Sejarah Kerajaan Tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara atau taruma yaitu sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bab barat pada periode ke-4 hingga periode ke-7. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh raja Dirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358M, yang lalu digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Kerajaan Tarumanegara bercorak Hindu. Letak Kerajaan ini dulunya di sungai Cisadane sebelah barat & sungai Citarum sebelah timur. Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan besar yang pernah ada di Nusantara.

Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan yang dipengaruhi oleh budaya dan fatwa agama Hindu yang memuja ilahi Wisnu. Hal tersebut sanggup diketahui dari beberapa buah prasasti yang diketemukan. Bahasa yang tertulis dalam prasasti peninggalan kerajaan tersebut yaitu bahasa Sansekerta dan hurufnya huruf Pallawa. Itu yaitu ciri khas dampak kerajaan yang terdapat di India Selatan. Sama halnya kerajaan Kutai, yang menganut agama Hindu Wisnu.

Sumber sejarah Tarumanegara yang utama yaitu beberapa prasasti yang telah ditemukan. Berkaitan dengan perkembangan Kerajaan Tarumanegara, telah ditemukan tujuh buah prasasti. Prasasti-prasasti itu berhuruf pallawa dan berbahasa sanskerta. Prasasti itu yaitu  Prasasti Tugu, Prasasti Ciarateun, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi, Prasati Kebon Kopi, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Cidanghiang (Lebak), Berikut ini ketujuh parasati peninggalan kerajaan Tarumanegara.

Nama PrasastiKeterangan
Prasasti TuguTempatKampung batutumbuh, Desa Tugu, akrab Tanjungpriuk, Jakarta.
Inskripsi“Dulu (kali yang bernama) Candrabhaga telah digali oleh maharaja yang mulia dan memiliki lengan kencang dan kuat, (yakni Raja Purnawarman), untuk mengalirkannya ke laut, sesudah (kali ini) hingga di istana kerajaan yang termashur. Pada tahun ke-22 dari tahta Yang Mulia Raja Purnawarman yang berkilauan-kilauan alasannya kepandaian dan kebijaksanaannya serta menjadi panji-panji segala raja, (maka sekarang) dia memerintahkan pula menggali kali yang permai dan lembap jernih, Gomati namanya, seteleh kali itu mengalir di tengah-tengah tanah kediaman Yang Mulia Sang Pandeta Nenekda (Sang Purnawarman). Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, tanggal delapan paroh gelap bulan Phalguna dan tanggapan pada tanggal 13 paroh jelas bulan Caitra, jadi hanya dalam 21 hari saja, sedang galian itu panjangnya 6.122 busur (± 11 km). Selamatan baginya dilakukan oleh brahmana disertai persembahan 1.000 ekor sapi”.
Prasasti CiaruteunTempatKampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulang, Bogor
InskripsiInskripsi A isinya sebagai berikut: “ini (bekas) dua kaki, yang mirip kaki Dewa Wisnu, ialah kaki Yang Mulia Sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.

Inskrispi B ini dibaca oleh J.L.A. Brandes sebagai Cri Tji aroe? Eun waca (Cri Ciaru?eun wasa), sedangkan H. Kern membacanya Purnavarmma-padam yang berarti “telapak kaki Purnawarman”.
Prasasti Kebon KopiTempatKampung Muara, Desa Ciaruetun Hilir, Cibungbulang, Bogor.
Inskripsi“Di sini tampak sepasang telapak kaki……yang mirip (telapak kaki) Airawata, gajah penguasa Taruma (yang) agung dalam…… dan (?) kejayaan”.
 Kerajaan Tarumanegara atau taruma yaitu sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah  Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Prasasti Muara CiantenTempatMuara Kali Cianten, Kampung Muara, Desa Ciaruteun Hilir, Cibungbulan, Bogor.
InskripsiInskripsi ini dipahatkan dalam bentuk “aksara” yang menyerupai sulur-suluran, dan oleh para andal disebut abjad ikal.
Prasasti Jambu (Pasir Koleangkak)TempatBukit (pasir) Koleangkak, Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor.
Inskripsi“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya, yaitu pemimpin insan yang tiada taranya, yang termashur Sri Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di Tarumanegara dan yang baju zirahnya yang populer tiada sanggup ditembus senjata musuh. Ini yaitu sepasang telapak kakinya, yang senantiasa berhasil menggempur musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”.
Prasasti Cidanghiang (Lebak)TempatKali Cidanghiang, Desa Lebak, Munjul, Banten Selatan.
Inskripsi“Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang tolong-menolong dari Raja Dunia, Yang Mulia Purnwarman, yang menjadi panji sekalian raja-raja:.
Prasasti Pasir AwiTempatBukit Pasir Awi, di tempat perbukitan Desa Sukamakmur, Jonggol, Bogor
Inskripsitidak sanggup dibaca alasannya inskripsi ini lebih berupa gambar (piktograf) dari pada tulisan. Di bab atas inskripsi terdapat sepasang telapak kaki.

Pemerintahan dan Kehidupan Masyarakat
Kerajaan Tarumanegara mulai berkembang pada periode ke-5 M. Raja yang sangat populer yaitu Purnawarman. Ia dikenal sebagai raja yang gagah berani dan tegas. Ia juga akrab dengan para brahmana, pangeran, dan rakyat. Ia raja yang jujur, adil, dan cendekia dalam memerintah. Daerahnya cukup luas hingga ke daerah Banten. Kerajaan Tarumanegara telah menjalin kekerabatan dengan kerajaan lain, contohnya dengan Cina.

Dalam Prasasti Jambu ( Pasir Koleangkak) terletak di sebuah bukit, di Desa Parakan Muncang, Nanggung, Bogor. Prasasti ini ditulis dalam dua baris goresan pena dengan abjad pallawa dan bahasa sanskerta. Isinya sebagainya berikut:
“Gagah, mengagumkan dan jujur terhadap tugasnya, yaitu pemimpin insan yang tiada taranya, yang termasyhur Sri Purnawarman, yang sekali waktu (memerintah) di Tarumanegara dan baju zirahnya yang populer tiada sanggup ditembus senjata musuh. Ini yaitu sepasang telapak kakinya yang senantiasa berhasil menggempur musuh, hormat kepada para pangeran, tetapi merupakan duri dalam daging musuh-musuhnya”.
Purnawarman yaitu sosok raja yang harus dicontoh oleh para pemimpin di negeri ini. Banyak pemimpin dikala ini yang tidak tegas, tidak adil dan banyak melaksanakan korupsi tidak mirip raja Purnawarman dahulu.

Sebagian besar masyarakat Tarumanegara memeluk agama Hindu, sedikit yang beragama Buddha dan masih ada yang mempertahankan agama nenek moyang (animisme). Raja memeluk agama Hindu, pada prasasti Ciaruteun ada tapak kaki raja yang diibaratkan tapak kaki Dewa Wisnu. Raja Purnawarman juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.

Sumber Cina lainnya menyatakan bahwa, pada masa Dinasti T’ang terjadi kekerabatan perdagangan dengan Jawa. Barang-barang yang diperdagangkan yaitu kulit penyu, emas, perak, cula badak, dan gading gajah. dituliskan pula bahwa penduduk daerah itu pintar membuat minuman keras yang terbuat dari bunga kelapa.

Berdasarkan catatan dari Fa-Hien (sejarawan) Tarumanegara bisa membuat stabilitas politik di wilayahnya. Hal tersebut dibuktikan dari laporannya wacana cukup majunya perekonomian kerajaan tersebut. Kuatnya pemerintahan kerajaan Tarumanegara dibuktikan oleh isu prasasti mengenai proyek penggalian akses Gomati dan sungai Candrabhaga. Proyek itu membutuhkan tenaga insan yang cukup besar, sehingga mungkin terselenggara oleh pemerintahan yang berwibawa, yang kekuasaanya diakui rakyatnya. 

Rakyat Tarumanegara hidup kondusif dan tenteram. Pertanian merupakan mata pencaharian pokok. Di samping itu, perdagangan juga berkembang. Kerajaan Tarumanegara mengadakan kekerabatan dagang dengan Cina dan India. Untuk memajukan bidang pertanian, raja memerintahkan pembangunan irigasi dengan cara menggali sebuah akses sepanjang 6112 tumbak (±11 km). Saluran itu disebut dengan Sungai Gomati. Saluran itu selain berfungsi sebagai irigasi juga untuk mencegah ancaman banjir.
Sejarah Kerajaan Tarumanegara Sejarah Kerajaan Tarumanegara Reviewed by dannz on 4:53 AM Rating: 5