Sultan Ageng Tirtayasa yaitu putra Sultan Abdul Ma'ali Ahmad dan Ratu Martakusuma yang menjadi Sultan Banten. Sultan Ageng Tirtayasa berkuasa di Kesultanan Banten pada periode 1651 - 1683. Ia memimpin banyak perlawanan terhadap Belanda. Masa itu, VOC menerapkan perjanjian monopoli perdagangan yang merugikan Kesultanan Banten.
Banten mempunyai posisi yang strategis sebagai bandar perdagangan internasional. Belanda ingin menguasai Banten, tetapi tidak pernah berhasil. Akhirnya VOC membangun Bandar di Batavia pada tahun 1619. Terjadi persaingan antara Banten dan Batavia memperebutkan posisi sebagai bandar perdagangan internasional.
Beberapa yang dilakukan contohnya mengundang para pedagang Eropa lain menyerupai Inggris, Perancis, Denmark dan Portugis. Sultan Ageng juga menyebarkan korelasi dagang dengan negara-negara Asia menyerupai Persia, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina. Perkembangan di Banten ternyata sangat tidak disenangi oleh VOC.
Untuk melemahkan tugas Banten sebagai Bandar perdagangan, VOC sering melaksanakan blokade. Jung-jung Cina dan kapal-kapal dagang dari Maluku dihentikan meneruskan perjalanan menuju Banten. Sebagai tanggapan Sultan Ageng juga mengirim beberapa pasukannya untuk mengganggu kapal-kapal dagang VOC dan menimbulkan gangguan di Batavia.
Pada masa pemerintahan Sultan Ageng ini memang banyak dibangun jalan masuk air/irigasi. Oleh alasannya yaitu jasa-jasanya ini maka sultan digelari Sultan Ageng Tirtayasa (tirta artinya air). Di tengah-tengah mengobarkan semangat anti VOC itu, pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota Abdulnazar Abdulkahar sebagai raja pembantu yang lebih dikenal dengan nama Sultan Haji.
Sebagai raja pembantu Sultan Haji bertanggung jawab urusan dalam negeri, dan Pangeran Arya Purbaya urusan luar negeri. Pemisahan urusan pemerintahan di Banten ini tercium oleh perwakilan VOC di Banten W. Caeff. Karena hasutan VOC ini Sultan Haji meragukan ayah dan saudaranya.
Tanpa berpikir panjang Sultan Haji segera menciptakan persekongkolan dengan VOC untuk merebut tahta kesultanan Banten. Timbullah kontradiksi yang begitu tajam antara Sultan Haji dengan Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam persekongkolan tersebut VOC sanggup membantu Sultan Haji untuk merebut Kesultanan Banten tetapi dengan empat syarat.
- Banten harus menyerahkan Cirebon kepada VOC,
- Monopoli lada di Banten dipegang oleh VOC dan harus menyingkirkan para pedagang Persia, India, dan Cina.
- Banten harus membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji, dan
- Pasukan Banten yang menguasai tempat pantai dan pedalaman Priangan segera ditarik kembali.
Pada tahun 1681 VOC atas nama Sultan Haji berhasil merebut Kesultanan Banten. Istana Surosowan berhasil dikuasai. Sultan Ageng kemudian membangun istana yang gres berpusat di Tirtayasa. Sultan Ageng berusaha merebut kembali Kesultanan Banten dari Sultan Haji yang didukung VOC.
Pada tahun 1682 pasukan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana Surosowan. Sultan Haji terdesak dan segera meminta pemberian tentara VOC. Datanglah pemberian tentara VOC di bawah pimpinan Francois Tack. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa sanggup dipukul mundur dan terdesak hingga ke Benteng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa kesannya meloloskan diri bersama puteranya, pangeran Purbaya ke hutan Lebak. Baru sehabis melalui tipu kecerdikan bulus pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di Batavia hingga meninggalnya pada tahun 1692.
Pada tahun 1682 pasukan Sultan Ageng Tirtayasa berhasil mengepung istana Surosowan. Sultan Haji terdesak dan segera meminta pemberian tentara VOC. Datanglah pemberian tentara VOC di bawah pimpinan Francois Tack. Pasukan Sultan Ageng Tirtayasa sanggup dipukul mundur dan terdesak hingga ke Benteng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa kesannya meloloskan diri bersama puteranya, pangeran Purbaya ke hutan Lebak. Baru sehabis melalui tipu kecerdikan bulus pada tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan ditawan di Batavia hingga meninggalnya pada tahun 1692.
Semangat juang Sultan Ageng Tirtayasa beserta pengikutnya tidak pernah padam. Ia telah mengajarkan untuk selalu menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan tanah air dari dominasi asing. Hal ini terbukti sehabis Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, perlawanan rakyat Banten terhadap VOC terus berlangsung. Misalnya pada tahun 1750 timbul perlawanan yang dipimpin oleh Ki Tapa dan Ratu Bagus. Perlawanan ini ternyata sangat berpengaruh sehingga VOC kewalahan menghadapi serangan itu. Dengan susah payah kesannya perlawanan yang dipimpin Ki Tapa dan Ratu Bagus ini sanggup dipadamkan.
Perlawanan Rakyat Banten Versus Voc
Reviewed by dannz
on
12:20 PM
Rating: