Masyarakat Badui berada di pedalaman Jawa Barat. Badui ialah suatu kelompok masyarakat susila sub-etnis Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga mempunyai keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam. Suku Badui mempunyai hubungan sejarah dengan orang Sunda. Penampilan fisik dan bahasa mereka menyerupai dengan orang-orang Sunda pada umumnya.Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Badui Dalam antara lain:
Orang Badui tidak boleh menghancurkan tanah dan membelokkan anutan air. Oleh alasannya itu, mereka bertani dengan cora tradisional. Mereka tidak menanam padi di sawah, tetapi di ladang yang mereka sebut huma. Caranya sangat sederhana. Mereka melubangi tanah dengan tugal yaitu sepotong bambu yang diruncingkan, kemudian ke dalam lubang itu dimasukkan benih tanaman. Benih itu harus dari hasil tumbuhan mereka sendiri juga.
Untuk menyuburkan tanah ladang, masyarakat Badui tidak memakai pupuk kimia. Mereka hanya mau memakai pupuk hijau yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan pupuk kompos dari kotoran hewan. Selain bertani, orang Badui juga menangkap ikan di sungai. Mereka memakai alat-alat sederhana menyerupai kail, bubu, dan jala.
Rumah orang Badui disebut imah. Imah itu berbentuk rumah panggung dengan penyangga (kaki) terbuat dari kayu. Penyangga yang dipakai untuk satu rumah tidak harus sama tingginya. Penyangga yang bangkit di tanah yang tinggi, ukurannya pendek. Sebaliknya, penyangga yang bangkit di tanah yang rendah, ukurannya panjang. Itu terjadi alasannya orang Badui Dalam tidak boleh meratakan tanah. Meratakan tanah berarti merusak tanah.
Dinding rumah memakai bilik yang terbuat dari anyaman bambu. Atap atau rarangkit terbuat dari ijuk atau daun hateup (sejenis pohon palem). Lantai atau palupuh rumah memakai bambu. Imah tidak mempunyai jendela biar orang luar tidak sanggup melihat ke dalam rumah. Ruangan dalam rumah dibagi menjadi 3. Ruang paling depan disebut sosoro. Ruang ini dipakai untuk mendapatkan tamu. Ruangan di belakangnya dibelah menjadi 2 bab memanjang ke belakang. Salah satu ruang disebut tepas. Tepas dipakai untuk daerah tidur dan daerah makan. Ruang lain berfungsi sebagai dapur.
Di mana masyarakat Badui tinggal?
Masyarakat Badui memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berusaha sendiri. Mereka menanam padi dan sayur-sayuran. Mereka mencari ikan di sungai. Bahan-bahan untuk menciptakan rumah diambil dari hutan sesuai keperluan.
- Tidak diperkenankan memakai kendaraan untuk sarana transportasi
- Tidak diperkenankan memakai ganjal kaki
- Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un atau ketua adat)
- Larangan memakai alat elektronik (teknologi)
- Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan memakai pakaian modern.
Orang Badui tidak boleh menghancurkan tanah dan membelokkan anutan air. Oleh alasannya itu, mereka bertani dengan cora tradisional. Mereka tidak menanam padi di sawah, tetapi di ladang yang mereka sebut huma. Caranya sangat sederhana. Mereka melubangi tanah dengan tugal yaitu sepotong bambu yang diruncingkan, kemudian ke dalam lubang itu dimasukkan benih tanaman. Benih itu harus dari hasil tumbuhan mereka sendiri juga.
Untuk menyuburkan tanah ladang, masyarakat Badui tidak memakai pupuk kimia. Mereka hanya mau memakai pupuk hijau yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan pupuk kompos dari kotoran hewan. Selain bertani, orang Badui juga menangkap ikan di sungai. Mereka memakai alat-alat sederhana menyerupai kail, bubu, dan jala.
Rumah orang Badui disebut imah. Imah itu berbentuk rumah panggung dengan penyangga (kaki) terbuat dari kayu. Penyangga yang dipakai untuk satu rumah tidak harus sama tingginya. Penyangga yang bangkit di tanah yang tinggi, ukurannya pendek. Sebaliknya, penyangga yang bangkit di tanah yang rendah, ukurannya panjang. Itu terjadi alasannya orang Badui Dalam tidak boleh meratakan tanah. Meratakan tanah berarti merusak tanah.
Dinding rumah memakai bilik yang terbuat dari anyaman bambu. Atap atau rarangkit terbuat dari ijuk atau daun hateup (sejenis pohon palem). Lantai atau palupuh rumah memakai bambu. Imah tidak mempunyai jendela biar orang luar tidak sanggup melihat ke dalam rumah. Ruangan dalam rumah dibagi menjadi 3. Ruang paling depan disebut sosoro. Ruang ini dipakai untuk mendapatkan tamu. Ruangan di belakangnya dibelah menjadi 2 bab memanjang ke belakang. Salah satu ruang disebut tepas. Tepas dipakai untuk daerah tidur dan daerah makan. Ruang lain berfungsi sebagai dapur.
Di mana masyarakat Badui tinggal?
Masyarakat Badui berada di pedalaman Jawa Barat. Tepatnya di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.Bagaimana masyarakat Badui memenuhi kebutuhan makanan?
Mereka menanam padi, kacang, terong, cabai, pisang, pete, dan jengkol.Apa mata pencaharian utama masyarakat Badui?
Mata pencaharian utama masyarakat Badui ialah bertani.Bagaimana cara masyarakat Badui bercocok tanam?
Mereka tidak menanam padi di sawah, tetapi di ladang yang mereka sebut huma. Untuk menyuburkan tanah ladang, masyarakat Badui tidak memakai pupuk kimia. Mereka hanya mau memakai pupuk hijau yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan pupuk kompos dari kotoran hewan.Bagaimana bentuk rumah masyarakat Badui?
Rumah orang Badui disebut imah. Imah itu berbentuk rumah panggung dengan penyangga (kaki) terbuat dari kayu. Dinding rumah memakai bilik yang terbuat dari anyaman bambu. Atap atau rarangkit terbuat dari ijuk atau daun hateup (sejenis pohon palem). Lantai atau palupuh rumah memakai bambu.
Masyarakat Badui memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berusaha sendiri. Mereka menanam padi dan sayur-sayuran. Mereka mencari ikan di sungai. Bahan-bahan untuk menciptakan rumah diambil dari hutan sesuai keperluan.
Mengenal Masyarakat Badui
Reviewed by dannz
on
6:43 AM
Rating: