Dalam Q.S. al-Baqarah/2:83 Allah Swt. memerintahkan Bani Israil biar menyembah Allah Swt., berbuat baik (Ihsan) kepada kedua orang tua, kerabat, belum dewasa yatim, dan orang-orang miskin. Agar bertuturkata yang baik kepada manusia, tetapi mereka tetap membangkang.
Rasulullah menegaskan bahwa Allah Swt. menyuruh kita berlaku Ihsan dalam segala hal dan kepada semua makhluk Allah Swt. Ihsan yaitu berbuat baik dengan penuh keikhlasan, yang digambarkan dalam hadis seolah-olah kita melihat Allah Swt., atau setidaknya merasa dilihat oleh Allah Swt.
A. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. al-Baqarah/2:83 perihal Berbuat Baik kepada Sesama dan Hadis Terkait
Pengertian Ihsan dari sisi kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-Yahsunu Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat aksesori hamzah di depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad saw. dengan malaikat Jibril ketika beliau
menjelaskan makna Ihsa, yaitu.
Artinya:
Jadi, Ihsan yaitu menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan bila ia tidak bisa membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa bahu-membahu Allah Swt. melihat perbuatan kita. Dengan kata lain, Ihsan yaitu beribadah dengan ikhlas, baik yang berupa ibadah khusus (seperti salat dan sejenisnya) maupun ibadah umum (aktivitas sosial).
Q.S. al-Baqarah/2:83
Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan biar kita berbuat Ihsan. Salah satu ayat yang akan kita bahas lebih lanjut terkait dengan perintah Ihsan yaitu firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Baqarah/2:83 berikut.
(wa-idz akhadznaa miitsaaqa banii israa-iila laa ta'buduuna illaa allaaha wabialwaalidayni ihsaanan wadzii alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiini waquuluu lilnnaasi husnan wa-aqiimuu alshshalaata waaatuu alzzakaata tsumma tawallaytum illaa qaliilan minkum wa-antum mu'ridhuuna)
Artinya:
Penerapan Tajwid
Kosakata Baru
Tafsir/Penjelasan Ayat
Dalam ayat di atas Allah Swt. mengingatkan Nabi Muhammad Saw. atas kesepakatan Bani Israil yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah Swt.. Setelah itu disusul dengan perintah berbuat baik kepada orangtua, amal kebajikan tertinggi, lantaran melalui kedua orangtua itulah Allah Swt. membuat manusia. Sesudah Allah Swt. menyebut hak kedua orangtua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga), yaitu berbuat kebajikan kepada mereka.
Kemudian Allah Swt. menyebut hak orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu anak yatim dan orang miskin. Allah Swt. mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin lantaran orang miskin sanggup berusaha sendiri, sedangkan anak yatim lantaran masih kecil belum sanggup untuk itu. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada orangtua, keluarga, anak yatim, dan orang miskin, Allah Swt. memerintahkan biar mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Bani Israil biar melaksanakan salat dan menunaikan zakat.
Pada simpulan ayat ini Allah Swt. menyatakan, “dan anda (masih menjadi) pembangkang”. Ini memperlihatkan kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah Allah Swt., yaitu “membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka
Hadis yang terkait dengan perintah berbuat Ihsan juga banyak sekali. Di antara hadis yang dengan tegas menyatakan biar kita berbuat Ihsan yaitu sabda Rasulullah saw. berikut.
Artinya:
Dalam hadis di atas Rasulullah menegaskan bahwa sikap dan sikap Ihsan itu diperintahkan oleh Allah Swt. dalam semua bidang kehidupan. Lebih lanjut, dalam hadis ini Rasulullah saw. memperlihatkan referensi lain perihal cara berlaku Ihsan. Jika harus membun*h (dalam peperangan), maka harus dilakukan dengan baik, dilakukan lantaran Allah Swt., bukan lantaran dendam atau yang lain,
dan tidak pula menganiaya. Bahkan bila musuh menyerah, maka dihentikan dibunuh.
Kemudian pada pecahan simpulan dari hadis, Rasulullah saw. mengajarkan cara berlaku Ihsan kepada binatang dengan menjelaskan budpekerti menyembelih, yaitu biar pisau ditajamkan dan binatang yang mau disembelih pun dibentuk senang, dengan memperlihatkan makan yang cukup. Jika binatang saja harus dipelakukan demikian, apalagi sesama manusia.
B. Keterkaitan Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. dengan Berbuat Baik terhadap Sesama Manusia sesuai Q.S. al-Baqarah/2:83
Dilihat dari objeknya (pihak-pihak yang berhak mendapat perlakuan baik/Ihsan dari kita), kita harus berbuat Ihsan kepada Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan juga kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut.
“Sesungguhnya Allah Swt. telah mewajibkan berbuat Ihsan atas segala sesuatu…”. (HR. Muslim).
1. Ihsan kepada Allah Swt.
Ihsan kepada Allah Swt yaitu berlaku Ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah Swt., baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritual) ataupun ibadah umum dengan ibadah gairu mahdah (ibadah sosial). Berdasarkan hadis perihal Ihsan di atas, Ihsan kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini.
2. Ihsann kepada Sesama Makhluk Ciptaan Allah Swt.
Dalam Q.S al-Qassash/28:77 Allah berfirman:
(wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-ardhi inna allaaha laa yuhibbu almufsidiina)
Artinya :
Dari banyak sekali ayat dan hadis, berbuat kebajikan (I¥s±n) kepada sesama makhluk Allah Swt. mencakup seluruh alam raya ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya ibarat klarifikasi berikut:
a. Ihsan kepada Kedua Orang Tua
Allah Swt. berfirman:
(waqadaa rabbuka allaa ta'buduu illaa iyyaahu wabialwaalidayni ihsaanan immaa yablughanna 'indaka alkibara ahaduhumaa aw kilaahumaa falaa taqul lahumaa uffin walaa tanharhumaa waqul lahumaa qawlan kariimaan)
(waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan)
Artinya :
Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmizi, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw. bersabda :
Artinya :
Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam firman- Nya,
Artinya :
Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt.. Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam firman-Nya,
(hal jazaau al-ihsaani illaa al-ihsaanu)
Artinya :
b. Ihsan kepada Kerabat Karib
Allah Swt. menyamakan seseorang yang tetapkan relasi silaturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah Swt. berfirman:
(fahal 'asaytum in tawallaytum an tufsiduu fii al-ardhi watuqaththhi'uu arhaamakum)
Artinya :
Silaturahmi merupakan kunci mendapat keridaan Allah Swt. Sebab paling utama terputusnya relasi seorang hamba dengan Tuhannya yaitu lantaran terputusnya relasi silaturahmi. Dalam hadis qudsi, Allah Swt. berfirman:
c. Ihsan kepada Anak Yatim
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak-haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya yaitu sabda Rasulullah saw.:
Artinya :
d. Ihsan kepada Fakir Miskin
Berbuat hsann kepada orang miskin ialah dengan memperlihatkan sumbangan kepada mereka terutama pada ketika mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda.
Artinya :
e. Ihsan Kepada Tetangga
Ihsan kepada tetangga erat mencakup tetangga erat dari kerabat atau tetangga yang berada di erat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh lantaran nasab maupun yang berada jauh dari rumah. Rasulullah saw. bersabda:
Artinya :
Pada hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda,
Artinya :
f. Ihsan kepada Tamu
Ihsan kepada tamu, secara umum yaitu dengan menghormati dan menjamunya. Rasulullah saw. bersabda:
Artinya :
Tamu yang tiba dari daerah yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan jauh). Cara berbuat Ihsn terhadap ibnu sabil dengan memenuhi kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, memperlihatkan jalan bila ia meminta.
g. Ihsan kepada Karyawan/Pekerja
Kepada karyawan atau orang-orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan biar membayar upah mereka sebelum keringat mereka kering (segera). Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya :
h. Ihsan kepada Sesama Manusia
Rasulullah saw. bersabda:
Artinya :
i. Ihsan kepada Binatang
Berbuat Ihsan terhadap binatang yaitu dengan memberinya makan bila ia lapar, mengobatinya
bila ia sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksanya bila ia bekerja, dan
mengistirahatkannya bila ia lelah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Artinya :
j. Ihsan kepada Alam Sekitar
Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk kepentingan kelestarian hidup alam dan insan sendiri, alam harus dimanfaatkan dengan penuh rasa tanggungjawab. Allah Swt. berfirman:
Artinya :
C. Hikmah dan Manfaat Ihsan
Berbuat baik (Ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah Swt. membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua insan diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas kebijaksanaan baik.
D. Menerapkan Perilaku Mulia
Sikap dan sikap terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan I¥s±n ialah semua perbuatan baik kepada Allah Swt. dan kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Secara ringkas sikap tersebut ialah sebagai berikut.
Rasulullah menegaskan bahwa Allah Swt. menyuruh kita berlaku Ihsan dalam segala hal dan kepada semua makhluk Allah Swt. Ihsan yaitu berbuat baik dengan penuh keikhlasan, yang digambarkan dalam hadis seolah-olah kita melihat Allah Swt., atau setidaknya merasa dilihat oleh Allah Swt.
A. Menganalisis dan Mengevaluasi Makna Q.S. al-Baqarah/2:83 perihal Berbuat Baik kepada Sesama dan Hadis Terkait
Pengertian Ihsan dari sisi kebahasaan, kata Ihsan berasal dari kata kerja (fi’il) Hasuna-Yahsunu Hasanan, artinya baik. Kemudian mendapat aksesori hamzah di depannya, menjadi Ahsana-Yuhsinu-Ihsanan, artinya memperbaiki atau berbuat baik. Menurut istilah, Ihsan pada umumnya diberi pengertian dari kutipan percakapan Nabi Muhammad saw. dengan malaikat Jibril ketika beliau
menjelaskan makna Ihsa, yaitu.
... قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ.....
Artinya:
“… Rasulullah saw bersabda: ‘Kamu beribadah kepada Allah, seolah-olah anda melihat-Nya, bila anda tidak melihat-Nya maka bahu-membahu Ia melihatmu’…”
Jadi, Ihsan yaitu menyembah Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya, dan bila ia tidak bisa membayangkan melihat-Nya, maka membayangkan bahwa bahu-membahu Allah Swt. melihat perbuatan kita. Dengan kata lain, Ihsan yaitu beribadah dengan ikhlas, baik yang berupa ibadah khusus (seperti salat dan sejenisnya) maupun ibadah umum (aktivitas sosial).
Q.S. al-Baqarah/2:83
Banyak ayat dan hadis yang memerintahkan biar kita berbuat Ihsan. Salah satu ayat yang akan kita bahas lebih lanjut terkait dengan perintah Ihsan yaitu firman Allah Swt. dalam Q.S. al-Baqarah/2:83 berikut.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
(wa-idz akhadznaa miitsaaqa banii israa-iila laa ta'buduuna illaa allaaha wabialwaalidayni ihsaanan wadzii alqurbaa waalyataamaa waalmasaakiini waquuluu lilnnaasi husnan wa-aqiimuu alshshalaata waaatuu alzzakaata tsumma tawallaytum illaa qaliilan minkum wa-antum mu'ridhuuna)
Artinya:
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil kesepakatan dari Bani Israil, “Janganlah anda menyembah selain Allah Swt., dan berbuat oke kepada kedua orangtua, kerabat, belum dewasa yatim, dan orang-oang miskin. Dan bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian anda berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari anda, dan anda (masih menjadi) pembangkang.”
Penerapan Tajwid
Surat al-Baqarah/2:83 | |
---|---|
Lafal | Hukum Tajwid |
أَخَذْنَا | Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
مِيثَاقَ | Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad mim berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad tsa berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
بَنِي | Mad jaiz munfasil alasannya lantaran abjad mad bertemu hamzah di lain kata. |
إِسْرَائِيلَ | Mad wajib muttashil alasannya lantaran abjad mad bertemu hamzah dalam satu kata. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad hamzah berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
لَا | Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
تَعْبُدُونَ | Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad dal berharakat dhamah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
إِلَّا | Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid |
اللَّ | Tafkhim lantaran lafaz Allah didahului oleh abjad hijaiyah dal berharakat fathah. |
وَبِالْوَالِدَيْنِ | Alif lam qamariyah lantaran abjad alif lam bertemu abjad wau. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad wau berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Mad layn lantaran abjad ya' sukun didahului oleh abjad dal berharakat fathah. |
إِحْسَانًا وَذِي | Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad sin berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Idgham bighunnah lantaran abjad nun berharakat fathah tanwin bertemu abjad wau. |
الْقُرْبَىٰ | Alif lam qamariyah lantaran abjad alif lam bertemu abjad qaf. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad ba' berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
وَالْيَتَامَىٰ | Alif lam qamariyah lantaran abjad alif lam bertemu abjad ya'. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad ta' berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad mim berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
وَالْمَسَاكِينِ | Alif lam qamariyah lantaran abjad alif lam bertemu abjad mim. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad sin berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad kaf berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
وَقُولُوا | Mad lin lantaran abjad wau sukun didahului oleh abjad qaf berharakat fathah. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad lam berharakat dhamah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
لِلنَّاسِ | Ghunnah alasannya nun bertanda tasydid. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
حُسْنًا وَأَقِيمُوا | Idgham bighunnah lantaran abjad nun berharakat fathah tanwin bertemu abjad wau. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad qaf berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
الصَّلَاةَ | Alif lam syamsiyah lantaran abjad alif lam bertemu abjad syamsiyah shad. Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
وَآتُوا | Mad badal lantaran abjad mad bertemu hamzah dalam satu kata akan tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari abjad mad. |
الزَّكَاةَ | Alif lam syamsiyah lantaran abjad alif lam bertemu abjad syamsiyah zai. |
ثُمَّ | Mad arid lissukun lantaran abjad mad jatuh sebelum abjad yang diwaqaf. |
تَوَلَّيْتُمْ | Mad lin lantaran abjad ya' sukun didahului oleh abjad lam berharakat fathah. |
إِلَّا | Mad orisinil atau mad thabi’i lantaran abjad lam berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. |
قَلِيلًا مِنْكُمْ | Mad orisinil atau mad thobi’i lantaran abjad lam berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Idgham bighunnah lantaran abjad lam berharakat fathah tanwin bertemu abjad mim. |
وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ | Ikhfa lantaran abjad nun sukun bertemu abjad ta'. Idgham mislain lantaran abjad mim bersukun bertemu abjad mim. Mad arid lissukun lantaran abjad mad jatuh sebelum abjad yang diwaqaf. |
Kosakata Baru
Surat al-Baqarah/2:83 | ||
---|---|---|
لَا تَعْبُدُونَ | مِيثَا | أَخَذْنَا |
Kamu tidak menyembah | Janji | Kami mengambil |
وَذِي الْقُرْبَىٰ | إِحْسَانًا | إِلَّا اللَّ |
Kerabat | Berbuat baik | Selain Allah |
وَقُولُوا | وَالْمَسَاكِينِ | وَالْيَتَامَىٰ |
Katakanlah | Orang-orang miskin | Anak-anak yatim |
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ | حُسْنًا | لِلنَّاسِ |
Laksanakanlah shalat | Yang baik/Kebaikani | Kepada manusia |
تَوَلَّيْتُمْ | ثُمَّ | وَآتُوا الزَّكَاةَ |
Kalian berpaling | Kemudian | Tunaikanlah zakat |
مُعْرِضُونَ | وَأَنْتُمْ | إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ |
para pembangkang | Kalian (anda sekalian) | Kecuali sebagian kecil dari kalian |
Tafsir/Penjelasan Ayat
Dalam ayat di atas Allah Swt. mengingatkan Nabi Muhammad Saw. atas kesepakatan Bani Israil yang harus mereka penuhi, yaitu bahwa mereka tidak akan menyembah sesuatu selain Allah Swt.. Setelah itu disusul dengan perintah berbuat baik kepada orangtua, amal kebajikan tertinggi, lantaran melalui kedua orangtua itulah Allah Swt. membuat manusia. Sesudah Allah Swt. menyebut hak kedua orangtua, disebutkan pula hak kerabat (kaum keluarga), yaitu berbuat kebajikan kepada mereka.
Kemudian Allah Swt. menyebut hak orang-orang yang memerlukan bantuan, yaitu anak yatim dan orang miskin. Allah Swt. mendahulukan menyebut anak yatim daripada orang miskin lantaran orang miskin sanggup berusaha sendiri, sedangkan anak yatim lantaran masih kecil belum sanggup untuk itu. Setelah memerintahkan berbuat baik kepada orangtua, keluarga, anak yatim, dan orang miskin, Allah Swt. memerintahkan biar mengucapkan kata-kata yang baik kepada sesama manusia. Kemudian Allah Swt. memerintahkan kepada Bani Israil biar melaksanakan salat dan menunaikan zakat.
Pada simpulan ayat ini Allah Swt. menyatakan, “dan anda (masih menjadi) pembangkang”. Ini memperlihatkan kebiasaan orang-orang Bani Israil dalam merespons perintah Allah Swt., yaitu “membangkang”, sehingga tersebarlah kemungkaran dan turunlah azab kepada mereka
Hadis yang terkait dengan perintah berbuat Ihsan juga banyak sekali. Di antara hadis yang dengan tegas menyatakan biar kita berbuat Ihsan yaitu sabda Rasulullah saw. berikut.
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اثْنَتَيْنِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ ثُمَّ لِيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
Artinya:
“Dari Syadad bin Aus, bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan berbuat Ihsan atas segala sesuatu, maka apabila anda membun*h hendaklah membunuh dengan cara yang baik, dan bila anda menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah menajamkan pisaunya dan menyenangkan binatang sembelihannya”. (HR. Muslim).
Dalam hadis di atas Rasulullah menegaskan bahwa sikap dan sikap Ihsan itu diperintahkan oleh Allah Swt. dalam semua bidang kehidupan. Lebih lanjut, dalam hadis ini Rasulullah saw. memperlihatkan referensi lain perihal cara berlaku Ihsan. Jika harus membun*h (dalam peperangan), maka harus dilakukan dengan baik, dilakukan lantaran Allah Swt., bukan lantaran dendam atau yang lain,
dan tidak pula menganiaya. Bahkan bila musuh menyerah, maka dihentikan dibunuh.
Kemudian pada pecahan simpulan dari hadis, Rasulullah saw. mengajarkan cara berlaku Ihsan kepada binatang dengan menjelaskan budpekerti menyembelih, yaitu biar pisau ditajamkan dan binatang yang mau disembelih pun dibentuk senang, dengan memperlihatkan makan yang cukup. Jika binatang saja harus dipelakukan demikian, apalagi sesama manusia.
B. Keterkaitan Kewajiban Beribadah dan Bersyukur kepada Allah Swt. dengan Berbuat Baik terhadap Sesama Manusia sesuai Q.S. al-Baqarah/2:83
Dilihat dari objeknya (pihak-pihak yang berhak mendapat perlakuan baik/Ihsan dari kita), kita harus berbuat Ihsan kepada Allah Swt. sebagai Sang Pencipta dan juga kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah saw. berikut.
...إِنَّ اللهَ كَتَبَ اْلإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ...
“Sesungguhnya Allah Swt. telah mewajibkan berbuat Ihsan atas segala sesuatu…”. (HR. Muslim).
1. Ihsan kepada Allah Swt.
Ihsan kepada Allah Swt yaitu berlaku Ihsan dalam menyembah/beribadah kepada Allah Swt., baik dalam bentuk ibadah khusus yang disebut ibadah mahdah (murni, ritual) ataupun ibadah umum dengan ibadah gairu mahdah (ibadah sosial). Berdasarkan hadis perihal Ihsan di atas, Ihsan kepada Allah Swt. mengandung dua tingkatan berikut ini.
- Beribadah kepada Allah Swt. seolah-olah melihat-Nya. Keadaan ini merupakan tingkatan Ihsan yang paling tinggi, lantaran dia berangkat dari sikap membutuhkan, harapan, dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri kepada-Nya.
- Beribadah dengan penuh keyakinan bahwa Allah Swt. melihatnya. Kondisi ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, lantaran sikap Ihsannya didorong dari rasa diawasi dan takut akan hukuman.
2. Ihsann kepada Sesama Makhluk Ciptaan Allah Swt.
Dalam Q.S al-Qassash/28:77 Allah berfirman:
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ...
(wa-ahsin kamaa ahsana allaahu ilayka walaa tabghi alfasaada fii al-ardhi inna allaaha laa yuhibbu almufsidiina)
Artinya :
“…dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah anda berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dari banyak sekali ayat dan hadis, berbuat kebajikan (I¥s±n) kepada sesama makhluk Allah Swt. mencakup seluruh alam raya ciptaan-Nya. Lebih kongkritnya ibarat klarifikasi berikut:
a. Ihsan kepada Kedua Orang Tua
Allah Swt. berfirman:
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا ﴿ ٢٣
(waqadaa rabbuka allaa ta'buduu illaa iyyaahu wabialwaalidayni ihsaanan immaa yablughanna 'indaka alkibara ahaduhumaa aw kilaahumaa falaa taqul lahumaa uffin walaa tanharhumaa waqul lahumaa qawlan kariimaan)
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا ﴿ ٢٤
(waikhfidh lahumaa janaaha aldzdzulli mina alrrahmati waqul rabbi irhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraan)
Artinya :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya anda tidak menyembah selain Dia, dan hendaklah anda berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekalikali janganlah anda menyampaikan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah anda membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh keadminngan .” dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua mendidik saya di waktu kecil.” (Q.S. al-Isra’/17:23-24)
Dalam sebuah hadis riwayat at-Tirmizi, dari Abdullah bin Umar, Rasulullah saw. bersabda :
رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ
Artinya :
“Keridaan Allah Swt. berada pada keridaan orang tua, dan kemurkaan Allah Swt. berada pada kemurkaan orang tua.” (HR. at-Tirmizi).
Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam firman- Nya,
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ ﴿ ٦٠
(hal jazaau al-ihsaani illaa al-ihsaanu)Artinya :
“Tidak ada akhir untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar-Rahman/55:60).
Berbuat baik kepada kedua orangtua ialah dengan cara mengasihi, memelihara, dan menjaga mereka dengan sepenuh hati serta memenuhi semua keinginan mereka selama tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt.. Sedangkan Allah Swt. telah menegaskan dalam firman-Nya,
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ ﴿ ٦٠
(hal jazaau al-ihsaani illaa al-ihsaanu)
Artinya :
“Tidak ada akhir untuk kebaikan kecuali kebaikan (pula)” (Q.S. ar- Rahman/55:60)
b. Ihsan kepada Kerabat Karib
Allah Swt. menyamakan seseorang yang tetapkan relasi silaturahmi dengan perusak di muka bumi. Allah Swt. berfirman:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ﴿ ٢٢
(fahal 'asaytum in tawallaytum an tufsiduu fii al-ardhi watuqaththhi'uu arhaamakum)
Artinya :
“Maka apakah kiranya bila anda berkuasa anda akan membuat kerusakan dimuka bumi dan tetapkan relasi kekeluargaan?” (Q.S. Muhammad/47:22).
Silaturahmi merupakan kunci mendapat keridaan Allah Swt. Sebab paling utama terputusnya relasi seorang hamba dengan Tuhannya yaitu lantaran terputusnya relasi silaturahmi. Dalam hadis qudsi, Allah Swt. berfirman:
أَنَا اللَّهُ وَأَنَا الرَّحْمَنُ خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا مِنْ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا بَتَتُّهُ
Artinya :“Aku yaitu Allah Swt., Aku yaitu Rahman, dan Aku telah membuat rahim yang Kuberi nama pecahan dari nama-Ku. Maka, barangsiapa yang menyambungnya, akan Kusambungkan pula baginya dan barangsiapa yang memutuskannya, akan Kuputuskan hubungan-Ku dengannya.” (HR. at-Tirmizi).
c. Ihsan kepada Anak Yatim
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan cara mendidiknya dan memelihara hak-haknya. Banyak ayat dan hadis menganjurkan berbuat baik kepada anak yatim, di antaranya yaitu sabda Rasulullah saw.:
« أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِى الْجَنَّةِ هكَذَا » وأشار بالسبابة والوسطى وفرج بينهما شيئاً
Artinya :
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim di nirwana kelak akan ibarat ini… (seraya memperlihatkan jari telunjuk jari tengahnya).” (HR. al-Bukhari, Abu Dawud, dan at-Tirmizi).
d. Ihsan kepada Fakir Miskin
Berbuat hsann kepada orang miskin ialah dengan memperlihatkan sumbangan kepada mereka terutama pada ketika mereka mendapat kesulitan. Rasulullah bersabda.
... السَّاعِى عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِيْنِ كَالْمُجَاهِدِ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
Artinya :
”Orang-orang yang menolong janda dan orang miskin, ibarat orang yang berjuang di jalan Allah Swt..” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
e. Ihsan Kepada Tetangga
Ihsan kepada tetangga erat mencakup tetangga erat dari kerabat atau tetangga yang berada di erat rumah, serta tetangga jauh, baik jauh lantaran nasab maupun yang berada jauh dari rumah. Rasulullah saw. bersabda:
وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ ، وَاللهِ لَا يُؤْمِنُ . قِيْلَ: وَ مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ : الَّذِيْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ.
Artinya :
“Demi Allah Swt., tidak beriman, demi Allah Swt., tidak beriman. ”Para teman bertanya: “Siapakah yang tidak beriman, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Seseorang yang tidak kondusif tetangganya dari gangguannya.” (HR. al-Syaikhani).
Pada hadis yang lain, Rasulullah saw bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ بِي مَنْ باَتَ شَبْعَانًا وَ جَارُهُ جَا ئِعٌ وَهُوَ يَعْرِفُهُ
Artinya :
“Tidak beriman kepadaku barangsiapa yang kenyang pada suatu malam, sedangkan tetangganya kelaparan, padahal ia megetahuinya.”(HR. at-Tabrani).
f. Ihsan kepada Tamu
Ihsan kepada tamu, secara umum yaitu dengan menghormati dan menjamunya. Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
Artinya :
“Barang siapa beriman kepada Allah Swt. dan Hari Akhir, hendaklah memuliakan tamunya.” (HR. Jama’ah, kecuali Nasa’i).
Tamu yang tiba dari daerah yang jauh, termasuk dalam sebutan ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan jauh). Cara berbuat Ihsn terhadap ibnu sabil dengan memenuhi kebutuhannya, menjaga hartanya, memelihara kehormatannya, memperlihatkan jalan bila ia meminta.
g. Ihsan kepada Karyawan/Pekerja
Kepada karyawan atau orang-orang yang terikat perjanjian kerja dengan kita, termasuk pembantu, tukang, dan sebagainya, kita diperintahkan biar membayar upah mereka sebelum keringat mereka kering (segera). Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَعْطُوا الأَجِيرَ أَجْرَهُ قَبْلَ أَنْ يَجِفَّ عَرَقُهُ
Artinya :
“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah, shahih).
h. Ihsan kepada Sesama Manusia
Rasulullah saw. bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا اَوْ لِيَصْمُتْ
Artinya :
“Barang siapa beriman kepada Allah Swt. dan Hari Kiamat, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (¦R. Al-Bukhari dan Muslim).
i. Ihsan kepada Binatang
Berbuat Ihsan terhadap binatang yaitu dengan memberinya makan bila ia lapar, mengobatinya
bila ia sakit, tidak membebaninya di luar kemampuannya, tidak menyiksanya bila ia bekerja, dan
mengistirahatkannya bila ia lelah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
Artinya :
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik terhadap segala sesuatu. Jika kalian hendak membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian hendak menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaklah kalian menajamkan pisaunya dan senangkanlah binatang yang akan disembelih.” (HR. Muslim)
j. Ihsan kepada Alam Sekitar
Alam raya beserta isinya diciptakan untuk kepentingan manusia. Untuk kepentingan kelestarian hidup alam dan insan sendiri, alam harus dimanfaatkan dengan penuh rasa tanggungjawab. Allah Swt. berfirman:
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ ...
Artinya :
“…dan berbuat oke (kepada orang lain) sebagaimana Allah Swt. telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah anda berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah Swt. tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. al-Qásas/28:77).
C. Hikmah dan Manfaat Ihsan
Berbuat baik (Ihsan) kepada siapa pun, akan menjadi stimulus terjadinya “balasan” dari kebaikan yang dilakukan. Demikianlah, Allah Swt. membuat sunah (aturan) bagi alam ini, ada jasa ada balas. Semua insan diberi “nurani” untuk berterima kasih dan keinginan untuk membalas kebijaksanaan baik.
D. Menerapkan Perilaku Mulia
Sikap dan sikap terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan I¥s±n ialah semua perbuatan baik kepada Allah Swt. dan kepada sesama makhluk ciptaan-Nya. Secara ringkas sikap tersebut ialah sebagai berikut.
- Melakukan ibadah ritual (salat, zikir, dan sebagainya) dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan.
- Birrul walidain (berbuat baik kepada kedua orangtua), dengan mengikuti semua keinginannya bila memungkinkan, dengan syarat tidak bertentangan dengan aturan Allah Swt..
- Menjalin relasi baik dengan kerabat.
- Menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
- Berbuat baik kepada tetangga.
- Berbuat baik kepada sobat sejawat.
- Berbuat baik kepada tamu dengan memperlihatkan jamuan dan penginapan sebatas kemampuan.
- Berbuat baik kepada karyawan/pembantu dengan membayarkan upah sesuai perjanjian.
- Membalas semua kebaikan dengan yang lebih baik.
- Membalas kejahatan dengan kebaikan, bukan dengan kejahatan serupa.
- Berlaku baik kepada binatang, dengan memelihara atau memperlakukannya dengan baik. Jika menyembelih ataupun membunuh, lakukan dengan budpekerti yang baik dan tidak ada unsur penganiayaan.
- Menjaga kelestarian lingkungan, baik daratan maupun lautan dan tidak melaksanakan tindakan yang merusak.
Meraih Kasih Allah Swt. Dengan Ikhsan
Reviewed by dannz
on
12:09 PM
Rating: