Kepulauan Maluku yaitu sekelompok pulau yang terletak di lempeng Australia. Kepulauan Maluku berbatasan dengan Pulau Sulawesi di sebelah barat, Nugini di timur, dan Timor Leste di sebelah selatan. Pada zaman dahulu, bangsa Eropa menamakannya "Kepulauan rempah-rempah" istilah ini juga merujuk kepada Kepulauan Zanzibar. Sejak 1950 - 1999, Kepulauan Maluku Utara secara administratif merupakan bab dari Provinsi Maluku. Kabupaten Maluku Utara kemudian ditetapkan sebagai Provinsi Maluku Utara.
Provinsi Maluku dan Maluku Utara membentuk suatu gugus-gugus kepulauan yang terbesar di Indonesia dikenal dengan Kepulauan Maluku dengan lebih dari 4.000 pulau baik pulau besar maupun kecil. Maluku mempunyai sejarah panjang wacana kerajaan dan kesultanan yang pernah dan masih berkuasa di Kepaulauan Maluku. Berikut ini beberapa kerajaan dan kesultanan yang ada di kepulauan Maluku.
Kesultanan Bacan yaitu suatu kerajaan yang berpusat di Pulau Bacan, Kepulauan Maluku. Raja Bacan pertama yang memeluk Islam yaitu Raja Zainulabidin yang bersyahadat pada tahun 1521. Meski berada di Maluku, daerahnya cukup luas hingga ke wilayah Papua Barat.
Banyak kepala suku di wilayah Waigeo, Misool yang terletak di Raja Ampat dan beberapa tempat lain yang berada di bawah manajemen pemerintahan kerajaan Bacan. Bachanatau Batjan dan diduga sudah eksis semenjak tahun 1322.
Kesultanan Ternate (1257–1950) M
Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257. Kesultanan Ternate menikmati kegemilangan di paruh kurun ke-16 berkat perdagangan rempah-rempah dan kekuatan militernya. Pada masa jaya kekuasaannya membentang meliputi wilayah Maluku, Sulawesi bab utara, timur dan tengah, bab selatan kepulauan Filipina hingga sejauh Kepulauan Marshall di Pasifik.
Kerajaan Gapi berpusat di kampung Ternate, yang dalam perkembangan selanjutnya semakin besar dan ramai sehingga oleh penduduk disebut juga sebagai Gam Lamo atau kampung besar (belakangan orang menyebut Gam Lamo dengan Gamalama).
Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)
Kerajaan Tanah Hitu terletak di Pulau Ambon, tepatnya di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Dinamakan Kerajaan Tanah Hitu alasannya yaitu letaknya berada di tempat Leihitu. Kini, nama Tanah Hitu sudah tidak ada lagi, yang ada yaitu Kecamatan Leihitu yang kadang biasa disebut dengan Jazirah Leihitu.
Kerajaan ini didirikan oleh Empat Perdana yang ingin mencari tahu faedah baik dan tidak adanya Raja. Empat Perdana tersebut bersepakat untuk bersatu dan mereka akhirnya mendirikan Kerajaan Tanah Hitu.
Hasil musyawarah memilih bahwa yang pantas sebagai pemimpin yaitu anak dari Pattituri, adik kandung Perdana Tanah Hitu yang berjulukan Zainal Abidin dengan pangkat Abubakar Na Sidiq. Pada tahun 1470, Zainal Abidin kemudian ditetapkan sebagai Raja Kerajaan Tanah Hitu yang pertama dengan gelar Upu Latu Sitania (Raja Penguasa Tunggal). Ia juga mendapatkan gelar Raja Tanya.
Masa pemerintahan Raja Hunilamu (1637-1682) merupakan periode terakhir dari kerajaan ini. Hingga kini, secara bebuyutan kerajaan tersebut diintegrasikan dalam bentuk kepemimpinan kepala desa di Desa Hitu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Indonesia. Artinya, hingga sekarang kepala desa juga merangkap sebagai raja.
Kesultanan Tidore (1081–1950) M
Kesultanan Tidore yaitu kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara. Pada masa kejayaannya (sekitar kurun ke-16 hingga kurun ke-18), kerajaan ini menguasai sebagian besar Pulau Halmahera selatan, Pulau Buru, Pulau Seram, dan banyak pulau-pulau di pesisir Papua barat.
Pada tahun 1521, Sultan Mansur dari Tidore mendapatkan Spanyol sebagai sekutu untuk mengimbangi kekuatan Kesultanan Ternate saingannya yang bersekutu dengan Portugal. Setelah mundurnya Spanyol dari wilayah tersebut pada tahun 1663 alasannya yaitu protes dari pihak Portugal sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian Tordesillas 1494, Tidore menjadi salah satu kerajaan paling merdeka di wilayah Maluku. Terutama di bawah kepemimpinan Sultan Saifuddin (memerintah 1657-1689), Tidore berhasil menolak pengusaan VOC terhadap daerahnya dan tetap menjadi tempat merdeka hingga tamat kurun ke-18.
Menurut silsilah raja-raja Ternate dan Tidore, Raja Tidore pertama yaitu Muhammad Naqil yang naik tahta pada tahun 1081. Baru pada tamat kurun ke-14, agama Islam dijadikan agama resmi Kerajaan Tidore oleh Raja Tidore ke-11, Sultan Djamaluddin, yang bersedia masuk Islam.
Kerajaan Iha (1400-1651) M
Kerajaan Iha yaitu sebuah kerajaan Islam yang terletak di Pulau Saparua, Maluku. Di Pulau Saparua hingga pada masa penjajahan Belanda ada dua kerajaan yang populer yaitu Iha dan Honimoa (Siri Sori Islam). Kedua kerajaan Islam yang cukup besar lengan berkuasa ini sempat dikenal sebagai sapanolua artinya dua sampan atau dua perahu. Nama Amahai sudah ada semenjak negrasi besar-besaran dari nunusaku, yaitu kira-kira pada tahun 1400 M.
Raja iha pertama berjulukan Latu Sapacua yang artinya raja yang sangat dijunjung tinggi. Kerajaan Iha mempunyai ibu kota kerajaan dalam bahasa Amaiha disebut “Amalatu” yang terletak di bab utara Nusa Iha (pulau saparua) yang dikenal dengan sebutan jazirah Hatawano dengan taman sarinya berjulukan “Kupa Latu”. Kota raja ini terletak di atas gunung Amaihal. Raja Kerajaan Iha disebut “Upu Latu” dengan gelar Latu Sapacua Latu.
Kerajaan Iha terlibat dalam sebuah perlawanan melawan kolonial Belanda yang disebut Perang Iha (1632-1651) yang menjadikan kerajaan ini kehilangan sebagian tempat dan rakyatnya sehingga kemudian mengalami kemunduran.
Kerajaan Waai
Negeri Waai terletak di Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah. Para datuk dan nenek moyang masyarakat Waai berasal dari Pulau Seram dan Jawa ( Tuban ). Semula ada tujuh buah kampong atau Eri yang kemudian bersepakat untuk mencari suatu negeri yang ketika ini dikenal dengan nama Waai.
Meskipun mereka berkuasa secara otonom di negeri masing-masing namun mereka tunduk pula kepada kuasa seorang Sultan (pimpinan Agama Islam ) yang pada waktu itu berekdudukan di Eri Eluhu yakni Nuhurela. Dengan demikian sanggup disebutkan bahwa ketujuh eri tesebut yaitu beragama Islam. Dapat dibuktikan dengan adanya bangunan Masjid di Eri Nani, yang nantinya gres pada kurun ke – 17 datanglah orang-orang Katolik melalui perjuangan para Zendeling.
Kesultanan Loloda (1200-1662)
Kesultanan Loloda terletak di Halmahera Utara, dan diyakini sebagai salah satu kerajaan tertua di Maluku. Kerajaan Loloda terbentuk berkisar tahun 1200, alasannya yaitu pada tahun 1250 terjadi perkawinan antara Raja Loloda dan Putri Jailolo. Sehingga diperkirakan Loloda lebih dulu terbentuk dari kerajaan Jailolo, jadi ada perkawinan politik antara penguasa loloda dan penguasa jailolo dan karenanya pada tahun 1250 kerajaan jailolo teritorialnya meliputi hampir seluruh Halmahera termasuk kerajaan Loloda.
Ketika bangsa eropa tiba di Maluku awal kurun 16 kerajaan Loloda sudah tidak berperan dan tidak besar lengan berkuasa alasannya yaitu sudah diamuksasi oleh kerajaan ternate, namun hingga tahun 1662 rakyat diberikan kesempatan memakai gelar kolano raja Loloda
Sejarawan Paramita Abdurrahman mencatat bahwa berdasarkan sumber dari Negara Krtagama dari zaman Majapahit sebagaimana ditulis oleh Mpu Prapanca, menyebutkan bahwa pada masa paling awal telah berkuasa seorang Kolano (raja) di Loloda, Halmahera. Selain itu ada beberapa pendapat lain yang menjelaskan wacana berdirinya Kesultanan Loloda .
Kesultanan Jailolo (1600-akhir Abad 17) M
Kesultanan Jailolo diketahui semenjak kurun ke-16. Terletak di pulau Halmahera, Kab. Halmahera Barat, Prov. Maluku Utara. Kesultanan Jailolo secara utuh dari raja pertamanya “Kolano Daradjati”. Daftar sisilah raja-raja Jailolo tersebut terdiri dari tiga bagian.
Sebelum kurun ke-17, ada satu kerajaan Islam, Kesultanan Jailolo, yang berpusat di Pulau Halmahera, pulau terbesar di Maluku Utara. Menurut legenda yang sempat dicatat hingga kurun ke-14, kesultanan Jailolo merupakan kerajaan tertua di Maluku Utara hingga pada tamat kurun ke-17 tidak tercatat lagi secara administratif alasannya yaitu dianeksasi oleh Kesultanan Ternate dengan pemberian VOC.
Setelah kejadian aneksasi Kesultanan Jailolo oleh Kesultanan Ternate, muncul kembali upaya menghidupkan kembali Kesultanan Jailolo dari masyarakat Halmahera Utara. Upaya itu dimulai pada dekade pertama kurun ke-19. Sayangnya hingga pertengahan kurun ke-19, upaya itu tidak berkelanjutan.
Daftar Nama Kerajaan Di Kepulauan Maluku
Reviewed by dannz
on
7:56 AM
Rating: