Drama ialah ragam sastra dalam bentuk obrolan yang dimaksudkan untuk dipertunjukkan di atas pentas. Salah satu komponen yang diharapkan untuk mementaskan sebuah drama ialah naskah drama. Naskah drama berisi kisah yang disusun dalam bentuk dialog. Naskah drama biasanya mengandung beberapa unsur pokok, ibarat pelaku (tokoh), obrolan (percakapan), dan keterangan (latar, kostum, aksesoris), serta keterangan lakuan (akting). Naskah drama dibentuk oleh pengarang (sastrawan) sebagai karya sastra. Naskah atau teks lakon drama memuat pesan-pesan pengarang ihwal pengalamannya untuk menerima jawaban dari pembacanya atau penggarapnya. Pesan-pesan itu berupa nilai-nilai yang terhimpun dalam ide-ide. Sementara tema lakon merupakan seperangkat ide-ide yang dikomunikasikan kepada publik.
Berikut ini pola naskah drama yang berbentuk narasi. Bhisma, ialah tokoh besar dalam kisah Mahabharata. Ia ialah Putra Mahkota, buah perkawinan Prabu Santanu, Raja Hastina dengan Dewi Gangga. Bhisma Menjadi ikon penting, bahkan mungkin yang utama, dari kisah kepahlawanan dalam Mahabharata. Ia menjadi termasyur bukan lantaran tahta, lantaran justru Bhismalah yang mengajarkan bahwa Kepahlawanan bukan sesuatu yang ditakdirkan, bukan sesuatu yang ada lantaran keterkondisian, bukan lantaran sesorang ialah Raja, Puta Mahkota, Parjurit dsb. Kepahlawanan ialah sebuah pilihan.
“Siang itu matahari sangat terik memperabukan semangat akseptor lomba demi mendapatkan tiga gadis kembar nan manis rupawan. Bhisma sebagai akseptor terakhir lantaran akseptor yang lainnya semua tumbang tak ada yang bisa mengalahkan dua raksasa gagah perkasa jelmaan dari tali ari-ari dan air ketuban ketiga gadis kembar itu (Amba, Ambika, dan Ambalika).
“Siang itu matahari sangat terik memperabukan semangat akseptor lomba demi mendapatkan tiga gadis kembar nan manis rupawan. Bhisma sebagai akseptor terakhir lantaran akseptor yang lainnya semua tumbang tak ada yang bisa mengalahkan dua raksasa gagah perkasa jelmaan dari tali ari-ari dan air ketuban ketiga gadis kembar itu (Amba, Ambika, dan Ambalika).
Mereka terlahir untuk mencarikan jodoh ketiga gadis kembar itu melalui sayembara. Sudah kehendak cerita, Bhisma memenangkan sayembara itu dan memboyong hadiah berupa tiga gadis kembar yang cerdas itu. Namun ternyata usaha Bhisma untuk mendapatkan hadiah itu bukan untuk dirinya. Melainkan untuk adik sepupunya yang merupakan putra mahkota dari kerajaan Hastina sekaligus pewaris tahta. Mereka ialah Citranggada dan Wicitrawirya.
Bhisma memboyong ketiga gadis kembar itu untuk kemudian dipersembahkan kepada ibu suri (Setyawati). Tiba di keraton Hastina disambut oleh Setyawati dan kedua anaknya yang menunggu kedatangan Bhisma serta gadis hadiah lomba untuk dijadikan isterinya. Ambika dijodohkan dengan Citranggada, Ambalika dijodohkan dengan Wicitrawirya, sedangkan Amba...?
Sebenarnya Amba sangat tertarik pada Bhisma semenjak pandangan pertamanya di arena lomba, namun adminng Bhisma telah bersumpah untuk tidak beristeri demi kelangsungan keturunan darah Kuru. Amba sadar, tetapi hatinya juga telah bersumpah untuk mengabdi pada lelaki yang memenangkan lomba. Kegagahan, ketampanan, kewibawaan Bhisma menciptakan seluruh perempuan luluh di depannya tidak terkecuali Amba. Hasrat cinta Amba pada Bhisma ialah hal yang manusiawi, namun asmara itu hanya menjadi ceritera indah. Hanya menjadi bunga-bunga yang segar di taman tak pernah menjadi buah.
Amba selalu ingin bersama Bhisma lantaran sumpah dan asmaranya yang menggebu. Sebaliknya Bhisma merasa terganggu dengan kehadirannya dan takut disangka tidak setia pada sumpah. Bagaimana orang lain beropini ihwal Bhisma kesatria yang gagah perkasa dan sangat disegani seluruh rakyat Hastina kalau tertangkap berair selalu bersahabat dengan Amba. Harga diri dan kemuliaan hidup bagi Bhisma ialah harga mati. Begitupun Amba, kesejatian cinta yang telah tercurahkan seluruhnya kepada Bhisma ialah pilihan hidupnya. Dua konsep hidup yang ideal dari kedua makhluk ini menciptakan susah untuk dipikirkan termasuk bagi penafsir cerita. Dengan demikian mari kita biarkan ceritera itu mengalir sesuai dengan kehendaknya”. (Kiki Sukanta, April 2012).
Tema lakon : Cinta
Ide/gagasan : Kua konsep hidup yang maha ideal dari dua manusia
Nilai-nilai : Kesetiaan, setia pada sumpah, setia pada negara, setia
tokoh utama : Bhisma
Tokoh lawan : Dewi amba
Setelah Anda analisis narasi di atas, selanjutnya Anda buat obrolan dengan gaya bahasa sendiri. Berapa tokoh yang dianggap penting hadir dalam adegan yang Anda buat. Kemudian ibarat apakah dialog-dialog yang diucapkan para tokoh kisah untuk mengusung nilai-nilai yang dipesankan pengarang. Seperti apakah aksara tokoh yang ada dalam cerita, dan suasana adegan ibarat apakah yang Anda inginkan? serta perkakas apa saja yang dibutuhkan untuk memperkuat adegan?
Kisah Cinta Bhisma dan Dewi Amba
Kisah Cinta Bhisma dan Dewi Amba
Seting | : | Balairung kerajaan Hastina |
Narator | : | Bisma merupakan putra dari Prabu Sentanu dengan Dewi Gangga, nama aslinya ialah Dewabrata. Dewabrata merupakan putra mahkota dari kerajaan Astina. Suatu dikala tibalah hari dimana Dewabrata akan diangkat menjadi raja Astina menggantikan sang ayah Prabu Sentanu. Namun tak disangka datanglah Dewi Setyawati membawa anak kemudian berbicara pada Prabu Sentanu yang didampingi oleh Dewi Durgandini. |
Dewi Setyawati | : | "Wahai Prabu, ingatkah dahulu siapa yang menolongmu dikala terluka di hutan? Akulah orangnya kemudian anak yang kubawa ini ialah putramu" |
Prabu Sentanu | : | "Lalu kini apa maumu ?" |
Dewi Setyawati | : | "Jadikan ia Raja!" |
Dewabrata sadar bahwa Ayahnya tidak sanggup memungkiri janjinya, maka dengan lapang dada Ia menyerahkan takhta Astina pada adik Tirinya. | ||
Dewi Durgandini | : | "Aku mempercayai ketulusan Dewabrata yang memperlihatkan Takhta Astina pada anakku, namun bagaimana dengan keturunannya nanti ? Akankah anak-anaknya akan menjadi Raja ? (Layar tutup) |
Setinga | : | Balairung Kerajaan Hastinapura |
Narator | : | Karena cintanya kepada kerajaan dan Ayahnya, Dewabrata bersumpah untuk tidak menikah hingga dirinya mati. Sumpah ini dikenal dengan sumpah Brahmacahya. Gemparlah seluruh jagad raya, dan semenjak dikala itu ia dikenal dengan nama Bisma yang berarti 'menggemparkan'. Sejak dikala itu, Bisma mendapatkan 'Aji Swacandomarono' yaitu aji dimana ia bisa mati hanya atas kemauannya sendiri. |
Bhisma | : | "Demi bangsa dan negara saya bersumpah saya tidak akan menikah hingga saya mati. Aku tidak mau keturunanku menjadi raja yang sanggup menjadikan perselisihan diantara saudara". (Layar tutup) |
Seting | : | Alun-alun Kerajaan kasi |
Narator | : | Waktupun berlalu, hingga suatu ketika Bisma mengikuti sayembara di Kerajaan Kasi untuk mendapatkan 3 Putri dari Kerajaan tersebut kemudian akan dijadikan permaisuri bagi adik tirinya. 3 putri tersebut ialah Dewi Amba, Dewi Ambika, dan Dewi Ambalika. Pada hari sayembara, di alun-alun Kerajaan Kasi berkumpul putra-putra mahkota dari Kerajaan Kosala, Wangsa, Pundra, Kalingga dan lain-lain. Satu per satu mereka berperang-tanding melawan Bhisma, namun semuanya kalah. Segera sehabis mengalahkan semua putra mahkota, Bhisma membawa ketiga putri jelita itu dan melarikan mereka dengan keretanya yang termasyhur. |
Bhisma | : | "Ikutlah kalian bertiga bersama admin ke Hastinapura, lantaran saya telah memenangkan sayembara". |
Dewi Amba | : | "Ya, tuanku, kami bertiga akan ikut Anda ke kerajaan Hastinapura. Kami bertiga akan menjadi istri dari adik Anda. Kami menepati komitmen yang disampaikan sebelum sayembara dilaksanakan". (Layar tutup) |
Setinga | : | Hutan di Kerajaan Kasi |
Narator | : | Belum lagi jauh dari arena sayembara Kerajaan Kasi, mereka dihadang Raja Salwa dari Kerajaan Saubala. Raja itu menantang Bhisma untuk bertarung. Sebenarnya, Raja Salwa sudah menjalin kasih dengan Amba dan Amba yang jelita telah menentukan Salwa sebagai calon suaminya. Setelah perkelahian sengit, Salwa takluk dan menyerah. Bhisma mengangkat senjata, hendak membunuh, tetapi dicegah oleh Amba. Karena seruan putri itu, Bhisma urung membunuh Salwa. |
Dewi Amba | : | "Janga bunuh dia, Bhisma. Sebagai seorang Ksatria dilarang membunuh musuh yang sudah tidak berdaya. Sekali lagi lepaskanlah dia". |
Bhisma | : | "Ya, saya sadar dan saya tidak akan membunuh dia, Dia akan kubiarkan hidup lantaran seruan Dewi". (Layar tutup) |
Seting | : | Balairung kerajaan Hastinapura |
Narator | : | Sesampainya di Hastina Pura, Bisma menyerahkan ketiga putri kepada adiknya Vicitavirya. Namun, Dewi Amba menciptakan pengukuhan bahwa ia telah mengalungkan bunga kepada Raja Salwa sebagai tanda telah memilihnya sebagai suami. Vicitavirya merasa tidak etis untuk memperistri perempuan yang telah menyimpan hati untuk orang lain. |
Dewi Amba | : | "Maafkan hamba tuanku, hamba ingin menciptakan pengukuhan bahwa sebelum sayembara hamba telah menambatkan hati hamba kepada seorang kesatria berjulukan Prabu Salwa. Sekali lagi hamba mohon maaf atas keadaan ini". |
Prabu Vicitavirya | : | "Saya memahami yang Dinda alami, sebagai seorang ksatria admin tidak akan merusak kebahagian yang seharusnya Dinda rasakan dengan orang yang dicintai. Untuk itu kembalilah Dinda kepada Prabu Salwa, admin rela dan tulus demi kebahagiaan Dinda". (Layar tutup) |
Seting | : | Balairung kerajaan Saubala |
Narator | : | Bisma mengirim utusan untuk mengantar Dewi Amba kepada Raja Salwa. Sesampainya di kerajaan Saubala Dewi Amba menghadap Prabu Salwa. |
Dewi Amba | : | “Sejak semula hamba telah memutuskan hati untuk mengabdikan diri, lahir dan batin kepada Tuanku. Pangeran Bhisma mendapatkan penolakan hamba dan mengantarkan hamba ke hadapan Tuanku. Jadikanlah hamba permaisuri Tuanku berdasarkan fatwa kitab-kitab suci sastra.” |
Prabu Salwa | : | “Bhisma telah menaklukkan saya dan telah melarikan engkau di depan umum. Aku merasa sangat terhina. Karena itu, saya tidak bisa mendapatkan engkau menjadi istriku. Sebaiknya engkau kembali kepada Bhisma dan lakukan apa yang ia perintahkan.” (Layar tutup) |
Seting | : | Taman Hastinapura |
Narator | : | Dewi Amba kembali ke Hastina Pura dan meminta Bisma untuk menikahinya, namun Bisma tidak sanggup melanggar sumpahnya untuk tidak menikah seumur hidup. Bhisma menenangkan gadis yang menangis dihadapannya ini dengan penuh kelembutan. Ia kasihan padanya. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Air matanya telah membuatnya menangis, air mata yang ia tangiskan sendiri tidak keluar tapi terdapat dalam hatinya. Ia menyesal lantaran perempuan ini kehidupannya telah hancur lantaran dirinya. Ia berkata lembut padanya. |
Bhisma | : | “Aku turut bersedih atas semua yang telah terjadi. Aku tidak bisa menikahimu. Kau tahu bahwa saya telah bersumpah untuk menjadi seorang brahmacahya sepanjang hidupku. Bagaimana saya bisa menikahimu?" |
Dewi Amba | : | "Mengapa engkau mengikuti sayembara kalau kamu tak mau bersamaku ?" |
Bhisma | : | "Seandainya engkau memberitahu saya bahwa kamu telah menentukan suamimu, hal ini tidak akan terjadi. Aku niscaya akan menikahimu, kalau segalanya berbeda. Tetapi sekarang, saya terikat sumpahku. Aku tidak bisa membantumu ibarat yang engkau inginkan.” |
Dewi Amba | : | "Aku hanya ingin bersamamu Bisma" |
Bhisma | : | "Aku mustahil bersamamu dan menikahimu Amba, saya telah bersumpah Brahmacahya, saya tak akan menikah hingga saya mati" |
Narator | : | Dewi Amba terus membujuk supaya Bisma menikah dengannya dan bukan adik tiri Bisma. Bisma menjadi bingung, Ia kemudian mengeluarkan kerisnya untuk sekedar menakut-nakuti Dewi Amba. Namun yang terjadi, Dewi Amba tidak sengaja tertusuk keris milik Bisma kemudian mati. Sebelum kematiannya, Dewi Amba bersumpah bahwa ia akan bereinkarnasi dan ia sendirilah yang akan membunuh dan menjemput Bisma dikala kematiannya. |
Bhisma | : | “Sudahlah Amba, tolong jangan mendekat lagi, Atau saya tak akan segan-segan keris ini membunuhmu kalau terus memaksaku.”(mengacungkan keris) |
Dewi Amba | : | “Baiklah, (sambil memejamkan mata) Cepat Bunuhlah aku, lebih baik saya mati dengan Bahagia di tanganmu, dari pada harus menanggung aib kembali ke kerajaan Kasi ataupun Hastinapura."(merangkul Bhisma, keris menembus perut Dewi Amba) |
Bhisma | : | “Ambaaaa..., Maafkan aku, Amba... sejujurnya saya menginginkanmu. Tolong bertahanlah Amba (terus membasuh luka darah di dada Amba yang sekarat), Maafkan...maafkan aku..” |
Dewi Amba | : | “Bismaaaaa...(ucapnya lirih), ingatlah..., saya bersumpah terlahir (reinkarnasi) sebagai anak Raja Drupada, akan ikut dalam perang Pandawa dan Korawa, dan saya sendiri yang akan membunuh dan menjemput kematianmu nanti..., Bismaa..., kita akan bersama selamanyaa...” (nafasnya pun terhenti, Amba tiada). |
Bhisma | : | "Amba (air mata terus meleleh), saya akan menunggumu..., saya siap mati dijemput olehmu. “AMBAAAAAA....!!!!!!” (Teriakan perih sedih di hati Bisma, memecah taman Hastinapura yang sunyi nan sendu diselimuti kabut dengan hujan gerimis yang turun seketika dari langit.) |
Bertambah kalutlah perasaan Bisma mengetahui orang yang ia cintai mati ditangannya sendiri. Namun apalah daya seorang Bisma, ia ialah ksatria, ia harus setia dengan sumpahnya. Bisma diselimuti perasaan bersalah alasannya ialah sudah memperlihatkan impian palsu pada Dewi Amba dan menciptakan hidupnya menjadi kacau. Singkat cerita, dikala perang Baratayudha, Bisma menjadi panglima Kurawa, alasannya ialah ia menepati janjinya bahwa akan melindungi Astina siapapun Rajanya. Walau di dalam hatinya Bisma tidak pernah oke pada perbuatan dan tindakan Kurawa. Setelah mati, Dewi Amba bereinkarnasi dalam badan Srikandi, dikala perang Baratayudha inilah Bisma berhadapan dengan Srikandi. Ia melihat jiwa Dewi Amba pada raga Srikandi, pada dikala itulah ia menyadari bahwa waktunya telah tiba, Amba telah tiba menjemputnnya. Betapa bahagianya ia ketika panah Pasopati milik Arjuna diluncurkan oleh Srikandi dan menancap di dadanya. Bisma merasa bahwa inilah saatnya ia terlepas dari tanggung jawab sumpahnya sendiri dan ia bisa menjalin cintanya yang sempat tertunda di kehidupan selanjutnya. Dewi Amba menantinya dengan tersenyum dan merekapun bersama bergandengan tangan menuju kehidupan selanjutnya. Bisma gugur sebagai ksatria sejati |
Naskah Drama Dewi Amba Dan Bhisma
Reviewed by dannz
on
7:36 PM
Rating: