Pra-aksara berasal dari dua kata, yakni pra yang berarti sebelum dan abjad yang berarti tulisan. Dengan demikian zaman pra-aksara yaitu masa kehidupan insan sebelum mengenal tulisan. Ada istilah yang ibarat dengan istilah pra-aksara, yakni istilah nirleka. Nir berarti tanpa dan leka berarti tulisan. Karena belum ada goresan pena maka untuk mengetahui sejarah dan hasil-hasil kebudayaan insan yaitu dengan melihat beberapa sisa peninggalan yang sanggup kita temukan.
Salah satu situs Manusia Purba di Indonesia yaitu Situs Sangiran yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Beberapa temuan fosil di Sangiran telah mendorong para hebat untuk terus melaksanakan penelitian termasuk di luar Sangiran. Dari Sangiran kita mengenal beberapa jenis insan purba di Indonesia. Situs Manusia Purba Sangiran dikembangkan sebagai sentra penelitian dalam negeri dan luar negeri.
Situs Sangiran berada pada bentangan luas perbukitan tandus yang berada di perbatasan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Sangiran merupakan sebuah kompleks situs insan purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di Asia. Situs Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di sentra kubah akhir adanya pengikisan di bab puncaknya.
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan inovasi fosil vertebrata dari Kalioso, bab dari wilayah Sangiran. Pada 1934, Gustav Heindrich Ralph von Koeningswald menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat maritim kubah Sangiran. Semenjak inovasi von Koeningswald, Situs Sangiran menjadi sangat populer berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus yaitu takson paling penting dalam sejarah manusia, sebelum masuk pada tahapan insan Homo sapiens, insan modern.
Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Trinil yaitu sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah manajemen Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di tempat ini jauh sebelum von Koeningswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa inovasi sisa-sisa insan purba yaitu tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang mengatakan pemiliknya telah berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak simpanse (600 cc) dan otak insan modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bab belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, mengambarkan otak yang belum berkembang. Pada bab belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antartulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa.
Selain tempat-tempat di atas, peninggalan insan purba tipe ini juga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; dan Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. Temuan Homo erectus juga ditemukan di Ngandong, yaitu sebuah desa di tepian Bengawan Solo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Tengkorak Homo erectus Ngandong berukuran besar dengan volume otak rata-rata 1.100 cc. Ciri-ciri ini mengatakan Homo erectus ini lebih maju jikalau dibandingkan dengan Homo erectus yang ada di Sangiran. Manusia Ngandong diperkirakan berumur antara 300.000-100.000 tahun.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis insan purba yang pernah hidup di zaman pra-aksara antara lain sebagai berikut.
No. | Jenis Manusia Purba | Peneliti | Tempat dan Tahun Penemuan | Keterangan |
1. | Meganthropus Palaeojavanicus | Von Koenigswald | Sangiran, Tahun 1936 - 1941. | Tidak berdagu, Volume otak sekitar 650 cc, Sendi sendi yang besar dan tonjolan belakang yang tajam, Tubuhnya tegap dan kekar, Rahang dan geraham yang besar dan kuat, Mempunyai tulang pipi yang kuat, Tulang keningnya menonjol, Hidup berkelompok dan berpindah pindah, Diperkirakan tinggi tubuh lebih dari 180 cm, Makanan utamanya yaitu tumbuh-tumbuhan, bentuk tubuhnya yang lebih besar dibandingkan insan purba lainnya |
2. | Pithecanthropus Erectus | Eugene Dubois. | Trinil, Jawa Tengah. Tahun 1890. | Tidak berdagu, Bentuk hidung tebal, Tulang pipi yang tebal, Tulang rahang dan gigi Kuat, Volume otak sekitar 900 – 1.300 cc, Berat tubuh sekitar 100 kg, Tingi Badan Sekitar 165-180 cm, Bentuk tubuh dan anggota tubuh tegap, tapi tidak setegap meganthropus, Kening Menonjol, Bagian belakang kepala tampak menonjol |
3. | Pithecanthropus mojokertensis | Von Koenigswalg | Perning, Mojokerto, Jawa Timur. Tahun 1936 – 1941 | Badan tegap, tetapi tidak ibarat Meghanthropus. Tinggi badannya 165-180 cm. Tulang rahang dan geraham besar lengan berkuasa serta bab kening menonjol. Tidak memiliki dagu. Volume otak belum tepat ibarat jenis homo, yaitu 750 -1.300 cc. Tulang atap tengkorak tebal dan berbentuk lonjong. |
4. | Pithecanthropus soloensis | Von Koenigswalg & Weidenreich | Lembah sungai Bengawan Solo. Tahun 1931-1934 | Berbadan tegap. Muka menonjol ke depan. Kening tebal. Tulang pipi kuat. |
5. | Pithecanthropus robustus | Von Koenigswald | Trinil, lembah sungai Bengawan Solo | Tinggi tubuh sekitar 165-180 cm. Volume otak berkisar antara 750-1000 cc. Bentuk tubuh dan anggota tubuh tegap. Geraham besar dengan rahang yang besar lengan berkuasa Bentuk tonjolan kening tebal. Bagian belakang kepala tampak menonjol |
6. | Homo sapiens | Von Rietschoten | Wajak, Tulungagung,Jawa Timur. Tahun 1889 | Tinggi tubuh 130-210 cm. Berat tubuh 30-159 kg. Volume otak 1350 – 1450cc. Otot kunyah, gigi, rahang sudah menyusut. Tonjolan kening sudah berkurang dan sudah berdagu |
7. | Homo soloensis | Von Koenigswald & Weidenrich | Disekitar sungai Bengawan Solo. Tahun 1931-1934 | Volume otaknya antara 1000 – 1200 cc, Tinggi tubuh antara 130 – 210 cm, Otot tengkuk mengalami penyusutan, Muka tidak menonjol ke depan, Berdiri tegak dan berjalan lebih sempurna. |
8. | Homo wajakensis | B.D. van Rietschoten | Wajak, Jawa Timur. Tahun 1889 | Tinggi tubuh 130-210cm. Berat tubuh 30-150kg. Volume otak 1300cc. |
9. | Homo floresiensis | Th. Verhoeven | Liang Bua Manggarai, Flores. Tahun 1958 | Tengkorak yang panjang dan rendah, berukuran kecil, dengan volume otak 380 cc. |
Mengenal Insan Purba
Reviewed by dannz
on
7:28 AM
Rating: