Dalam kehidupan kita terdapat sesuatu yang dianggap berharga dan ingin diraih oleh setiap insan yaitu nilai. Nilai dalam sosiologi bukanlah onggokan angka yang tertera di buku rapor. Konsep nilai mempunyai arti yang penting bagi masyarakat. Nilai sanggup dipahami dalam dua pengertian: nilai sebagai kata benda (noun) dan nilai sebagai kata kerja (verb).
Untuk memahami pengertian nilai sebagai kata benda, cobalah kalian bandingkan antara kendaraan beroda empat dengan motor. Masyarakat menganggap kendaraan beroda empat lebih berharga dari motor. Ini berarti nilai sebuah kendaraan beroda empat lebih tinggi daripada nilai sebuah motor. Nilai yang menempel pada sebuah benda memperlihatkan kualitas (kebaikan dan keberhargaan) yang dikandung oleh benda tersebut.
Sedangkan nilai sebagai kata kerja (verb) sanggup kalian pahami dengan memerhatikan ketika berangkat sekolah kalian melihat seorang anak SD terserempet motor. Ada dua pilihan pada dikala itu, yaitu menolong anak SD atau bergegas menuju sekolah. Pilihan yang diambil mencerminkan keyakinanmu wacana sesuatu yang baik atau buruk, benar atau salah. Jadi, nilai mengandung standar normatif bagi individu dalam kehidupan sosialnya.
1. Pengertian Nilai Sosial
Koentjaraningrat (1981) mengartikan nilai sosial sebagai konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat penting
dalam hidup. Sementara itu, Charles F. Andrian (1992) mendefinisikan nilai sosial sebagai konsep-konsep umum mengenai sesuatu yang ingin dicapai, serta memperlihatkan petunjuk mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil.
Menurut C. Kluckhohn ibarat dikutip oleh M. Munandar Soelaeman (1987), semua nilai intinya mengenai lima duduk perkara pokok, yaitu:
Menurut Notonagoro ibarat dikutip oleh Koentjaraningrat (1975) membagi nilai menjadi tiga sebagai berikut.
Berdasarkan fungsinya, nilai sanggup dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu nilai integratif dan disintegratif.
3. Tolok Ukur Nilai Sosial
Setiap masyarakat mempunyai nilai yang berbeda - beda. Hal ini disebabkan setiap masyarakat mempunyai tolak ukur nilai yang berbeda - beda pula. Selain itu, perbedaan cara pandang masyarakat terhadap nilai mendorong munculnya perbedaan nilai. Misalnya, suatu masyarakat menjunjung tinggi anggapan wacana waktu ialah uang dan kerja keras. Sedang di masyarakat lain menganggap kedua hal tersebut tidak penting atau dianggap sebagai tanda-tanda materialisme.
Suatu nilai sanggup tetap dipertahankan apabila nilai tersebut mempunyai daya guna fungsional, artinya mempunyai kebermanfaatan bagi kehidupan masyarakat itu sendiri, ibarat pada teladan di atas. Dengan kata lain, tolok ukur nilai sosial ditentukan dari kegunaan nilai tersebut. Jika berkhasiat dipertahankan, jikalau tidak akan terbuang seiring dengan berjalannya waktu.
Sebagai contoh, dikala ini wanita bekerja di luar rumah sudah tidak dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan menyalahi kodrat. Salah satu alasannya lantaran desakan ekonomi keluarga sehingga banyak wanita bekerja di luar rumah. Pandangan masyarakat mulai berubah, nilai sosial pun berubah. Dalam hal ini, wanita yang hanya berperan di rumah dipandang sudah tidak lagi fungsional.
4. Ciri-Ciri Nilai Sosial
Ciri-ciri nilai sosial sebagai berikut.
5. Sumber Nilai Sosial
Dalam kajian sosiologi, nilai sosial yang diyakini individu sanggup bersumber dari Tuhan, masyarakat, dan individu. Untuk memahaminya lebih jauh, simaklah paparan berikut.
6. Peran Nilai Sosial
Di dalam masyarakat yang terus berkembang nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal akan memengaruhi kebiasaan - kebiasaan ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat. Ada beberapa tugas nilai sosial dalam kehiduan sehari-hari.
Untuk memahami pengertian nilai sebagai kata benda, cobalah kalian bandingkan antara kendaraan beroda empat dengan motor. Masyarakat menganggap kendaraan beroda empat lebih berharga dari motor. Ini berarti nilai sebuah kendaraan beroda empat lebih tinggi daripada nilai sebuah motor. Nilai yang menempel pada sebuah benda memperlihatkan kualitas (kebaikan dan keberhargaan) yang dikandung oleh benda tersebut.
Sedangkan nilai sebagai kata kerja (verb) sanggup kalian pahami dengan memerhatikan ketika berangkat sekolah kalian melihat seorang anak SD terserempet motor. Ada dua pilihan pada dikala itu, yaitu menolong anak SD atau bergegas menuju sekolah. Pilihan yang diambil mencerminkan keyakinanmu wacana sesuatu yang baik atau buruk, benar atau salah. Jadi, nilai mengandung standar normatif bagi individu dalam kehidupan sosialnya.
1. Pengertian Nilai Sosial
Koentjaraningrat (1981) mengartikan nilai sosial sebagai konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat penting
dalam hidup. Sementara itu, Charles F. Andrian (1992) mendefinisikan nilai sosial sebagai konsep-konsep umum mengenai sesuatu yang ingin dicapai, serta memperlihatkan petunjuk mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil.
Menurut C. Kluckhohn ibarat dikutip oleh M. Munandar Soelaeman (1987), semua nilai intinya mengenai lima duduk perkara pokok, yaitu:
- Nilai mengenai hakikat hidup manusia. Hakikat hidup berdasarkan setiap kebudayaan sanggup berbeda-beda. Karena itu ada yang berusaha memadamkan hidup. Sedangkan ada kebudayaan lain yang menganggap hidup sebagai suatu hal yang baik. Mereka berusaha mengisi hidupnya.
- Nilai mengenai hakikat karya amanusia.. Ada kebudayaan yang meyakini bahwa insan berkarya sebagai tujuan hidupnya. Ada pula kebudayaan yang menilai karya sanggup memperlihatkan kedudukan atau kehormatan.
- Nilai mengenai hakikat dari kedudukan insan dalam ruang dan waktu. Ada kebudayaan yang mementingkan orientasi masa lampau, ada pula kebudayaan yang berorientasi pada masa sekarang atau masa yang akan datang.
- Nilai mengenai hakikat dari relasi insan dengan alam sekitar. Sebagian kebudayaan menganggap insan harus mengeksploitasi alam atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin. Menurut kebudayaan yang lain, insan harus bersikap serasi dengan alam. Namun, ada juga kebudayaan yang memaksa insan untuk mengalah kepada alam.
- Nilai mengenai hakikat dari relasi insan dengan sesamanya. Dalam hal ini ada yang mementingkan relasi insan dengan insan lain yang sejajar. Ada pula yang mementingkan relasi dengan para pemimpin masyarakat.
Menurut Notonagoro ibarat dikutip oleh Koentjaraningrat (1975) membagi nilai menjadi tiga sebagai berikut.
- Nilai material, mencakup aneka macam konsepsi mengenai segala sesuatu yang berkhasiat bagi jasmani manusia.
- Nilai vital, mencakup aneka macam konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berkhasiat bagi insan dalam melakukan aneka macam aktivitas.
- Nilai kerohanian, mencakup aneka macam konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berafiliasi dengan kebutuhan rohani insan seperti: 1) nilai kebenaran, yakni yang bersumber pada nalar insan (cipta); 2) nilai keindahan, yakni yang bersumber pada perasaan (estetika); 3) nilai moral, yakni bersumber pada unsur kehendak (karsa); dan 4) nilai keagamaan (religiusitas), yakni nilai yang bersumber pada wahyu dari Tuhan.
Berdasarkan fungsinya, nilai sanggup dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu nilai integratif dan disintegratif.
- Nilai integratif . Nilai integratif ialah nilai-nilai di mana akan memperlihatkan tuntutan atau mengarahkan seseorang atau kelompok dalam perjuangan untuk mencapai keinginan bersama. Sifat nilai integratif dalam universal, contohnya sopan santun, tenggang rasa, kepedulian, dan lain-lain.
- Nilai disintegratif . Nilai disintegratif ialah nilai-nilai sosial yang berlaku hanya untuk sekelompok orang di wilayah tertentu. Jadi, sifat nilai disintegratif ialah lokal dan sangat etnosentris. Contoh: dalam hal memberi sesuatu kepada seseorang. Orang Prancis mendapatkan atau memberi dengan tangan kiri ialah sesuatu yang wajar, namun bagi orang Indonesia memberi dengan tangan kiri diartikan sebagai penghinaan.
3. Tolok Ukur Nilai Sosial
Setiap masyarakat mempunyai nilai yang berbeda - beda. Hal ini disebabkan setiap masyarakat mempunyai tolak ukur nilai yang berbeda - beda pula. Selain itu, perbedaan cara pandang masyarakat terhadap nilai mendorong munculnya perbedaan nilai. Misalnya, suatu masyarakat menjunjung tinggi anggapan wacana waktu ialah uang dan kerja keras. Sedang di masyarakat lain menganggap kedua hal tersebut tidak penting atau dianggap sebagai tanda-tanda materialisme.
Suatu nilai sanggup tetap dipertahankan apabila nilai tersebut mempunyai daya guna fungsional, artinya mempunyai kebermanfaatan bagi kehidupan masyarakat itu sendiri, ibarat pada teladan di atas. Dengan kata lain, tolok ukur nilai sosial ditentukan dari kegunaan nilai tersebut. Jika berkhasiat dipertahankan, jikalau tidak akan terbuang seiring dengan berjalannya waktu.
Sebagai contoh, dikala ini wanita bekerja di luar rumah sudah tidak dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan menyalahi kodrat. Salah satu alasannya lantaran desakan ekonomi keluarga sehingga banyak wanita bekerja di luar rumah. Pandangan masyarakat mulai berubah, nilai sosial pun berubah. Dalam hal ini, wanita yang hanya berperan di rumah dipandang sudah tidak lagi fungsional.
4. Ciri-Ciri Nilai Sosial
Ciri-ciri nilai sosial sebagai berikut.
- Merupakan hasil interaksi sosial antaranggota masyarakat.
- Bisa dipertukarkan kepada individu atau kelompok lain.
- Terbentuk melalui proses belajar.
- Bervariasi antarmasyarakat yang berbeda.
- Bisa berbeda pengaruhnya terhadap setiap individu dalam masyarakat.
- Bisa besar lengan berkuasa nyata atau negatif terhadap pengembangan langsung seseorang.
- Berisi anggapan-anggapan dari aneka macam objek di dalam masyarakat
5. Sumber Nilai Sosial
Dalam kajian sosiologi, nilai sosial yang diyakini individu sanggup bersumber dari Tuhan, masyarakat, dan individu. Untuk memahaminya lebih jauh, simaklah paparan berikut.
- Tuhan. Sebagian besar nilai sosial yang dimiliki masyarakat bersumber dari Tuhan. Nilai sosial ini disampaikan melalui ajaran-ajaran agama. Nilai-nilai sosial dari Tuhan memperlihatkan pedoman cara bersikap dan bertindak bagi manusia. Contohnya, nilai wacana hidup sederhana, kejujuran, berbuat baik kepada sesama makhluk, dan keberanian membela kebenaran. Para jago menyebut nilai yang bersumber dari Tuhan sebagai nilai Theonom.
- Masyarakat. Nilai sosial yang berasal dari hasil janji banyak orang ini disebut nilai heteronom. Contohnya, Pancasila berisi pedoman nilai yang harus dipedomani oleh seluruh warga negara dan para penyelenggara negara di Indonesia. Pancasila merupakan rumusan hasil janji para pendiri negara.
- Individu. Perumusan nilai oleh individu tersebut biasanya dilakukan oleh individu yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan warga masyarakat yang lain. Nilai sosial yang berasal dari individu disebut nilai otonom. Contoh nilai otonom ialah konsep trias politica yang dirumuskan oleh J.J. Rousseau. Sekarang, konsep trias politica menjadi serpihan penting dari demokrasi yang diterapkan di sebagian besar negara di dunia.
6. Peran Nilai Sosial
Di dalam masyarakat yang terus berkembang nilai senantiasa ikut berubah. Pergeseran nilai dalam banyak hal akan memengaruhi kebiasaan - kebiasaan ataupun tata kelakuan yang berlaku dalam masyarakat. Ada beberapa tugas nilai sosial dalam kehiduan sehari-hari.
- Nilai sosial menjadi petunjuk arah bersikap dan bertindak. Misalnya pada tindakan siswa yang urung menyontek lantaran memegang teguh nilai kejujuran. Dia meyakini kejujuran mempunyai arti penting dalam kehidupan insan sehingga bertekad untuk berlaku jujur dalam hidupnya.
- Pemandu serta pengontrol perilaku dan tindakan manusia. Individu akan membandingkan perilaku dan tindakannya dengan nilai tersebut. Dari sini individu sanggup memilih bahwa tindakannya itu benar atau salah.
- Memotivasi manusia. Misalnya pada kehidupan guru di lingkungan masyarakat. Sebagian besar guru menempatkan diri sebagai langsung yang mesti memperlihatkan teladan bagi orangorang di sekitarnya. Karena pemahaman tersebut, sang guru berusaha menjaga tindakan-tindakan biar sesuai dengan harapan masyarakat.
Pengertian Ciri Dan Sumber Nilai Sosial
Reviewed by dannz
on
6:44 AM
Rating: