Kemerdekaan Republik Indonesia memang sudah diproklamasikan semenjak 17 Agustus 1945. Tapi semenjak itu belum juga Belanda angkat kaki dari bumi Nusantara. Baru pada 29 Juni 1949, segenap rakyat Indonesia sanggup mengawali kebebasan dari cengkeraman Belanda.
Sebagai pelaksanaan dari kesepakatan Roem-Royen, maka pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda ditarik mundur ke luar Yogyakarta dan Tentara Nasional Indonesia masuk ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya tentara Belanda dan masuknya Tentara Nasional Indonesia ke Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno danmWakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
Sebagai pelaksanaan dari kesepakatan Roem-Royen, maka pada tanggal 29 Juni 1949, pasukan Belanda ditarik mundur ke luar Yogyakarta dan Tentara Nasional Indonesia masuk ke Yogyakarta. Peristiwa keluarnya tentara Belanda dan masuknya Tentara Nasional Indonesia ke Yogyakarta dikenal dengan Peristiwa Yogya Kembali. Presiden Sukarno danmWakil Presiden Moh. Hatta ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949.
Peristiwa Yogya Kembali sangat dekat kaitannya dengan banyak sekali insiden dalam mempertahankan kemerdakaan RI. Dimulai dari insiden Agresi Militer Belanda Kedua hingga Serangan Umum 1 Maret 1949. Berikut kronologis singkat dari insiden Yogya Kembali.
- Pada tanggal 18 Desember 1948 : Dr. Beel menyatakan tidak terikat lagi dengan perjanjian Renville.
- 19 Desember 1948 : Belanda melancarkan agresinya yang kedua dengan menggempur ibu kota RI, Yogyakarta. Dalam insiden ini, pemimpin RI ditawan oleh Belanda dan Yogyakarta dikuasai oleh Belanda.
- 19 Desember 1948 : Didirikan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi. PDRI yaitu pemerintahan Republik Indonesia periode 22 Desember 1948 - 13 Juli 1949, dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara yang disebut juga dengan Kabinet Darurat.
- 23 Desember 1948 : PDRI bersedia memerintahkan penghentian tembak menembak dan memasuki meja perundingan.
- 28 Januari 1949 : Belanda tidak mengindahkan Resolusi DK PBB wacana penghentian tembak menembak alasannya yakin RI hanya tinggal namanya saja.
- 1 Maret 1949 : TNI melaksanakan serangan besar-besaran terhadap Belanda di Yogyakarta. Peristiwa ini dikenal dengan nama Serangan Umum 1 Maret 1949 yg berlangsung selama 6 jam. Pasukan Belanda sanggup ditarik dari Yogyakarta.
- 7 Mei 1949 : Diadakan Persetujuan Roem-Royen oleh ketua delegasi Indonesia Mr. Moh. Roem dengan ketua delegasi Belanda Dr. Van Royen. Salah satu pernyataan dari Dr. Van Royen dalam persetujuan ini yaitu “Belanda menyetujui kembalinya Pemerintah RI ke Yogyakarta.”
- 29 Juni 1949 : Ditariknya tentara pendudukan Belanda dari ibukota RI Yogyakarta.
- 6 Juli 1949 : Setelah kota Yogyakarta dikuasai penuh oleh TNI, barulah para pemimpin RI kembali ke Yogyakarta.
- 10 Juli 1949 : Sedangkan Panglima Besar Jendral Sudirman gres masuk ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. Peristiwa ini dikenal dengan nama Peristiwa Yogya Kembali.
Ada tiga kelompok pimpinan RI yang dinantikan untuk kembali ke Yogyakarta. kelompok pertama yaitu Kelompok Bangka. Kedua yaitu kelompok PDRI dibawah pimpinan Mr. Syafruddin Prawiranegara. Kelompok ketiga yaitu angkatan perang dibawah pimpinan Panglima Besar Jenderal Sudirman.
- Kelompok Bangka yang terdiri dari Sukarno, Hatta, dan rombongan kembali ke Yogyakarta pada tanggal 6 Juli 1949, kecuali Mr. Roem yang harus menuntaskan urusannya sebagai ketua delegasi di UNCI, masih tetap tinggal di Jakarta.
- Rombongan PDRI mendarat di Maguwo pada 10 Juli 1949. Mereka disambut Moh. Hatta, Mr.Roem, Ki Hajar Dewantara, Mr. Tadjuddin serta pembesar RI lainnya.
- Pada tanggal 10 Juli 1949 rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman memasuki Desa Wonosari. Rombongan Jenderal Sudirman disambut kedatangannya oleh Sultan Hamengkubuwono IX, Soeharto dan dua orang wartawan, yaitu Rosihan Anwar dari Pedoman dan Frans Sumardjo dari Ipphos.
Pada esok harinya rombongan Pangeran Besar Jenderal Sudirman dibawa kembali ke Yogyakarta. Saat itu dia sedang menderita sakit dengan ditandu dan diiringi oleh utusan dan pasukan dia dibawa kembali ke Yogyakarta. Dalam kondisi letih dan sakit dia mengikuti upacara penyambutan resmi dengan mengenakan baju khasnya yaitu pakaian gerilya.
Upacara penyambutan resmi para pemimpin RI di Ibukota dilaksanakan dengan penuh khidmat pada 10 Juli. Sebagai pimpinan inspektur upacara yaitu Syafruddin Prawiranegara, didampingi oleh Panglima Besar Jenderal Sudirman dan para pimpin RI yang gres saja kembali dari pengasingan Belanda.
Pada 15 Juli 1949, untuk pertama kalinya diadakan sidang kabinet pertama yang dipimpin oleh Moh. Hatta. Syafruddin Prawiranegara secara resmi menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden RI Sukarno. Dengan demikian maka berakhirlah PDRI yang selama delapan bulan memperjuangkan dan mempertahankan eksistensi RI.
Demi mengenang insiden bersejarah “Yogya Kembali”, berkat gagasan Kolonel Soegiarto yang di lalu hari menjadi Wali Kota Yogya pada 1983, dibangun Monumen Yogya Kembali pada 29 Juni 1985, diiringi upacara penanaman kepala kerbau dan peletakan kerikil pertama oleh Sri Sultan HB IX.
Yogya Kembali Pintu Kebebasan Ri Dari Cengkeraman Belanda
Reviewed by dannz
on
3:16 PM
Rating: