Tenun yakni proses pembuatan kain dari helaian benang pakan (melintang) dan benang lungsin (membujur) yang sebelumnya diikat dan dicelupkan ke dalam zat pewarna alami. Tenun merupakan hasil kerajinan insan di atas kain yang terbuat dari benang, serat kayu, kapas, sutera, dan lain-lain. Kualitas sebuah tenunan biasanya bergantung pada materi dasar, motif, keindahan tata warna, dan ragam hiasnya. Tenun ini berkaitan dengan budaya, kepercayaan, lingkungan, pengetahuan dan lain-lain. Beberapa teknik menenun beberapa teknik menenun yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yakni teknik tenun datar, tenun ikat dan teknik benang tambah.
Asal mula inovasi teknik tenun diilhami oleh sarang laba-laba. Sejak ketika itu, penguasa Mesir di tahun 2500 SM memerintahkan rakyatnya untuk menciptakan bentuk yang serupa untuk menciptakan busana para darah biru pada ketika itu. Tenun ikat mulai diperkenalkan ke Eropa sekitar tahun 1880 oleh Prof. A.R Hein dengan nama Ikatten. Sejak itu, nama “ikat” menjadi terkenal di mancanegara sebagai sebuah istilah internasional untuk menyebut jenis tenunan dengan memakai teknik ini.
Pada zaman dahulu, berdasarkan Warming dan Gaworski, tenunan dengan desain ikat pakan diterapkan di Indonesia dibawa oleh pedagang Islam India dan Arab ke Sumatra dan Jawa, terutama di kawasan yang letaknya strategis. Pada ketika itulah, awal mulanya berkembang seni tenun yang memakai sutera dan benang emas. Daerah itu di antaranya Sumatra dan Kepulauan Riau. Bahkan, di Palembang semenjak era ke-15 telah ditanam pohon murbei dan peternakan ulat sutera. Jenis tenun dengan benang emas ini dikenal dengan songket.
Fungsi dari kain tenun adalah:
- Sebagai alat melindungi tubuh, Fungsi kain tenun ini sebagai busana untuk penggunaan sehari-hari dan mentupi badan.
- Sebagai alat pengungkapan diri (jati diri dan penampilan),
- Alat upacara adat. Contoh kawasan yang memakai kain tenun sebagai pakaian adat. Antara lain, kain tenun sasak dan kain tenun bayan dari Lombok, kain tenun grinsing dari Bali dan juga masih banyak kawasan lainnya.
Kain tenun mempunyai corak ragam hias yang sangat beragam. Pada umumnya, desain motif atau ragam hias yang diterakan pada kain tenun ini berupa motif geometris dan stilasi tanaman dan meander. Terdapat pula motif hewan tertentu ibarat banyak sekali jenis burung, reptilia, dan naga. Ada juga motif burung abang tua, burung merak, burung phoenix, ayam, itik, motif naga dan adminp burung garuda dan sebagainya. Ragam hias tersebut merupakan ciri khas wilayah setempat dan biasanya mempunyai makna tertentu.
Jenis-jenis Kain Tenun Nusantara
Jenis tenun dihasilkan dari peralatan ataupun teknik yang dipergunakan dalam menenun benang lungsi dan benang pakan. Beberapa jenis kain tenun yang terdapat di Nusantara antara lain sebagai berikut.
- Tenun Sederhana. Tenun ikat sederhana yakni hasil tenunan yang dihasilkan dari benang pakan masuk keluar kedalam benang lungsi dengan ritme yang sama. Tenun jenis ini biasanya berupa tenun polos tanpa corak atau dengan corak garis-garis, kotak-kotak sesuai dengan warna dan jenis benang yang dipakai. Tenun jenis ini juga sering disebut tenun lurik (garis-garis) atau tenun poleng (kotak-kotak). Tenun ini banyak dijumpai di kawasan Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Tenggara.
- Tenun Ikat Lungsi. Tenun ikat lungsi yakni tenun yang dibentuk dengan cara benang lungsi diikat dengan tali kemudian dicelup. Setelah mengering pada bab yang diikat tali dibuka ikatannya dan dicolet dengan warna yang diinginkan. Setelah kering benang ditata pada alat tenun dan ditenun dengan benang pakan warna tertentu. Hasil tenun ikat lungsi banyak dijumpai dari kawasan NTB, NTT, Maluku, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat , Sulawesi Utara, Papua Barat.
- Tenun Ikat Pakan. Tenun ikat pakan yakni tenun yang dibentuk dengan cara mengikat benang pakan dengan tali kemudian dicelup, Setelah kering, kemudian ditenun pada bentangan benang lungsi yang sudah tertata pada alat tenun. Hasil tenun ikat pakan banyak dijumpai dari kawasan Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah.
- Tenun Ikat Ganda (ikat lungsi dan pakan). Tenun ikat ganda yakni tenun yang dibentuk memakai kombinasi teknik ikat lungsi dan ikat pakan. Hasil celupan kedua teknik tersebut digabungkan dalam proses penenunannya, sehingga corak akan terbentuk dari persilangan benang lungsi dan benang pakan yang bertumpuk pada titik pertemuan corak yang dikehendaki. Hasil tenun ikat ganda sanggup dijumpai dari Bali (Tenganan),Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
- Tenun Songket. Tenun songket yakni tenun dengan teknik menambah benang pakan sebagai hiasan, yaitu dengan menyisipkan benang perak, emas, tembaga atau benang warna diatas benang lungsi. Penempatannya tergantung dari corak yang diinginkan, ada kalanya penuh dengan banyak sekali ragam hias, atau beberapa bab kain saja dan kadangkala dipadu dengan teknik ikat. Tenun songket banyak terdapat di kawasan Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku Utara. Tenun songket kombinasi ikat pakan terdapat di kawasan Bengkulu tenun Cual), Sumatera Selatan (tenun Limar).
a. Alat Produksi Tenun
Berdasarkan cara mengoperasikannya alat tenun tadisional dibagi menjadi dua. Alat produksi tenun pokok yang biasa digunakan yakni ibarat berikut.
- Gedogan yakni alat tenun yang pada bab ujungnya diikatkan pada tubuh penenun. Ujung lainnya dipasang pada bab rumah atau pohon. Oleh alasannya yakni itu, kain yang dihasilkan mempunyai lebar maksimum 80 cm sesuai dengan jangkauan tangan penenun. Penenun dengan gedogan umumnya dilakukan oleh kaum wanita ketika menunggu panen.
- ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) ; Alat tenun yang sanggup bangun sendiri. Alat ini mempunyai bingkai-bingkai persegi yang mengikat sejumlah kawat berlubang tempat lewat benang lungsin. Alat tenun ini dilengkapi dengan seperangkat pedal (tijakan) yang berfungsi untuk menaikturunkan bingkai lungsin.
Peralatan pelengkap yakni alat bantu yang digunakan sebelum dan setelah proses pembuatan tenun. Alat tersebut yakni penggulung benang yang disebut ‘ani’ dan alat penggulung kain hasil tenunan yang berbentuk kayu lingkaran dengan panjang sekitar 1 meter dan berdiameter 5 cm.
Bahan yang digunakan untuk menciptakan tenun terdiri dari benang yang sudah diberi warna dan sudah dipintal. Bahan dasar kain tenun yakni benang tenun yang disebut benang ‘lusi’ atau ‘lungsin’. Benang tersebut satuan ukurannya disebut palu. Hiasannya (songketnya) memakai benang ‘makao’ atau benang ‘pakan’. Benang tersebut satuan ukurannya disebut pak. Benang lusi dan makao itu intinya berbeda, baik warna, ukuran maupun materi seratnya.
c. Proses Pembuatan Tenun
Proses pembuatan tenun diawali dengan proses megolah benang pakan dan benang lungsi. Kedua benang tersebut sebelum ditenun biasanya diberi warna sesuai dengan motif yang akan dibuat. Urutan menciptakan benang lungsi yakni ibarat berikut.
- Membentang benang lungsi pada alat perentang, kemudian benang diberi tanda pada bagian- bab yang akan diikat sesuai dengan corak.
- Mengikat benang lungsin yang sudah ditandai.
- Mencelup dalam larutan warna benang yang sudah dilepas dari bentangan.
- Melepaskan ikatan setelah benang kering.
- Benang yang sudah bercorak digulung dengan alat penggulung lungsin (bom) kemudian dipasang pada alat tenun. Setelah terpasang, corak hasil ikatan akan terlihat jelas.
- Menenun dengan benang pakan warna polos.
Urutan menciptakan benang pakan yakni ibarat berikut.
- Membentang benang pakan pada alat perentang, kemudian kumpulkan benang pakan itu ditandai berdasarkan corak.
- Mengikat kumpulan benang pakan yang sudah ditandai.
- Melepas kumpulan benang dari bentangan dan mencelupnya dalam larutan warna.
- Mengeringkan ikatan benang yang sudah dicelup.
- Melepas ikatan.
- Menggulung benang yang sudah bercorak pada kumparan.
- Menenun benang lungsin warna polos.
Proses menenun memakai ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dilakukan dengan cara penyilangan benang pakan diantara benang lungsi, diubahsuaikan dengan rujukan atau desain yang diinginkan, sampai menjadi kain. Proses penenunan dilakukan melalui beberapa gerakan pokok yaitu:
- Sebagai proses awal dilakukan pemasangan benang pada bom (gulungan) lungsi menuju bom kain dan dilakukan juga pemisahan benang dengan nomor ganjil dengan benang nomor genap.
- Membuka lisan lungsi dikerjakan dengan memisahkan benang-benang lungsi ke dalam mata gun. Mata gun dibagi menjadi dua bagian, bab yang satu ditarik ke atas dan bab yang lainnya ditarik ke bawah. Hal ini akan sanggup bergerak otomatis apabila dilakukan satu injakan pada alat tenun tersebut.
- Meluncurkan teropong untuk menempatkan benang pakan diantara benang lungsi yang telah terbuka, namun di dalam teropong sebelumnya telah diisi dengan benang dalam bentuk paletan. Setiap peluncuran benang pakan selalu diikuti penyilangan-penyilangan benang lungsi.
- Pengentakan sisir bantingan dimaksudkan untuk merapatkan benang pakan dengan cara injakan diinjak, teropong diluncurkan, injakan dilepas dan dilakukan pengentakan.
- Penguluran lungsi dari bom lungsi, mengingat benang lungsi yang menganyam akan semakin tegang, maka benang lungsi perlu dikendorkan biar proses penenunan sanggup berlanjut dan sekaligus dilakukan penggulungan kain ke dalam bom penyimpan atau penggulung kain.
Setelah proses penenunan selesai dilanjutkan dengan proses simpulan (finishing). Proses Finishing yakni proses penyempurnaan pada hasil tenunan. Proses finishing mencakup menghilangkan sambungan benang yang terlalu besar pada kain biar menjadi lebih baik, bertujuan meningkatkan kualitas kain.
Produk Kerajinan Fungsi Pakai Tenun
Reviewed by dannz
on
10:33 PM
Rating: