringbuoy/ban pelampung, jerigen dll), bisa juga memakai tali. Lemparkan materi tadi ke arah korban. Jika anda berada di bak renang umum, maka gunakanlah ringbuoy (ban pelampung) yang ada di tepi kolam. Teknik : Panggil korban terlebih dahulu sebelum melempar. Hal ini berfungsi supaya korban melihat benda dan arah lemparan kita. Mengkombinasikan pelampung dengan tali sangat berfungsi ketika lemparan kita tidak tepat. Kelemahan : Kadang lemparan kita tidak pas pada korban, sehingga sering kali pelampung yang kita lempar menjadi sia-sia. Perhatian : Kadang lemparan terlalu erat sehingga kita terpancing untuk mengambil pelampung itu kembali. tindakan ini sangat membahayakan kita terutama bagi yang tidak bisa renang. Lebih baik cari pelampung yang lain untuk dilempar. Tali lempar, dihentikan diikatkan di tubuh penolong, lantaran akan membahayakan bila arus sangat deras atau tarikan korban terlalu kuat.
- Dayung. Jika anda sedang di bahtera (terutama jenis kano/kayak) berhatihatilah ketika mendekati korban. Kekuatan korban ketika panik sangat berbahaya dan sanggup membalikkan bahtera yang anda tumpangi. Teknik : Dekati korban dari ujung yang berlawanan dengan kawasan kita duduk. Hal ini dimaksudkan apabila bahtera terbalik, posisi kita agak jauh dari korban sehingga mengurangi resiko tertangkap korban. Perhatian : Jika anda memakai bahtera kecil, anda tidak bisa berenang dan tidak memakai jaket pelampung, maka lebih baik tidak berusaha untuk mendekati korban.
- Berenang mendekati korban ialah pilihan terakhir kalau cara lain tidak memungkinkan untuk dilakukan. Teknik : tentunya bagi yang sudah mahir berenang dan menguasai teknik menolong. Kelemahan : sangat berbahaya bagi penolong Perhatian : Pastikan kemampuan renang anda baik, jangan renang kalau kondisi air berarus (sungai arus deras, banjir bandang).
Pengetahuan kita ihwal karakteristik korban yang sedang karam akan sangat memilih teknik yang dipilih ketika melaksanakan pertolongan. Tentunya diubahsuaikan dengan karakteristik korbannya. Secara umum, korban yang sedang karam dibagi menjadi 4 tipe :
a. Bukan seorang perenang.
Pada tipe ini, korban mempunyai karakteristik:
- Posisi tubuh terlihat tegak lurus dengan permukaan air (vertikal)
- Gerakan agresif dan cenderung tidak berpola
- Wajah terlihat sangat panik
- Arah tatapan tidak jelas
- Hanya fokus untuk mengambil napas
- Saat ditolong mungkin akan berusaha untuk meraih penolong
- Tidak sanggup mengikuti perintah atau tidak sanggup komunikasi
- Selalu ingin dalam posisi vertikal, sehingga cenderung panik kalau ditolong dalam keadaan horisontal
- Selalu berusaha kepala dan dada berada di atas permukaan air
- Hal yang di perhatikan penolong ialah korban tipe ini sangat berbahaya bagi penolong. Sebisa mungkin hindari pertolongan dengan memakai teknik contact rescue/tow.
b. Perenang yang cidera
Pada tipe ini, korban mempunyai karakteristik:
- Posisi tubuh mungkin terlihat agak absurd tergantung dari belahan tubuh yang cidera
- Gerakan terbatas disebabkan oleh cidera
- Wajah terlihat cemas, bahkan mungkin terlihat kesakitan
- Bisa terjadi panik
- Saat ditolong mungkin tidak merespon perintah lantaran lebih fokus terhadap rasa sakitnya
- Berusaha mempertahankan posisi lantaran biasanya memegangi area yang cidera
- Hal yang diperhatikan penolong ialah kemungkinan akan membawa korban dalam posisi yang agak absurd (sesuai cideranya), dan perhatikan cidera yang dialami.
Pada tipe ini, korban mempunyai karakteristik:
- Terlihat teladan kayuhan yang lemah
- Posisi tubuh biasanya membentuk sudut dengan permukaan air
- Wajah memandang ke tepian atau bahtera yang di dekatnya
- Kepala kadang tidak terlihat
- Dapat melambai untuk meminta bantuan
- Wajah mungkin terlihat lelah atau cemas ketika ditolong
- Merespon perintah penolong dengan baik
- Kooperatif ketika ditawarkan bantuan
- Bisa ditopang dalam keadaan terlentang
- Hal yang diperhatikan penolong ialah korban sanggup ditolong memakai teknik contact rescue, lebih gampang untuk ditolong
Pada tipe ini, korban mempunyai karakteristik:
- Terlihat tidak bergerak
- Mungkin hanya terlihat sebagian punggung
- Mungkin hanya terlihat puncak kepala saja
- Wajah biasanya menghadap ke dasar
- Saat ditolong tidak kooperatif
- Mungkin akan cukup sulit untuk melaksanakan manuver terhadap tubuh korban.
- Hal yang diperhatikan penolong, biasanya korban sangat bervariasi dan membutuhkan pertolongan dengan teknik contact rescue. Perhatikan pernapasan korban, kalau tidak bernapas lakukan sesegera mungkin pemberian napas. Penggunaan alat bantu apung (pelampung) akan sangat membantu dalam pemberian napas. Kadang terjadi keadaan yang disebut pasif-aktif, yaitu keadaan dimana korban terlihat pasif (tidak bergerak) namun ketika di sentuh bermetamorfosis aktif. Ini sangat membahayakan penolong. Oleh lantaran itu lakukan teknik mendekati korban dengan benar.
Selain karakteristik korban tadi, juga diharapkan kemampuan untuk memperkirakan daya apung/buoyancy dari korban dengan melihat postur tubuh terutama ketika melaksanakan contact tow. Korban yang gemuk cenderung akan gampang mengapung, namun akan lebih berat ketika menariknya ke tepi. Sebaliknya korban yang kurus cenderung akan gampang tenggelam, namun akan lebih ringan ketika menariknya ke tepi.
5. Penanganan kram
Penyebab utama tenggelamnya seorang perenang akhir kram ialah kegagalan dalam mencegah terjadinya panik. Sering kita lihat ketika perenang mengalami kram, beliau akan pribadi berusaha ke tepi, sehingga akan terlihat gerakan yang tidak teratur dan laju renangnya pun lambat. Kram ialah kejang otot yang bersifat mendadak dan terasa sangat sakit. Kram sanggup disebabkan oleh banyak hal, antara lain : otot yang kelelahan, penggunaan otot yang berlebihan, kurangnya elektrolit tubuh (Ca dan K) lantaran keluar melalui keringat, penumpukan asam laktat (hasil metabolisme di otot), terganggunya oksigenisasi jaringan otot, dan terganggunya sirkulasi darah ke jaringan otot
Pada seorang perenang bencana kram sering terjadi diotot tungkai bawah belahan belakang (otot betis), otot punggung kaki : biasanya terjadi lantaran gerakan yang tidak tepat ketika renang memakai fin (sepatu katak), otot tungkai atas (paha) belahan depan maupun belakang.
Langkah-langkah Penanganan Kram
Penanganan kram di darat maupun di air sebetulnya mempunyai prinsip yang sama yaitu lakukan peregangan. Langkah-langkah yang harus dilakukan ketika terjadi kram ialah bersikap hening dan jangan berusaha ke tepi, tarik napas dalam dan tahan, lakukan peregangan dan pemijatan pada otot yang kram, jangan lakukan gerakan apapun kecuali peregangan (walaupun tubuh kita tenggelam), tarik napas lagi, kemudian lakukan peregangan lagi, ulangi hingga nyerinya reda. Setelah reda barulah berenang ke tepi, usahakan tidak menggerakkan/ memakai otot yang tadi kram. Setelah di tepi lakukan kembali peregangan hingga otot terasa nyaman. Ada dua posisi utama untuk peregangan di air (untuk otot-otot di ekstremitas bawah), yaitu :
- Posisi 1 : Tekuk lutut ke arah dada, dan tarik jari kaki dan telapak kaki ke arah punggung kaki. Posisi ini untuk mengatasi kram pada otot betis dan otot paha belahan belakang.
- Posisi 2 : Tekuk paha ke belakang, tekuk lutut, tarik jari kaki dan punggung kaki ke arah telapak kaki. Posisi ini untuk mengatasi kram pada otot punggung kaki dan otot paha belahan depan.
Prinsip dasar penanganan kram ialah meregangkan otot berlawanan dengan arah kejang. Ditambah dengan pijatan pada otot yang kram untuk membantu pelemasan otot sehingga sirkulasi oksigen, elektrolit dan zat metabolik menjadi lancar. Peregangan otot yang kram dilakukan secara perlahan, kalau sakit jangan dikendurkan tapi pertahankan posisi. Jika nyeri hilang tambah lagi peregangannya. Lakukan hingga nyeri hilang. Contoh posisi penanganan :
- Otot betis : luruskan lutut, tekan telapak kaki ke arah punggung kaki. Lakukan pemijatan pada otot betis
- Otot punggung kaki : tekan punggung kaki dan jari kaki ke arah telapak kaki (sehingga ibarat penari balet). Lakukan pemijatan pada otot punggung kaki
- Otot Paha belakang : luruskan lutut, angkat tungkai bawah dan lakukan pemijatan
- Otot paha depan : tekuk lutut dan lakukan pemijatan
Pencegahan kram perlu dilakukan semoga tidak mengalamikram ketika berenang. Pencegahan kram sanggup dilakukan dengan cara melaksanakan pemanasan dan peregangan sebelum memulai olahraga, tidur yang cukup, cukup minum sebelum, ketika dan sehabis olahraga, kalau perlu yang mengandung elektrolit (misal. oralit).
Keterampilan Evakuasi Kegawatdaruratan Di Air
Reviewed by dannz
on
6:18 AM
Rating: