Kaidah Kebahasaan Dalam Teks Pantun

Sebuah pantun memakai bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna yang ingin disampaikan. Struktur kebahasaan pada sebuah pantun sering juga disebut dengan struktur fisik. Struktur fisik tersebut meliputi diksi, bahasa kiasan, imaji, dan bunyi yang terdiri atas rima dan ritme. Jika ingin berpantun, harus mempunyai kemampuan berbahasa yang memadai. Dengan berpantun, dilatih untuk berpikir secara spontan, yakni berpikir secara cepat serta mempunyai kemampuan untuk menangkap dan menanggapi sesuatu secara cepat pula.

Pantun berperan sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan menjaga alur berpikir. Pantun melatih seseorang akan makna kata sebelum berujar. Pantun juga orang berpikir asosiatif, bahwa suatu kata mempunyai kaitan dengan kata yang lain. Secara sosial pantun mempunyai fungsi pergaulan sosial yang kuat, bahkan hingga dengan sekarang. Dikalangan generasi muda kemampuan berpantun sangat dihargai. Pantun menawarkan kemampuan orang berpikir dan bermain kata-kata. Secaara umum pantun tugas sosial pantun berfungsi sebagai penyampai pesan.

1. Diksi
Agar tujuan sebuah pantun sanggup disampaikan dengan sempurna, seseorang yang melantunkan pantun harus jeli menempatkan kata-kata tertentu. Penempatan diksi yang tepat menjadi sangat penting. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu ibarat yang diharapkan.

Pantun yang dipakai untuk berkomunikasi biasanya menggambarkan masyarakat pada zamannya (zaman pantun tersebut diciptakan), yang tentu saja terlihat pada diksi yang digunakan. Misalnya pantun yang lahir pada zaman tradisional, kerap memakai diksi yang berkaitan dengan alam dan kehidupan masyarakat ketika itu.

Jika diperhatikan pantun yang lahir pada masa dahulu, maka akan dinemukan beberapa kata arkais yang sudah jarang ditemukan ketika ini. Berikut ini beberapa kata arkais yang sering muncul dalam pantun tradisonal.
No.Kata ArksisMakna Kata
1.TingkapJendela di atap, di dinding , dan sebagainya.
2.JikalauKalau ; Jika
3.LangauLalat besar yang suka mengisap darah binatang ; pikat .
4.LesapHilang ; Lenyap ; Lucut.
5.LubukBagian yang dalam di perairan (sungai, laut, danau, dan sebagainya)
6.GaharuKayu yang harum baunya, biasanya dari pohon tengkuras.
7.TenunHasil kerajinan yang berupa materi (kain) yang dibentuk dari benang (kapas, sutera, dan sebagainya) dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melingtan pada lungsin
8.AmanatKeseluruhan makna atau isi pembicaraan ; konsep atau perasaan yang ingin disampaikan oleh pembicara untuk dimengerti dan diterima pendegar atau atau pembaca.
9.SelendangKain (sutra, dan sebagainya) panjang epilog leher (bahu, atau kepala) atau untuk menari
10.PedadaPohon yang tumbuh di hutan-hutan bakau, tingginya mencapai 15 meter. Berakar napas yang keluar dari lumpur, bentuk daunnya bulat telur, ujungnya tumpul dan membundar, panjangnya 5—13 cm; beremban;.

Akan tetapi, diksi yang dipakai berbeda dengan pantun yang lahir pada zaman modern. Kata yang dipakai seringkali dihubungkan dengan kondisi masyarakat modern dengan banyak sekali sarana dan prasarana mutakhir. Simak beberapa bait pantun berikut ini.

Jalan-jalan ke pasar unik,
membeli baju dan handphone baru.
Siapa gerangan perempuan cantik,
yang tersenyum di hadapanku.

Mencari ikan di dalam lubuk,
ikan gabus banyak dinanti,
lubuk dalam tanah tertimbun.
Setiap hari bermain facebook,
bosan rasanya status berganti,
perkenankan hamba lantunkan talibun.

No.Diksi MutakhirMakna Kata
1.FacebookFacebook ialah sarana sosial yang menghubungkan orang-orang dengan sahabat dan rekan mereka lainnya yang bekerja, belajar, dan hidup di sekitar mereka. 
2.HandphoneHandphone (HP) ialah perangkat telekomunikasi elektronik yang sanggup dibawa ke mana-mana (portabel/mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon memakai kabel (nirkabel; wireless).
3.StatusKabar berita

2.  Bahasa kiasan
Dalam pantun sering ditemukan bahasa kiasan, yaitu bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan makna. Bahasa kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam memberikan maksud berpantun.

Ungkapan atau bentuk idiom ialah adonan kata yang menjadikan makna baru, yakni makna khusus, sehingga tidak sanggup diartikan secara sebenarnya. Misalnya isapan jempol dimaknai sebagai ‘tidak bermakna’, bertekuk lutut ‘menyerah’, oleh-oleh ‘oleh-oleh’, dan sebagainya. Carilah makna ungkapan yang ada pada kolom berikut dan buatlah teladan dalam kalimat.
No.UngkapanMaknaMakna Kata
1.Besar kepalaSombongPak Ardi menjadi angkuh sesudah menduduki jabatan baru.
2.Kaki tanganAnak buahMereka berdua telah benar-benar menjadi kaki tangan bagi Danurejo dan juga kafir Belanda. 
3.Tebal mukaTidak tahu maluMemang tebal muka anak itu, masa ia berani mencuri di depan orang tuanya.
4.Kepala batuTidak mau hikmah dari orang lainUdin anak yang berkepala batu, sudah dinasehati semoga rajin mencar ilmu tetapi selalu saja beliau bermain-main dengan teman-temannya
5.Mata-mataPengintipDalam Serat Centini diceritakan, kepetangan Susuhunan Amangkurat akibatnya mengetahui kawasan persembunyian keturunan Sunan Giri, musuh turun-temurun dinasti Mataram.
7.Darah biruKeturunan bangsawanDalam banyak budaya terutama Jawa, pewaris darah biru ini biasanya akan berusaha mendapat pasangan yang juga berasal dari kalangan darah biru.
8.Banting tulangBekerja kerasAyah membanting tulang demi mencukupi kebutuhan anak dan istrinya.
9.Ringan tanganSuka membantuWawan memang anak yang ringan tangan, setiap orang yang kesulitan niscaya dibantunya.
10.Tangan besiMemerintah dengan semena-menaRaja itu memang pantas mendapat ganjarannya lantaran selama ini memerintah rakyatnya dengan tangan besi.

3. Imaji
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks pantun. Jika kita melaksanakan pengimajian, akan menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak eksklusif oleh pelantun pantun. Oleh lantaran itu, apa yang digambarkan seperti sanggup dilihat (imaji visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji taktil).

Perhatikan sebait pantun berikut ini.
Jikalau gelap orang bertenun,
bukalah tingkap lebar-lebar.
Jikalau lenyap tukang pantun,
sunyi senyap bandar yang besar.

Imaji yang dilukiskan pada pantun tersebut ialah imaji visual (melihat) dan imaji taktil (merasakan). Imaji visual sanggup dilihat pada baris pertama /Jikalau gelap orang bertenun//bukalah tingkap lebar-lebar/, seperti pendengar melihat ada orang yang sedang bertenun dalam kegelapan, kemudian meminta pendengar membuka jendela lebar-lebar. Sementara itu, imaji taktil tergambar pada bab isi /Jikalau lenyap tukang pantun//sunyi senyap bandar yang besar/. Hal ini menciptakan pendengar seperti mencicipi sunyinya kota pelabuhan yang besar lantaran sudah tidak ada lagi orang yang berpantun.

Kalau pedada tidak berdaun (Imaji Visual)
Tandanya ulat memakan akar (Imaji Visual)
Kalau tak ada tukang pantun (Imaji Taktil)
Duduk  musyawarah terasa cuek (Imaji Taktil)

Tikar pucuk tikar mengkuang (Imaji Visual)
Alas nikah raja melayu (Imaji Visual)
Ikan busuk jangan dibuang (Imaji Visual)
Buat perecah disaur kayu (Imaji Visual)

Telah masak buah mengkudu (Imaji Visual)
Masak pula buah kepayang (Imaji Visual)
Hati risau bercampur rindu (Imaji Taktil)
Siang malam mabuk kepayang (Imaji Taktil)

Asam kandis asam gelugur (Imaji Visual)
Ketiga asam si riang-riang  (Imaji Taktil)
Menangis jenazah didalam kubur (Imaji taktil)
Teringat tubuh tidak sembahyang (Imaji Taktil)

Orang berkain menutup aurat (Imaji Visual)
Sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist (Imaji Taktil)
Orang muslim hidup beradat (Imaji Visual)
Perangai sopan muka pun manis (Imaji Visual)

4. Bunyi
Struktur pembangun teks pantun yang terakhir ialah bunyi yang biasanya muncul dari diksi, kiasan, serta imaji yang diciptakan ketika menuturkan pantun. Dalam bunyi, kalian akan melihat unsur rima (rhyme) dan ritme (rhytm). Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan irama ialah turun naiknya bunyi secara teratur. Selain untuk memperindah bunyi pantun, bebunyian diciptakan juga semoga penutur (pelantun) dan pendengar lebih gampang mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks pantun jenis apapun.
 Sebuah pantun memakai bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna yang ingin disam Kaidah Kebahasaan dalam Teks Pantun
Dalam menghasilkan sebuah teks pantun, harus mempunyai kemahiran dalam menentukan kata yang digunakan, semoga menghasilkan bunyi yang selaras dengan rima tamat a-b-a-b. Tentu saja selain menghasilkan bunyi yang sepadan, sebuah teks pantun yang dilantunkan mempunyai makna. Berikut akan diberikan beberapa bait pantun, tetapi urutan kata dalam setiap larik tidak tersusun dengan benar.
No.Urutan AwalSetelah Disusun Kembali
1.
Pucuk-tikar-mengkuang-tikar
Raja-alas-Melayu-nikah
Busuk-ikan-dibuang-jangan
Perecah-buat-kayu-di-asur
Tikar pucuk tikar mengkuang
Alas nikah raja Melayu
Ikan busuk jangan dibuang
Buat perencah di saur kayu
2.
Siang-berkebun-bila-orang
Naik-gelap-hari-ke-rumah
Bila-pantun-hilang-tukang
Lesap-habislah-petuah-amanah
Bila siang orang berkebun
Hari gelap naik ke rumah
Bila hilang tukang pantun
Habislah lesap petuah amanah
3.
Apa-bertenun-orang-guna
Baju-untuk-kain-dan-membuat
Orang-apa-untuk-berpantun
Ilmu-menimba-untuk-berbagai
Apa guna orang bertenun
Untuk menciptakan kain dan baju
Untuk apa orang berpantun
Untuk menimba banyak sekali ilmu
4.
Kalau-pukat-hendak-berlabuh
Berdaun-kayu-carilah-pancang
Adat-kurang-kalau-mengetahui
Orang-berpantun-carilah-tahu
Kalau hendak berlabuh pukat
Carilah pancang kayu berdaun
Kalau kurang mengetahui adat
Carilah orang tahu berpantun
5.
Telurnya-hitam-putih-ayam
Di-pinggir-kali-mencari-makan
Hitam-giginya-orang-putih
Manis-sekali-kalau-tertawa
Ayam hitam telurnya putih
Mencari makan dipinggir kali
Orang hitam giginya putih
Kalau tertawa manis sekali.

Pemilihan dan susuan katanya ditempatkan sedemikian rupa, sehingga kata dalam pantun tidak dapat
dipertukarkan letaknya atau diganti dengan kata lain yang mempunyai makna yang sama. seandainya kata itu diganti susunannya, akan menjadikan kekacauan bunyi. Setelah memahami struktur pantun, kalian sanggup menyusun larik-larik yang sengaja diacak untuk menjadi sebuah bait pantun yang tepat. Tentukanlah mana yang merupakan sampiran dan mana yang merupakan isi.
No.Urutan AwalSetelah Disusun Kembali
1.
kalau hendak menuntut ilmu
kalau hendak pergi meramu
carilah ilmu yang bermanfaat
carilah kayu berbuah lebat
Kalau hendak pergi meramu,
carilah kayu yang berbuah lebat .
Jika hendak menuntut ilmu,
carilah ilmu yang bermanfaat.
2.
mencabut tebu tidaklah mudah
banyak sekali aral halangan
menuntut ilmu tidaklah mudah
banyak sekali duri lalangnya
Mencabut tebu tidaklah mudah,
banyak sekali duri lalangnya.
Menuntut ilmu tidaklah mudah
banyak sekali aral halangan.
3.
ayam berbunyi di bawah dapur
ditutuh betung berdekak-dekak
meriam bunyi awak tertidur
sungguh beruntung orang pekak
Meriam bunyi awak tertidur
Ditutuh betung berdekak-dekak
Ayam berbunyi dibawah dapur
Sungguh beruntung orang pekak
4.
bagaimana kidung takkan kembang
hendak ke hilir ditahan kera
bagaimana hidung takkan kembang
awak pandir dijadikan ketua
Bagaimana kidung takkan kembang
Hendak kehilir ditahan kera
Bagaimana hidung takkan kembang
Awak pandir dijadikan ketua
5.
yang besar si jalar-jalar
yang besar disebut gelar
yang kecil sigama-gama
yang kecil disebut nama
Yang besar di sebut gelar
Yang kecil sigama-gama
Yang besar di sebut gelar
Yang kecil disebut nama
Kaidah Kebahasaan Dalam Teks Pantun Kaidah Kebahasaan Dalam Teks Pantun Reviewed by dannz on 3:28 AM Rating: 5