Karakteristik Teater Tradisional Indonesia

Teater dalam arti luas ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Teater dalam arti sempit ialah drama, kisah hidup dan kehidupan insan yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laris didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dan sebagainya. Teater merupakan media komunikasi eksklusif yang djadikan wahana penting dalam berbagi kebudayaan. Teater terkadang mengisahakan bencana yang begitu menyedihkan yang terkadang memaksa penonoton untuk terhanyut turut menangis, akan tetapi ada juga teater yang sanggup menciptakan penontonnya tertawa lebar.

Salah satu bentuk teater yang ada di masyarakat yaitu teater tradisional. Teater tradisional ialah suatu bentuk teater yang lahir, tumbuh dan berkembang di suatu tempat dan yang merupakan hasil kreativitas kebersamaan suku bangsa Indonesia. Teater tradisional berakar dari budaya tempat setempat dan dikenal oleh masyarakat lingkungannya. Teater tradisional yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
  1. Pertunjukan dilakukan atas dasar tata cara dan pola yang diikuti secara tradisional dari pengalaman pentas generasi sebelumnya dan dilanjutkan ke generasi muda dan mengikuti serta setia kepada pakem yang sudah ada.
  2. Pementasan teater tradisional dilakukan di alam terbuka atau di pendopo yang penontonnya dari banyak sekali sisi yang terbuka.
  3. Pementasanya sederhana, biasanya teater tradisional tidak mempunyai kelengkapan pertunjukan pada teater modern
Teater tradisional sanggup dikgolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Teater Rakyat
Teater rakyat merupakan seni pertunjukan yang biasanya menggambarkan kehidupan suatu masyarakat. Wujud pertunjukan rakyat ini ialah seni tari, nyanyi, teater, dan sebagainya. Pertunjukan rakyat diselenggarakan pada tempat dan waktu tertentu untuk menyalurkan hasrat rasa keindahan, hiburan, emosi dan keresahan yang tidak sanggup dikatakan secara terus terang. Ciri teater rakyat yaitu: improvisasi, sederhana, spontan, dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Beberapa pola teater rakyat :
  • Makyong dan Mendu dari tempat Riau dan Kalimantan Barat.
  • Randai dan Bakaba dari Sumatra Barat.
  • Mamanda dan Bapangdung dari Kalimantan Selatan.
  • Arja, Topeng Prembon, dan Cepung dari Bali.
  • Ubrug, Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Tarling dan Ketuk Tilu dari Jawa Barat.
  • Ketoprak, Srandul, Jemblung, Gatoloco dari Jawa Tengah.
  • Kentrung, Ludruk, Ketoprak, topeng Malang, Reog dan Jemblung dari Jawa Timur.
  • Cekepung dari Lombok.
  • Dulmuluk dan Sumatra selatan dan Sinrili dari Sulawesi Selatan.
  • Lenong, Blantek, dan Topeng Betawi dari Jakarta.

2. Teater Klasik
Teater klasik biasanya lahir dan berkembang dari lingkungan keraton. Sifat teater ini sudah mapan, artinya segala sesuatunya sudah teratur,
Teater dalam arti luas ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak Karakteristik Teater Tradisional Indonesia
Wayang Kulit
dengan cerita, pelaku yang terlatih, gedung pertunjukan yang memadai dan tidak lagi menyatu dengan kehidupan rakyat (penontonnya), lahirnya jenis teater ini dari sentra kerajaan. Karena lahir dan berkembang dari lingkungan keraton yang sangat menjunjung tinggi tata krama maka sifat teater klasik bersifat feodalistik.

Beberapa pola teater klasik yang ada di Indonesia antara lain ;Wayang kulit, Wayang Orang, Wayang Golek. Unsur dongeng dalam teater klasik bersifat statis, tetapi mempunyai daya tarik. Seperti dalam wayang kulit misalnya, sudah ada pakemnya. Sehingga diharapkan kreativitas seorang dalang atau pelaku teater klasik untuk sanggup menghidupkan lakon dalam pertunjukan.

3. Teater Transisi.
Teater transisi merupakan teater yang bersumber dari teater tradisional tetapi gaya penyajiannya sudah dipengaruhi oleh teater barat, pola teater transisi : Komidi Stambul, Sandiwara Dardanela, Sandiwara Srimulat, dan Sandiwara Miss Cicih.

Kegiatan berteater dalam kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia bukan merupakan sesuatu yang absurd bahkan sudah menjadi bab yang tidak terpisahkan. Kegiatan teater sanggup kita lihat dalam peristiwa-peristiwa ritual keagamaan, tingkat-tingkat hidup, siklus hidup (kelahiran, pertumbuhan dan kematian), juga hiburan.

Ciri dan Fungsi Teater Tradisional.
Ciri-Ciri Umum Teater Tradisional
  1. Cerita tanpa naskah dan digarap menurut insiden sejarah, dongeng, mitologi, atau kehidupan sehari-hari.
  2. Penyajian dengan dialog, tarian, dan nyanyian.
  3. Unsur banyolan selalu muncul
  4. Nilai dan laris dramatik dilakukan secara impulsif dan dalam satu adegan terdapat dua unsur emosi sekaligus yaitu tertawa dan menangis.
  5. Pertunjukan mempergunakan tetabuhan atau musik tradisional .
  6. Penonton mengikuti pertunjukan secara santai dan dekat bahkan terlibat dalam pertunjukan dan berdialog eksklusif dengan pemain.
  7. Mempergunakan bahasa daerah.
  8. Tempat Pertunjukan terbuka dalam bentuk arena (dikelilingi penonton).

Fungsi Teater Tradisional
  1. Pemanggil kekuatan gaib
  2. Menjemput roh-roh pelindung untuk hadir ditempat terselenggaranya pertunjukan
  3. Memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat.
  4. Peringatan pada nenek moyang dengan mempertontonkan kegagahan maupun kepahlawanannya.
  5. Pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat-tingkat hidup seseorang menyerupai keberhasilan menempati suatu kedudukan, jabatan kemasyarakatan, Makara kepala suku atau adat.
  6. Pelengkap upacara untuk saat-saat tertentu dalam siklus waktu. Upacara kelahiran, kedewasaan dan kematian.
  7. Sebagai media hiburan. Fungsi hiburan ini yang lebih menonjol di kalangan teater rakyat.
Karakteristik Teater Tradisional Indonesia Karakteristik Teater Tradisional Indonesia Reviewed by dannz on 4:07 AM Rating: 5